sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Cara hamil anak laki-laki, banyak metodenya tetapi sebatas mitos

Ada masa di mana istri meminum darah singa agar mendapatkan bayi anak laki-laki.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Minggu, 20 Jun 2021 07:45 WIB
Cara hamil anak laki-laki, banyak metodenya tetapi sebatas mitos

Ingin memiliki bayi dengan jenis kelamin yang sesuai keinginan adalah hal lumrah. Kecenderungan ini sudah ada sejak zaman dulu. Motivasinya beragam. Dari sekadar ingin meneruskan garis keturunan, kebanggaan sosial bahkan terkait urusan politik dan yang ekstrem menghindari marabahaya.

Di zaman kerajaan, raja-raja begitu terobsesi memiliki bayi laki-laki untuk dapat mewariskan tahta. Banyak kisah di mana kerajaan hancur karena raja tidak memiliki anak laki-laki, sehingga terjadi perebutan kekuasaan oleh orang-orang dekat di sekelilingnya. 

Zaman Firaun lebih ekstrem lagi. Raja paling zalim ini merupakan marabahaya paling mengerikan bagi pemilik bayi laki-laki. Dia memerintahkan semua bayi laki-laki yang lahir dibunuh. Dalam kondisi yang seperti itu, para orangtua tentu menginginkan anak yang lahir tidak akan menjadi sasaran kekejaman Firaun.  

Ini hanya seklumit contoh ekstrem. Tetapi zaman sekarang motivasi memiliki anak dengan jenis kelamin sesuai keinginan tentu lebih kepada hal-hal yang sifatnya sederhana. Misalnya hanya karena kecenderungan ingin menggenapi keluarga. Seperti ingin bayi perempuan karena sudah memiliki anak laki-laki, atau sebaliknya. 

Yang umum juga banyak orangtua menginginkan anak pertama dengan kelamin laki-laki karena dianggap bisa menjadi peindung adik-adiknya kelak.
 
Motivasi lain paling banter karena ingin meneruskan garis keturunan keluarga, meneruskan bisnis, profesi, keterampilan dan lain-lain.

Adanya keinginan memiliki anak dengan jenis kelamin sesuai keinginan, membuat teori-teori berkembang di masyarakat. Dari zaman masyarakat kuno, hingga zaman modern saat ini. Setiap tempat pun memiliki kepercayaan masing-masing. 

Dimulai dari kepercayaan yang muncul di dalam Talmud, kitab suci Yahudi. 

Dalam kitab ini disebut bahwa prilaku seksual bisa menentukan jenis kelamin bayi pada ibu hamil. Salah satu pasal dalam kitab itu ditafsirkan kalau seorang wanita mengeluarkan bibit lebih dulu ia akan melahirkan anak laki, sedang kalau suaminya yang mengeluarkan bibit lebih dulu ia akan melahirkan anak perempuan. 

Tidak dijelaskan apa yang dimaksud mengeluarkan bibit lebih dulu itu. Apakah itu timbulnya orgasme atau biasa pula diartikan terjadinya ovulasi pada wanita itu.

Sponsored

Pada abad XI timbul pengertian yang salah, menurut ilmu kedokteran saat ini. Maklum, ilmu kedokteran mengenai susunan tubuh manusia masih sangat terbatas.

Pada masa itu berkembang pengetahuan bahwa rahim manusia dianggap sama dengan rahim beberapa jenis binatang yang mempunyai rahim dua buah. 

Timbulah hipotesis yang sampai sekarang kita kenal sebagai teori kanan dan kiri untuk mendapat anak laki-laki atau perempuan. Karena waktu itu kalangan ilmiah juga masih dipengaruhi oleh kepercayaan rakyat awam, maka muncullah kepercayaan bahwa kanan itu melambangkan kekuatan dan ketangguhan sifat laki laki sedang kiri lambang kelemahan dan kelembutan sifat perempuan.

Parmendus dari Elea seorang fisuf Yunani kemudian berteori secara ilmiah bahwa anak laki-laki lahir kalau kehamilan di kandungan sebelah kanan sedang bayi perempuan akan lahir kalau kehamilan terjadi di kandungan sebelah kiri.

Kepercayaan ini sampai sekarang masih dianut sebagai semacam mitos masyarakat modern kita, termasuk Indonesia

Orang percaya bahwa kalau istri berbaring ke sebelah kanan, maka pertemuan sel mani dan sel telur akan terjadi di sebelah kanan, dan anak yang diharapkan lahir sebagai laki-laki. Kalau senggama dilakukan dengan miring ke kiri akan lahir anak perempuan.

Ada juga yang mengubungkan dengan konsep reinkarnasi. Diyakini bahwa jenis kelamin seseorang sudah ditentukan. Jika terlahir sebagai laki-laki, maka pada reinkarasi berikut tetap akan menjadi laki-laki. Tidak ada yang bisa dipengaruhi apa-apa lagi. 

Mempengaruhi seks bayi dengan makanan

Keyakinan juga berkembang di masyarakat, baik di Timur maupun Barat bahwa makanan juga menjadi sarana yang bisa mempengaruhi jenis kelamin anak.

Di abad XI, ada keyakinan bahwa perempuan yang menginginkan anak laki-laki untuk minum anggur dengan campuran beberapa tetes darah singa. Ini karena alkohol dan singa adalah lambang kekerasan dan kejantanan. 

Di masyarakat kita masih ada yang menerapkan anjuran untuk memperbanyak konsumsi daging merah, makanan pahit dan asam, jika ingin mendapatkan anak laki-laki. Sementara, jika ingin mendapatkan anak perempuan para ibu disarankan banyak makan sayuran dan makanan manis.

Faktanya, jenis kelamin bayi  ditentukan pada saat pembuahan. Ketika sperma menyumbangkan kromosom Y, maka menghasilkan anak laki-laki. Sementara jika kromosom X, maka menghasilkan anak perempuan. Alat kelamin anak laki-laki dan perempuan berkembang di sepanjang jalur yang sama tanpa tanda-tanda lahiriah jenis kelamin sampai sekitar sembilan minggu.

Sampai saat ini semua metode-metode untuk mempengaruhi jenis kelamin anak di atas belum ada yang teruji. Jikapun sesuai keinginan, hal itu sekadar kebetulan karena memang tidak ada penelitian yang dilaporkan yang bisa mengangkat metode-metode itu menjadi kebenaran ilmiah. Berarti, derajatnya masih sebatas mitos yang dipercaya. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid