close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. New normal. Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi. New normal. Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 24 Juli 2020 12:20

Artis-influencer diklaim bisa sosialisasikan norma baru Covid-19

Sosialisasi manfaat medis tetap bakal diterima, tetapi hanya kalangan tertentu dengan literasi kesehatan yang baik.
swipe

Untuk mempercepat adaptasi kebiasaan baru demi memutus mata rantai penularan Covid-19, dinilai tidak bisa hanya dengan sosialisasi manfaat medis. Sosialisasi penggunaan masker, cuci tangan, hingga jaga jarak perlu berbagai pendekatan.

“Jika hanya disosialisasikan manfaat medisnya, saya yakin tidak banyak orang yang mau. Apalagi orang Surabaya. Bonek itu tidak bisa mati. Jadi kalau diberi edukasi ancaman kesehatan, tidak akan mempan untuk kelompok tertentu,” ujar Sosiolog dari Universitas Airlangga Bagong Suyanto dalam keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (24/7).

Ia percaya sosialisasi manfaat medis tetap bakal diterima, tetapi hanya kalangan tertentu dengan literasi kesehatan yang baik. Makanya, sosialisasi berbasis gaya hidup bisa menjadi alternatif untuk masyarakat dengan subkultur yang berbeda dengan tingkat pendidikan lebih rendah.

Pendekatan berbasis gaya hidup memainkan fungsi kedua dalam produk tersebut. Pendekatan berbasis gaya hidup memungkinkan seseorang mengadopsi norma baru tanpa paksaan. Kesukarelaan seseorang mengadopsi norma baru terjadi karena melebur dengan identitas sosialnya.

“Masker yang gambarnya bonek. Masker yang menggambarkan identitas siapa pemakaiannya, lebih memudahkan agar orang mau memakai tanpa paksaan,” ucapnya.

Kendati begitu, pendekatan berbasis gaya hidup tergantung kreativitas dalam pengembangannya. Pasalnya, untuk mengkontruksikan kebiasaan baru, tidak bisa memukul rata semua subjek. Dalam artian setiap manusia berbeda-beda. Jadi memang sangat partikularistik atau sangat beragam dimensi sikap dan perilaku pada setiap induvidu atau kelompok.

Setiap komunitas memiliki subkultur, tingkatan pendidikan, hingga idiom-idiom yang berbeda. Dalam sosialisasi berbasis gaya hidup turut pula melibatkan kelompok-kelompok sekunder. Misalnya, pemuka agama atau tokoh idola.

Sosialisasi kebiasaan baru ini diharapkan karena kesadaran dan rasa tanggung jawab. Di sisi lain, pemerintah tidak bisa mengandalkan instrumen berupa ancaman dan sanksi karena masyarakat telah terbebani dampak Covid-19.

Menurut Bagong, memanggil selebriti hingga influencer merupakan upaya sosialisasi berbasis gaya hidup. Ia pun mengklaim, pendekatan aturan hukum dan sosialisasi berbasis gaya hidup bisa mengoptimalkan adaptasi kebiasaan baru.

Sebelumnya (14/7), Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah artis Tanah Air ke Istana, seperti Tompi, Andre Taulany, Butet Kertaredjasa, Cak Lontong, Yovie Widianto, Yuni Shara, Raffi Ahmad, Ari Lasso, Desta, Anji, Gading Marten, hingga Once.

Ironisnya, belakangan ini malah banyak artis influencer kebanjiran kritik. Misalnya, Anji dikecam karena berasumsi tanpa fakta saat berkomentar terkait foto jenazah korban Covid-19 karya Joshua Irwandi yang viral di media sosial.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan