sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Instalasi Harmoni(S): Menimbang lokasi kuno, materi resam dan bentuk visual

Kedaton dipilih sebab area ini adalah sebuah "Global Ancient College" yang terjadi 1200 tahun lalu.

Ghalda Anisah
Ghalda Anisah Kamis, 15 Okt 2020 10:17 WIB
Instalasi Harmoni(S): Menimbang lokasi kuno, materi resam dan bentuk visual

Sebuah instalasi seni cukup besar dengan ukuran panjang 13 meter, lebar 10 meter dan tinggi 4 meter cukup menarik disimak dan perlu untuk diulas. Karya seniman kolektif dari Kilau Art Studio, Jagakarsa, Jakarta Selatan yang berkolaborasi dengan pengrajin materi tanaman gulma resam di Desa Muaro Jambi, Provinsi Jambi ini, menantang kita mendedahkan tafsir dan pemaknaan yang beragam.

Menimbang tinjauan wacana dan praktik seni kontemporer yang dikatakan site specific art, tentu akan terhubung pada lokasi dan responsif karya terhadap lingkungan sekitar. Demikian pula jika menimbang materi, yang terbuat dari bahan natural, kita bisa menempatkan karya pada perspektif environmental art

Namun, jika kita membawa pada karya yang diproduksi bersama-sama secara kolaboratif dan sementara sebagian dari ide-ide mendasar seperti asupan data, lokasi dan sangat terbukanya konsep desain yang digagas bersama di Jakarta, maka bisa bergeser pada upaya pemberdayaan pengrajin dan pekerja kreatif setempat. Instalasi itu beralih peran menjadi semacam konsep art activism. Sebuah aksi pemberdayaan masyarakat lewat seni.

Maka tinjauan kuratorial bisa membuka kemungkinan-kemungkinan lain, sikap dan gagasan yang boleh jadi dengan hadirnya diskursus dalam dua dasawarsa terakhir dengan terminologi glo-cal (global sekaligus lokal), yakni: diskursus yang mengemuka bahwa terjadi pertemuan besar arus baru seni lokal dengan dialognya seni yang datang dari Barat. Pertemuan ini, bisa saling memberi, mengupas bahkan memberi kekayaan cakrawala pengetahuan seni baru 

Tiga hal utama

Tinjuan kuratorial kemudian mencoba menyederhanakan dengan tak menafikan tafsiran-tafsiran lain dalam tiga hal utama: lokasi yang kuno, materi dan bentuk visual, yang bisa didekatkan pada konsep site specific art sekaligus environmental art.

Pertama tentang sites (situs), yang bisa menggunakan beberapa pendekatan, baik sejarah, arkeologi pun antropologi atau trans disiplin ilmu yang lain. Karya instalasi gigantik ini sudah semestinya direlasikan dengan kompleks Kedaton (instalasinya persis berada beberapa ratus meter dari Kedaton).

Yakni, satu tempat dari puluhan lokasi dalam kompleks Candi Muaro Jambi dalam masa keemasan Kerajaan Sriwijaya, era sang Dharmakirti, dibangun sekitar abad 5-7 Masehi.

Sponsored

Kedaton dipilih sebab area ini adalah sebuah "Global Ancient College" yang terjadi 1200 tahun lalu, ada proses ajar-mengajar dengan ribuan murid dan peziarah yang tak hanya menyediakan ilmu spiritualitas Budha, namun ilmu pengetahuan umum (liberal arts) seperti, sains, filsafat, sastra dan seni.  

Sejarah menggiring kita pada sosok Atisha dan I-tsing, dua pembelajar sekaligus peziarah hebat, pada awal milenium ke-2 dengan catatan-catatan musafirnya keduanya bisa ditemukan jejak-jejak naskahnya di Tibet, China, India, kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, mungkin juga Afrika. 

Seniman kolektif dari Jakarta, Kilau Art Studio, kemudian ingin menyambung yang kuno dan fenomena saat ini, bagaimana ilmu pengetahuan, kebajikan-kebajikan nalar dan rasa mulai ditanggalkan disebabkan paham materialisme zaman modern. 

Yang kedua adalah materi resam (dicrapnoteris linearis, jenis tanaman paku). Tanaman gulma resam, yang aplikatif untuk membuat benda-benda pakai ini juga terkenal di Sumatera sebagai tanaman obat dan materi yang liat tatkala terkena air selain mudah dibentuk.

Kelak, secara ekonomi resam diharapkan membantu masyarakat sekitar candi untuk berdikari dengan lebih kreatif dengan adanya seniman-seniman visual itu.

Yang menarik dari resam, materi ini sepertinya mentransmisi kondisi tragis lingkungan hidup di Muaro Jambi, sebab tambang batu bara, pasir dan sawit beberapa kilometer dari sana memberi dampak buruk pada tanah, udara dan tentu saja cadangan air bersih. Seniman-seniman itu mencoba menghubungkan instalasi resam dan krisis ekologi. Environmental art kemudian hadir dan memberi dalih cukup jelas.

Yang ketiga adalah visualisasi instalasi yang serupa gerak organik, yakni rupa Biomorf. Bentuk yang bergelombang, transparan, meminimalkan sudut-sudut yang runcing. Terasa seperti eros, energi mahluk hidup. Komunitas Kilau Art Studio dengan para mitranya, sekaligus pengrajin resam dan pemuda-pemuda karang taruna setempat bersepakat bahwa karya instalasi seperti gerak peradaban yang tak henti.

Hal itu, meminjam konsep cakra atau yang lain. Tawaf, bergerak bisa jadi melingkar atau tak teratur. Masyarakat muslim setempat sangat dekat secara spiritual pun kultural dengan sejarah panjang dinding-dinding bata ribuan tahun, gundukan-gundukan tanah, kanal, kolam-kolam/kubangan kuno di sana.
Judul karya Instalasi, Harmoni(S) 2020, mungkin seperti doa bagi sebuah kondisi terterpa musibah, semisal pandemi Covid-19 dan krisis lingkungan.

Berita Lainnya
×
tekid