close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kucing./Foto Yodyodyo/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi kucing./Foto Yodyodyo/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Satwa
Rabu, 20 Agustus 2025 13:00

Dari ekor kucing, kita bisa tahu emosinya

Ekor kucing bukan sekadar anatomi tubuh, tapi juga bahasa emosi.
swipe

Ekor kucing sangat fleksibel, berkat anatominya yang unik. Ekornya terdiri dari 18 hingga 23 tulang kecil, yang dikenal sebagai vertebra kaudal—yang saling terkait seperti rantai, memungkinkan dapat bergerak ke berbagai arah.

Anda mungkin sering memperhatikan ekor kucing bergerak ke berbagai arah, mulai bergoyang ke kiri dan kanan, berdiri posisi tegak, atau ditekan hingga ke tanah. Ternyata, perilaku kucing menggunakan ekornya adalah bagian dari sistem bahasa tubuh yang lebih luas untuk mengomunikasikan beragam emosi.

Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Behavioural Brain Research (1998), kucing menggunakan ekornya untuk menyesuaikan keseimbangan selama pergerakannya terganggu. Profesor perilaku hewan di Pennsylvania University, Carlo Siracusa dalam National Geographic mengatakan, kucing yang sedang tidur siang dengan ekor yang mengetuk-ngetuk menggambarkan dia sedang santai, tetapi memperhatikan sesuatu yang terjadi di sekelilingnya—suara atau gerakan.

“Jika kucing benar-benar terlelap, ekor yang bergerak bisa berarti dia sedang bermimpi,” kata Siracusa.

Lebih jauh, ketika kucing mengalami emosi, otaknya mengirimkan sinyal ke otot-otot di ekor lewat saraf pundendal—saraf yang menghubungkan otot-otot ekor ke sistem saraf pusat.

“Komunikasi ini terjadi hampir seketika, memungkinkan kucing menggerakkan ekornya secepat kilat,” ujar dosen anatomi hewan di Washington State University, Reda Mohamed, dikutip dari Live Science.

Setiap arah gerakan ekor pun menunjukkan bahasa tubuh mereka. Misalnya, menurut ahli perilaku hewan di Purdue University, Mikel Delgado, ekor yang mengarah ke atas menandakan sikap yang ramah dan sosial. Namun, hal ini tidak berlaku universal.

Charlotte Lucinda Cameron-Beaumont dalam tesis doktoralnya di University of Southampton pada 1997 mengungkap, meski kucing liar menunjukkan banyak perilaku sosial yang sama dengan kucing domestik, tetapi mereka tidak menggunakan sinyal ekor ke atas yang biasa terlihat pada kucing domestik selama interaksi sosial. Hal itu menunjukkan, sinyal ekor ke atas kemungkinan besar berkembang selama proses domestikasi.

“Ekor yang bergetar sering kali menunjukkan kegembiraan,” ucap Delgado kepada Live Science.

Sementara itu, ekor yang mengembang merupakan respons terhadap ancaman, seperti melihat kucing di luar ruangan. “Hal ini diasumsikan sebagai upaya defensif untuk membuat diri mereka tampak lebih besar,” kata Delgado.

Jika diperhatikan, sebenarnya reaksi ini mirip dengan kita saat merinding karena takut. Manusia punya otot-otot kecil yang disebut arrector pili di pangkal folikel rambut. Saat kita takut, otot-otot ini berkontraksi, menyebabkan bulu-bulu kita berdiri tegak.

Kucing pun punya otot serupa di pangkal ekornya. Saat mereka merasa teranam, otot-otot ini menyebabkan ekor mereka mengembang. “Ekor yang diturunkan (ekor ke bawah) umumnya dikaitkan denan rasa takut karena kucing mencoba mengecilkan dirinya atau melindungi dirinya,” tutur Delgado.

Menurut panduan emosi kucing, kucing yang ketakutan bisa pula menyembunyikan ekornya di bawah atau melilit tubuhnya. Lalu, jika kucing menepuk-nepuk ekornya ke tanah atau menggerakkannya dengan cepat dari sisi ke sisi atau ke atas dan bawah, kemungkinan pertanda mereka sedang marah.

Dilansir dari Hills Pet, posisi ekor melengkung seperti tanda tanya sering kali menandakan suasana hati yang ceria dan siap diajak bermain. Sedangkan posisi ekor melilit kucing lain sama seperti kita merangkul orang lain, menandakan persahabatan.

"Penting untuk diingat bahwa Anda tidak bisa mengetahui perasaan kucing hanya dengan melihat satu bagian tubuhnya," ujar Delgado.

"Anda harus selalu mempertimbangkan seluruh tubuh kucing serta apa yang terjadi di lingkungannya."

Selain itu, kucing dapat berkomunikasi lewat ekornya dengan cara yang berbeda-beda, tergantung mereka berinteraksi dengan manusia atau kucing lain. Sebuah penelitian tahun 2021 yang diterbitkan jurnal Animals menemukan, ketika kucing berinteraksi satu sama lain, mereka biasanya menundukkan ekor dan lebih mengandalkan telinga untuk mengekspresikan perasaan.

Telinga yang tegak menandakan keramahan, sedangkan telinga ayng datar menandakan permusuhan. Sementara itu, ketika mendekati manusia, kucing sering kali mengangkat ekornya, terutama sebelum menggosokkan tubuhnya ke kaki manusia.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan