sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

First Man: Potret intim Neil Armstrong

“Kita perlu gagal di bawah sini agar tak gagal di atas sana.”

Annisa Saumi
Annisa Saumi Sabtu, 13 Okt 2018 20:09 WIB
First Man: Potret intim Neil Armstrong

Semua yang saya ketahui tentang Neil Armstrong berakhir pada kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Yang saya tahu, ia astronot yang pertama kali menginjakkan kaki di bulan. Bagaimana NASA dan ia pernah gagal dalam beberapa kali uji coba peluncuran pesawat ke ruang angkasa, itu yang tak saya ketahui hingga saya melihat biopiknya, First Man.

First Man dibuka dengan adegan menegangkan Neil Armstrong (Ryan Gosling) yang sedang menguji coba pesawat pada 1961. Neil saat itu adalah pilot uji coba pesawat yang berasal dari kalangan sipil. Uji coba tersebut gagal, pesawat tak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemampuan Neil diragukan oleh petinggi militer Amerika.

Sampai di situ, adegan berpindah ke rumah kecil Neil di Juniper Hill, California. Neil tampak menenangkan anaknya, Karen, yang berusia dua tahun. Tak lama kemudian, penonton akhirnya tahu Karen memiliki tumor dan meninggal pada akhirnya.

Hati Neil hancur melihat putrinya meninggal. Namun, ia tak pernah menunjukkan kesedihan itu pada Istrinya, Janet (Claire Foy), maupun kepada koleganya. Usai pemakaman, Neil menangis sendirian di ruang kerjanya yang tertutup.

Sepanjang film, Neil bersikap stoik, tak membiarkan dirinya dikuasai emosi baik di depan istrinya maupun koleganya. Kesedihan kehilangan putrinya ia simpan sendiri.

Neil tak hanya harus menghadapi kematian putrinya. Dalam biopik berdurasi sepanjang 138 menit ini, Neil juga harus menerima kabar kematian kolega-koleganya.

Neil pun hampir terbunuh di luar angkasa ketika pesawatnya dalam misi luar angkasa Gemini 8 mengalami malfungsi. Banyak percobaan NASA yang kemudian mengalami kegagalan sebelum mereka berhasil ke bulan. Dari kegagalan-kegagalan tersebut, Neil hanya mengatakan, “Kita perlu gagal di bawah sini agar tak gagal di atas sana.”

Sutradara First Man, Damien Chazelle menjadikan pendaratan Neil Armstrong di permukaan bulan sebagai klimaks dari film ini. Yang menarik, Chazelle tak menampilkan adegan saat kedua astronot tersebut menancapkan bendera Amerika Serikat di bulan. Chazelle juga membuat Buzz Aldrin (Corey Stoll) sebagai orang yang terlalu percaya diri dalam film itu.

Sponsored

Chazelle benar-benar fokus pada sosok Neil Armstrong di biopik ini. Latar-latar politis Amerika pada 1960-an diminimalkan oleh Chazelle. Setidaknya, Chazelle memberitahu penonton, Amerika sedang berlomba balap dengan Rusia untuk menjelajah angkasa dan protes atas proyek NASA yang tak melibatkan warga kulit hitam serta boros anggaran.

Istri Neil Amstrong dalam "First Man"./ IMDB

Dengan menggarap First Man, Chazelle membuktikan ia bisa keluar dari zona nyamannya selama ini. Di dua film terakhirnya, La La Land dan Whiplash, ia berfokus pada pengorbanan yang dilakukan oleh seniman demi meraih cita-cita artistiknya.

Kedua film tersebut juga berputar pada jazz, sesuatu yang disenangi Chazelle. Sementara, First Man adalah kali pertama Chazelle membuat cerita di luar hal yang disenanginya. Chazelle membuat saya bertanya-tanya di sepanjang film, bagaimana bisa dengan teknologi semacam itu, manusia bisa terbang ke bulan?

Musik latar di First Man diisi oleh kolaborator setia Chazelle, komposer Justin Hurwitz. Mereka berdua berkolaborasi sejak Chazelle pertama kali membuat film. Komposisi yang diciptakan Justin Hurwitz benar-benar memberikan intensitas emosional pada film ini.

Di First Man kita bisa mendengar bagaimana Hurwitz bermain dengan suara berisik pesawat luar angkasa, kemudian secara kontras dibalas dengan keheningan saat shoot beralih ke permukaan bulan. Keheningan tiba-tiba yang menghisap jiwa.

Sulitnya membuat biopik

Membuat film biopik memiliki tantangannya sendiri. Banyak biopik yang telah diproduksi dan tak sedikit yang akhirnya gagal. Namun, ketika sebuah biopik berhasil, efeknya akan sangat besar sekali.

First Man./ IMDB

Tom Brook dalam artikelnya di BBC Culture berjudul “What is a Secret of A Good Biopic?” edisi 29 Juli 2014, mengatakan biopik yang bagus bisa membuat satu generasi tumbuh dengan gambaran Abraham Lincoln seperti yang ditunjukkan Daniel Day-Lewis dalam biopik Lincoln. “Daniel Day-Lewis akan muncul di kepala mereka ketika menyebut Abraham Lincoln,” tulis Brook.

Rahasia membuat biopik yang baik, menurut Brook adalah sutradara mesti berfokus pada satu periode dalam hidup si tokoh utama. Dalam biopik penulis Truman Capote, Capote, misalnya, sutradaranya Bennett Miller berfokus pada perjalanan Capote menulis karya non-fiksinya, In Cold Blood.

Hal ini juga dilakukan Chazelle dalam First Man. Chazelle berfokus pada perjalanan Neil Armstrong dari Proyek Gemini hingga Apollo 11. First Man juga dibantu skenario apik bikinan Josh Singer. Singer membuat skenarionya berdasarkan buku dari sejarawan James R. Hansen berjudul sama.

Dari laporan Lia Beck di situs Bustle berjudul “How Accurate Is ‘First Man’? Screenwriter Josh Singer Was Meticulous About Showing The Neil Armstrong Few People Knew,” Singer melakukan penelitian tentang Neil Armstrong selama empat tahun untuk mengadaptasi buku Hansen ke layar lebar. Ia bahkan melakukan riset kolaborasi bersama Hansen untuk membuat skenarionya.

Selain itu, biopik juga membutuhkan aktor yang benar-benar ahli untuk berubah menjadi karakter yang di dalaminya. Daniel Day-Lewis di Lincoln dan Philip Seymour Hoffman di Capote adalah dua contoh aktor yang memainkan karakternya dengan baik. Hoffman bahkan sampai meniru nada suara Capote yang jauh dari suara aslinya.

Di First Man, Ryan Gosling memainkan karakter Neil Armstrong yang stoik, dengan menampilkan seminimal mungkin emosinya. Karakter Neil di film ini dibantu oleh kehadiran Janet, yang diperankan oleh Claire Foy. Akting Foy benar-benar mencuri perhatian di sini.

Foy, sama seperti Gosling, melakukan banyak hal hanya dengan matanya. Chazelle cukup banyak melakukan pengambilan gambar dengan teknik close-up dalam film ini, membiarkan karakternya bermain emosi dengan seminimal mungkin.

4

Biopik yang baik. Damien Chazelle benar-benar super.

 

Berita Lainnya
×
tekid