sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Fosil dinosaurus mirip burung ditemukan di China

Dinosaurus Fujianvenator memiliki pertanyaan menarik: Apakah ia termasuk burung?

Arpan Rachman
Arpan Rachman Jumat, 08 Sep 2023 17:28 WIB
Fosil dinosaurus mirip burung ditemukan di China

Para ilmuwan baru-baru ini mendapatkan penemuan menarik di Provinsi Fujian, China. Mereka menemukan fosil dinosaurus mirip burung dari Periode Jurassic, dan mereka memberinya nama: Fujianvenator prodigiosus.

Penemuan ini menyoroti bagian penting dari bagaimana burung berevolusi. Ini seperti potongan teka-teki yang membantu kita memahami bagaimana burung modern muncul.

Dinosaurus Fujianvenator memiliki pertanyaan menarik: Apakah ia termasuk burung? Jawabannya tergantung bagaimana kita mendefinisikan seekor burung. Hal ini diungkapkan oleh Min Wang, ilmuwan terkemuka dalam penelitian ini dan ahli paleontologi di Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi di Chinese Academy of Sciences.

Saat diminta mendeskripsikan Fujianvenator dalam satu kata, Wang memilih “aneh.” Dia berkata, “Fujianvenator sama sekali tidak mirip dengan burung modern mana pun.”

Evolusi Dinosaurus

Momen penting dalam evolusi dinosaurus terjadi ketika dinosaurus kecil, berbulu, dan berkaki dua, yang dikenal sebagai theropoda, melahirkan burung pada akhir periode Jurassic. Burung tertua yang diketahui bernama Archaeopteryx, ada sekitar 150 juta tahun yang lalu di tempat yang sekarang disebut Jerman.

Fujianvenator termasuk dalam kelompok yang disebut avialans, yang mencakup semua burung dan kerabat terdekat dinosaurus yang belum dianggap burung. Menariknya, meski awalnya sederhana, burung berhasil selamat dari serangan asteroid dahsyat yang terjadi 66 juta tahun lalu dan menyebabkan kepunahan dinosaurus non-unggas.

Apa Fujianvenator Berlari Atau Terbang?

Sponsored

Fosil dinosaurus yang menarik ini, digali pada bulan Oktober, relatif lengkap, namun tengkorak dan bagian kakinya tidak ada. Hal ini membuat sulit untuk mengetahui apa yang dimakannya dan bagaimana cara hidupnya.

Salah satu ciri unik Fujianvenator adalah tulang kaki bagian bawahnya, tibia, yang panjangnya dua kali lipat dari tulang di atasnya, yaitu tulang paha. Hal ini membedakannya dari dinosaurus pemakan daging lainnya seperti Tyrannosaurus. Fujianvenator juga memiliki ekor yang panjang dan bertulang.

Bagian kaki depannya menyerupai sayap burung tetapi dengan tiga cakar di jari-jarinya, tidak seperti burung modern. Jadi, kita dapat menyebutnya sebagai makhluk yang mempunyai sayap, namun apakah ia bisa terbang masih belum pasti. Berdasarkan ciri kerangkanya, Fujianvenator mungkin tidak cocok untuk terbang.

“Fosil itu sendiri tidak mengawetkan bulu. Namun, kerabat terdekatnya dan hampir semua theropoda avialan yang diketahui memiliki bulu, dan bulu tersebar luas di kalangan dinosaurus. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Fujianvenator memiliki bulu,” kata Wang.

Kemungkinan Gaya Hidup Dinosaurus Fujianvenator

Berdasarkan bentuk kakinya yang panjang, para peneliti telah mengajukan dua kemungkinan gaya hidup dinosaurus Fujianvenator: ia mungkin adalah pelari yang cepat atau mungkin mengarungi lingkungan rawa, mirip dengan cara hidup burung bangau modern.

Ketika diminta untuk memilih di antara opsi-opsi ini, Wang cenderung pada gagasan bahwa Fujianvenator adalah seekor pelari.

Lebih Banyak Penelitian Tentang Dinosaurus

Para ilmuwan sedang berupaya untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana burung muncul, serta dinosaurus non-unggas yang memiliki karakteristik mirip burung.

Ahli paleontologi Zhonghe Zhou, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature, melihat Fujianvenator sebagai bukti menarik lainnya. Hal ini menyoroti fakta bahwa berbagai dinosaurus mirip burung hidup pada waktu yang sama dan menempati habitat yang mirip dengan keturunan burung mereka.

Sejarah awal burung masih belum jelas karena hanya terdapat sedikit fosil pada masa itu. Setelah ditemukannya Archaeopteryx, yaitu seekor burung seukuran burung gagak yang memiliki gigi, ekor bertulang panjang, dan tidak berparuh, terdapat jeda sekitar 20 juta tahun sebelum kita menemukan fosil burung berikutnya.

Zhou mencatat, “Satu hal yang pasti. Masih ada kesenjangan besar antara burung tertua yang diketahui dan burung tertua kedua yang diketahui.”(greekreporter)

Berita Lainnya
×
tekid