sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kampanye biosaka terhalang budaya petani tempo dulu

Biosaka sebagai elisitor tanaman sudah mendapatkan sertifikat dari Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Jumat, 11 Nov 2022 12:41 WIB
Kampanye biosaka terhalang budaya petani tempo dulu

Biosaka yang merupakan cairan suplemen penunjang pertumbuhan tanaman menurut penemunya yaitu Muhammad Anshar perlu terus ditingkatkan terus menerus. Alasannya, agar petani sedikit demi sedikit bisa mengubah cara kerjanya dalam mengaplikasikan biosaka.

Menurut Anshar, kampanye penggunaan biosaka sebagai elisitor tanaman pertanian secara meluas di masyarakat terhalang oleh budaya petani yang sudah berlangsung turun temurun. Padahal manfaat biosaka sudah terbukti.

"Ini kendalanya. Kampanye ini terhalang karena budaya petani dari zaman dulu itu sangat berbeda dengan cara kerja biosaka. Malah cenderung bertolak belakang," keluh Anshar dalam webinar bertajuk "Bimbingan Teknis Pembuatan Biosaka di Sumatera Selatan", ditulis Jumat (11/11).

Anshar menjelaskan, selama ini petani melakukan penyemprotan pestisida, pupuk tanaman, maupun produk organik lainnya berpatokan terhadap kuantitas.

"Maksudnya penyemprotan harus terlihat basah dan menghindari angin," tuturnya.

Berbeda dengan penggunaan biosaka. Anshar menyampaikan, penggunaan biosaka yang terpenting adalah teknik penyemprotannya.

"Justru biosaka itu jika nozelnya semakin kabut semakin baik. Semakin banyak angin akan semakin mudah kerjanya. Ini acuan biosaka," rinci Anshar.

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi mengungkapkan, biosaka sebagai elisitor tanaman sudah mendapatkan sertifikat dari Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.

Sponsored

"Pak Menteri bahkan sudah mengajarkan secara langsung pembuatan biosaka di tiga daerah. Di Sumatera Utara, Manokwari, dan Kolaka," kata Suwandi.

Setidaknya ada lima manfaat penggunaan biosaka yang hasilnya bisa langsung terlihat setelah 24 jam pascapenyemprotan. Pertama, lahan pertanian menjadi lebih subur. Kedua, hemat biaya karena bahan-bahan untuk membuat biosaka tidak perlu beli, dan ada di sekitar petani. Ketiga, dapat menghemat penggunaan pupuk sekitar 30% sampai 50%. Keempat adalah bisa mengurangi hama penyakit tanaman, dan kelima dapat meningkatkan kuantitas produksi yang lebih baik.

"Meski demikian, ini jilid satu. Masih perlu dievaluasi. Makanya mari sama-sama kita gencarkan penggunaannya selama masa tanam Oktober-Maret," tandas Suwandi.

Berita Lainnya
×
tekid