close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Salah satu toko piringan hitam dan kaset di Blok M Square, Jakarta Selatan, Minggu (16/6/2019)./Alinea.id/Fandy Hutari
icon caption
Salah satu toko piringan hitam dan kaset di Blok M Square, Jakarta Selatan, Minggu (16/6/2019)./Alinea.id/Fandy Hutari
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 28 April 2025 06:32

Generasi Z: Kolektor piringan hitam paling keras

Apa yang memicu generasi Z mengoleksi piringan hitam?
swipe

Di tengah derasnya arus digitalisasi musik, Rafael, 22 tahun, malah gemar mengoleksi piringan hitam atau vinil. “Gue suka banget nuansa vinil,” ujar Rafael kepada Alinea.id, Rabu (23/4).

Bukan cuma soal suara, Rafael mengatakan, alasannya mendengarkan musik lewat piringan hitam karena “suasana” yang berbeda saat diputar. Menurut Rafael, mendengarkan musik lewat daring, seperti dari aplikasi Spotify atau lainnya, terasa biasa saja.

“Tinggal buka aplikasi, nyalain musik, ya gitu-gitu aja. Kadang ada iklannya juga,” kata Rafael.

Ketertarikannya pada piringan hitam sebenarnya berawal dari hal yang sangat biasa. Mulanya, dia iseng mencoba memutar musik lewat piringan hitam.

“Eh lama-lama malah nagih,” tutur Rafael.

Dari sekadar coba-coba itu, dia mulai menyusur ke toko musik hingga mencari rilisan piringan hitam di internet. Kebiasaan itu, berubah menjadi kegemaran.

Menurut Rafael, banyaknya generasi Z yang mengoleksi piringan hitam bukan cuma ikut-ikutan. Namun, banyak yang serius. “Dan memang suka buat didengerin,” tutur Rafael.

Soal koleksi, Rafael mengaku tidak terpaku pada musisi favoritnya saja. Terkadang, jika album piringan hitam itu memiliki sampul yang keren, dia juga bakal membelinya.

“Kadang juga karena gue penasaran sama genre yang belum pernah gue denger,” ucap Rafael.

“Ada juga yang gue beli gara-gara rekomendasi dari teman. Jadi koleksinya campur, yang penting enak didengar.”

Tren global

Nyatanya, tren generasi Z—usia 18 hingga 24 tahun—mengoleksi vinil juga terjadi di luar negeri. Laporan survei kolektif vinil terbesar di dunia, Vinyl Alliance baru-baru ini mengungkap, sebesar 76% penggemar piringan hitam adalah gen Z. Mereka membeli piringan hitam setidaknya sebulan sekali, dengan delapan dari 10 (80%) punya pemutar piringan hitam.

Lalu, hampir 30% menyatakan diri sebagai kolektor fanatik. Vinyl Alliance melakukan survei terhadap lebih dari 2.500 penggemar piringan hitam di seluruh dunia. Bahkan, penggemar vinil generasi Z berkomitmen untuk membeli rekaman fisik itu secara teratur dan mendengarkan secara aktif, alih-alih hanya menyimpannya sebagai barang koleksi.

Laporan tersebut menunjukkan, setengah (50%) responden mengoleksi piringan hitam karena bisa menjadi teman saat waktu istirahat dari kehidupan digital, lebih banyak daripada generasi milenial (49%) dan generasi X (34%).

Generasi Z sebesar 61% daripada generasi milenial (53%) dan X (27%) cenderung mengganti kebiasaan digital dengan mendengarkan piringan hitam untuk meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Tak seperti generasi milenial atau X, generasi Z lahir dan dibesarkan selama masa kemunduran vinil pada pertengahan tahun 2000-an—yang lebih condong ke CD, MP3, dan streaming. Akan tetapi, sebut Vinyl Alliance, generasi Z justru mengadopsi format digital itu, yang memberikan makna baru pada budaya vinil.

“Generasi Z adalah generasi ‘penduduk asli digital’ pertama yang menggunakan media sosial untuk mengembangkan minat mereka pada rekaman, koleksi, dan banyak lagi,” tulis Vinyl Alliance.

Manajer umum di Vinyl Alliance, Ryan Mitrovich mengatakan, penggemar piringan hitam di kalangan generasi Z yang membeli karena berbagai alasan, menunjukkan minat mereka bukanlah tren yang dangkal. Mereka, kata Mitrovich, benar-benar punya komitmen.

“Piringan hitam adalah tiket generasi Z untuk menikmati pengalaman musik yang berbeda dan mereka menganggapnya serius,” ujar Mitrovich, dikutip dari Music Week.

“Jadi, sudah saatnya kita menganggap serius generasi Z sebagai penggemar dan kolektor piringan hitam.”

Kegemaran generasi Z pada piringan hitam tak lepas dari tren di internet. Menurut CEO Key Production Group—broker produksi vinil terbesar di Inggris dan anggota Vinyl Alliance—Karen Emanuel, ada lebih dari 252 juta unggahan di TikTok yang berhubungan dengan piringan hitam, maka platform media sosial menyediakan titik masuk yang mudah diakses bagi generasi muda. Misalnya, pemutar piringan hitam yang memutar barang-barang favorit dan dinding yang dihiasi dengan piringan hitam.

Mitrovich menambahkan, sebagai generasi digital native, generasi Z memiliki hubungan yang unik dengan vinil—yang sangat dipengaruhi oleh kehidupan digital mereka.

“Dari manfaat kesehatan (mental), dari pengalaman mendengarkan secara fisik, dan rasa kebersamaan di dalam toko, hingga mengekspresikan kegemaran mereka dan berbagi pengalaman analog di media sosial, kami telah belajar bahwa generasi Z memberi makna baru pada media tersebut,” ujar Mitrovich dalam Music Week.

“Hal ini telah terintegrasi ke dalam gaya hidup mereka, yang membangun argumen kuat bahwa vinil akan tetap ada.”

img
Nofal Habibillah
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan