Di masa lalu, dunia sudah mengalami beberapa kali pandemi. Misalnya, pada 1918, merebak wabah flu spanyol. Namun, sejak kapan pandemi penyakit terjadi?
Studi terbaru yang memetakan penyakit menular selama ribuan tahun dan menawarkan wawasan anyar tentang bagaimana interaksi manusia-hewan secara permanen mengubah lanskap kesehatan manusia diterbitkan di jurnal Nature. Penelitian berjudul “The spatiotemporal distribution of human pathogens in ancient Eurasia” ini dipimpin profesor di Universitas Kopenhagen dan Universitas Cambridge, Eske Willerslev.
Penelitian ini menemukan bukti paling awal yang diketahui tentang penyakit zoonosis—penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, seperti Covid-19—berasal dari sekitar 6.500 tahun silam. Penyakit tersebut semakin menyebar sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Para peneliti menganalisis DNA lebih dari 1.300 manusia prasejarah beberapa di antaranya berusia hingga 37.000 tahun. Tulang dan gigi purba manusia purba itu memberikan tanda perkembangan penyakit yang disebabkan bakteri, virus, dan parasit.
Kohabitasi erat manusia dengan hewan peliharan—dan imigrasi besar-besaran para penggembala dari Stepa Pontus—memainkan peran penting dalam penyebaran penyakit ini. Stepa Pontus adalah wilayah stepa yang terbentang dari pesisir utara Laut Hitam hingga Laut Kaspia. Wilayah ini terbentang dari Moldova dan Ukraina barat hingga Kazakhstan barat.
“Kita sudah lama menduga, transisi ke pertanian dan peternakan membuka pintu bagi era baru penyakit. Kini DNA menunjukkan, hal itu terjadi setidaknya 6.500 tahun yang lalu,” kata Eske Willerslev, dikutip dari situs web Kobenhavns Universitet.
“Infeksi ini tidak hanya menyebabkan penyakit, tetapi mungkin juga berkontribusi pada keruntuhan populasi, migrasi, dan adaptasi genetik.”
Menurut Willerslev, mutasi yang berhasil di masa lalu kemungkinan besar akan muncul kembali. Maka dari itu, penelitian ini penting untuk mempersiapkan vaksin di masa mendatang.
“Karena memungkinkan kita menguji apakah vaksin yang ada saat ini memberikan cakupan yang memadai atau apakah vaksin baru perlu dikembangkan lantaran adanya mutasi,” ujar Willerslev.
Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan 214 patogen. Temuan yang luar biasa adalah jejak genetik tertua di dunia dari bakteri pes Yersinia pestis, yang teridentifikasi dalam sampel berusia 5.500 tahun. Wabah ini diperkirakan telah menewaskan antara seperempat hingga setengah populasi Eropa selama abad pertengahan.
Selain itu, para peneliti menemukan jejak penyakit, seperti kusta (Mycobacterium leprae) pada 1.400 tahun yang lalu, malaria (Plasmodium vivax) pada 4.200 tahun yang lalu, virus hepatitis B pada 9.800 tahun lalu, serta difteri (Corynebacterium diphtheriae) pada 11.100 tahun lalu.
Penelitian sebelumnya yang diterbitkan di jurnal Cell tahun 2021 menemukan jenis bakteri tertua yang menyebabkan wabah, yakni Yersinia pestis, pada sisa-sisa tubuh seorang pemburu-pengumpul yang tinggal di wilayah Latvia sekarang, 5.000 tahun silam. Pria yang diperkirakan berusia antara 20 dan 30 tahun itu, kemungkinan tewas setelah digigit hewan pengerat yang membawa strain bakteri tersebut.