Pria cenderung lebih tinggi daripada perempuan. Situs web Our World in Data mencatat, secara global, tinggi rata-rata perempuan sekitar 12 sentimeter (4,5 inci) lebih pendek daripada pria. Mengapa?
Tim peneliti yang dipimpin ilmuwan dari Geisinger College of Health Sciences di Pennsylvania, Amerika Serikat yang risetnya diterbitkan di Proccedings of the National Academy of Sciences (PNAS) (Februari, 2025) berjudul “X and Y gene dosage effects are primary contributors to human sexual dimorphism: The case of height” mengungkap mekanisme genetik utama di balik hal itu.
Mereka menyisir tiga basis data genetik besar, satu dari Inggris dan dua dari Amerika Serikat, yang mencakup data genetik dari satu juta orang. Mereka menemukan 1.225 orang dewasa dengan kombinasi kromosom yang tidak biasa.
Kombinasi tersebut dimodelkan secara statistik terhadap tinggi setiap orang dewasa. Hasilnya, ada perbedaan yang menarik dalam pengaruh urutan yang ditemukan pada kromosom X dan Y yang dikenal sebagai gen short-stature homeobox (SHOX)—yang diketahui terkait dengan tinggi badan.
Dikutip dari Science Alert, tak seperti kromosom X dan Y pada sel pria, salah satu dari dua kromosom X (dikenal sebagai kromosom X tak aktif atau Xi) pada sel perempuan cenderung bekerja pada kapasitas yang berkurang untuk menghindari komplikasi.
Data menunjukkan, kromosom Y memberikan lebih banyak efek SHOX daripada komosom X yang tidak aktif, dengan menyumbang tinggi badan tambahan rata-rata 3,1 sentimeter atau 1,2 inci.
Para peneliti menghitung, perbedaan ini menjelaskan 22,6% dari perbedaan tinggi rata-rata antara pria kromosom XY dan perempuan kromosom XX, di samping faktor-faktor lain. Di antara tiga basis data genetik yang digunakan dalam penelitian ini, perbedaan tinggi rata-rata antara pria dan perempuan adalah antara 12,85 dan 13,72 sentimeter.
Dilansir dari New York Times, peneliti genetika di Geisinger College of Health Sciences yang juga salah seorang penulis studi, Matthew Oetjens mengatakan, lokasi gen SHOX berada di dekat ujung kromosom seks. Pada perempuan, sebagian besar gen pada salah satu dari dua kromosom X menjadi tidak aktif atau diam. Namun, salah satu wilayah di mana gen tetap aktif adalah di ujung kromosom X.
“Gen SHOX cukup dekat dengan ujung, sehingga tidak sepenuhnya diam,” kata Oetjens.
“Pada pria, kromosom X dengan gen SHOX-nya sepenuhnya aktif. Begitu pula dengan kromosom Y.”
Menurut Oetjens, hal ini berarti perempuan, dengan dua kromosom X-nya akan memiliki dosis gen SHOX yang sedikit lebih rendah dibandingkan pria, yang memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. Hasilnya, pria mendapatkan efek gen SHOX yang sedikit lebih besar.
Selain itu, faktor genetik—orang tua yang tinggi cenderung punya anak yang tinggi juga—dan kadar hormon testosteron dinilai pula berperan dalam menentukan seberapa tinggi tubuh kita.
Dalam penelitian sebelumnya yang diterbitkan di jurnal Biology Letters (Januari, 2025), para peneliti dari Italia, Amerika Serikat, dan Inggris menemukan, pria di seluruh dunia bertambah tinggi dan berat dua kali lebih cepat daripada perempuan selama seabad terakhir.
Para peneliti menganalisis data tahun 2003 dari World Health Organization (WHO) mengenai tinggi dan berat badan lebih dari 100.000 orang di 69 negara. Para peneliti pun menggunakan data dari indeks pembangunan manusia (IPM), yang mengukur tingkat kesejahteraan orang secara nasional, seperti harapan hidup, lamanya pendidikan, dan pendapatan per kapita.
Dikutip dari The Guardian, analisis catatan dari puluhan negara menemukan, setiap kenaikan 0,2 poin dalam IPM perempuan rata-rata bertambah tinggi 1,7 sentimeter dan bertambah berat 2,7 kilogram, sedangkan pria bertambah tinggi 4 sentimeter dan bertambah berat 6,5 kilogram.
“Hal ini menunjukkan, seiring dengan membaiknya kondisi kehidupan, baik tinggi maupun berat badan meningkat dua kali lebih cepat pada pria daripada perempuan,” tulis The Guardian.