sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Cinderella (2021): Saat Camila Cabello berlakon dalam dongeng klasik

Tahun ini film Cinderella kembali hadir. Lalu apa bedanya dengan dengan produksi-produksi sebelumnya?

Clarissa Ethania
Clarissa Ethania Sabtu, 25 Sep 2021 18:23 WIB
Cinderella (2021): Saat Camila Cabello berlakon dalam dongeng klasik

Lagi-lagi cerita Cinderella kembali dibuat. Jika dibandingkan dengan kisah klasik lainnya, bisa dikatakan Cinderella selalu menjadi favorit sepanjang masa. Berbagai buku, teater, film, maupun series, sudah pernah memuatnya.

Tahun ini film Cinderella kembali hadir. Lalu apa bedanya dengan dengan produksi-produksi sebelumnya?

Film Cinderella 2021 ini tak mengutamakan kisah romantis antara Cinderella/Ella dengan pangeran, melainkan fokus ke lakonnya yang mengejar cita-citanya. Di sini, sosok Cinderella yang diperankan oleh Camila Cabello dikisahkan sebagai seorang perempuan muda dengan bakat membuat gaun cantik.

Dengan keterampilannya itu, ia bercita-cita membuka sebuah toko dan menjual gaun-gaun yang dibuatnya. Meski begitu, cita-citanya sulit dicapai karena pada masa itu kerajaan sangatlah patriarkis.

Hingga suatu ketika, Cinderella bertemu Pangeran Robert yang diperankan oleh Nicholas Galitzine. Tingkah Cinderella yang unik dan lucu berhasil menarik perhatian pangeran Robert. Cinderella lalu diundang ke pesta dansa.

Seperti cerita Cinderella klasik, ia dilarang pergi ke pesta dansa istana oleh sang ibu tiri, Vivian (Idina Menzel). Baju buatan Cinderella dirusak. Ia juga diancam akan dikeluarkan dari rumah jika datang ke pesta dansa tersebut. Tapi dengan bantuan sihir ajaib dari sang Godmother (Billy Porter), Cinderella berhasil datang ke pesta tersebut.

Gaun cantik dan sepatu kaca yang dikenakan Cinderella menarik perhatian banyak orang. Pangeran Robert yang menyukai Cinderella pun memintanya untuk menjadi istri.

Akan tetapi, Cinderella tidak mau merelakan cita-citanya. Dengan menikahi pangeran, maka sama saja kebebasannya membuat sebuah gaun menjadi terbatas, bahkan tidak diperbolehkan.

Sponsored

Tunjukkan emansipasi perempuan dan kebebasan

Ditulis dan disutradarai oleh Kay Cannon, sebagian besar isi film ini bernarasikan emansipasi wanita pada masa takhta King Rowan. Selain itu juga tersirat kritik beberapa kebijakan tentang hak-hak asasi wanita di masa kini.

Karakter dan latar belakang dari film ini memperlihatkan kalau perempuan masih dipandang sebelah mata. Perempuan hanya diperbolehkan mengurus kebutuhan rumah tangga. Posisi perempuan dianggap rendah dan terkurung dalam dunia patriarki. Tidak boleh berpendapat dan bersuara.

Meski tidak cukup kuat dalam hal akting dan alur cerita, tetapi film ini berhasil menggambarkan konsep "girl power" dari tokoh-tokoh di dalamnya. Mulai dari Cinderella dengan keinginan untuk mengejar cita-cita sebagai desainer, sang ratu yang ingin suaranya didengarkan, putri yang ingin ikut belajar dan memimpin kerajaan, hingga ibu tiri Cinderella yang juga bercita-cita sebagai pianis.

Sebagian besar konten film ini mengarah pada kehendak bebas para wanita dan kebanggaan terhadap diri sendiri. Unsur ini lah yang membedakannya dengan adaptasi Cinderella lainnya.

Kaya akan musikal

Film ini memadukan budaya kontemporer dengan kisah klasik dan musikal beraransemenkan lagu-lagu populer dengan beberapa lirik yang disesuaikan kebutuhan naskah film.

Sejumlah lagu-lagu populer seperti Rhythm Nation dari Janet Jackson, Material Girl dari Madonna, Somebody to Love dari Queen, hingga Perfect dari Ed Sheeran, Let’s Get Loud dari Jennifer Lopez turut menghadirkan suasana yang menyenangkan.

Begitu pula dengan lagu-lagu orisinil seperti Million to One yang juga ikut membangun cerita yang dikisahkan. Pemilihan lagu pop ini menjadi mudah diterima, karena familier. Kendati demikian, bisa dikatakan pemilihan lagu-lagu top itu masih belum cocok penempatannya, terlebih lantaran film yang masih berlatarkan kerajaan.

Di sisi lain, karakter dibuat berbeda dan disesuaikan dengan versi yang baru cukup memberikan kebaruan. Tetapi dalam hal pengembangan karakter, film ini tidak cukup memuaskan. Hal ini dikarenakan tak konsistennya karakter. Akting para pemerannya juga kurang kuat. Contohnya saja saat Prince Robert yang awalnya menjunjung tinggi “kebebasan”, namun karakternya berubah seketika menjadi kolot seperti sang ayah, saat ia mengatakan Cinderella tidak akan bisa berkarier menjadi desainer jika menjadi Ratu. Ataupun karakter ibu tiri, yang ternyata antagonis-protagonis, tidak seperti di kisah-kisah sebelumnya.

Dialog dan selingan candaan yang terlalu banyak, juga membuat alur cerita dan penggambaran tokoh menjadi tidak fokus. Secara keseluruhan Cinderella versi ini cukup memberikan angle dan warna baru, tetapi sayangnya masih perlu menonjolkan sisi lain dari film ataupun karya adaptasi lainya, agar tidak terasa monoton dan hambar saat ditonton. Di luar kekurangan dan kelebihannya, film Cinderella 2021 ini cocok untuk Anda yang menyukai film musikal modern, atau yang gemar dengan tema emansipasi wanita. Nah, selamat menonton!

 

Berita Lainnya
×
tekid