close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kentang goreng./Foto Pexels
icon caption
Ilustrasi kentang goreng./Foto Pexels
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 03 Oktober 2025 13:01

Makanan cepat saji bisa merusak memori hanya dalam waktu 4 hari

Penelitian ini dilakukan pada model tikus yang diberi makanan tinggi lemak menyerupai makanan cepat saji.
swipe

Pola makan ternyata punya pengaruh jauh lebih besar terhadap otak daripada yang kita kira. Sebuah studi terbaru dari Fakultas Kedokteran University of North Carolina (UNC), yang diterbitkan di jurnal Neuron, menunjukkan bagaimana makanan cepat saji dapat mengubah pusat memori di otak dan meningkatkan risiko gangguan kognitif.

Penelitian ini menemukan, sekelompok sel khusus di hipokampus, yakni interneuron cholecystokinin (CCK), menjadi terlalu aktif setelah konsumsi makanan tinggi lemak. Kondisi ini terjadi karena otak terganggu dalam memanfaatkan glukosa (gula). Akibatnya, proses pembentukan memori di hipokampus ikut terganggu, bahkan hanya setelah beberapa hari mengonsumsi makanan berlemak.

Jenis makanan tinggi lemak ini serupa dengan makanan cepat saji khas Barat, seperti burger keju dan kentang goreng. Para peneliti juga menemukan peran penting protein bernama piruvat kinase M2 (PKM2), yang mengatur penggunaan energi sel otak, dalam mekanisme gangguan ini.

Penemuan ini membuka peluang untuk intervensi dini guna mencegah, bahkan membalikkan, hilangnya memori jangka panjang yang terkait dengan obesitas.

“Kami tahu, pola makan dan metabolisme bisa memengaruhi kesehatan otak. Namun, kami tidak menyangka akan menemukan kelompok sel otak yang begitu spesifik dan rentan, yaitu interneuron CCK di hipokampus, yang langsung terganggu oleh pola makan tinggi lemak meski hanya dalam waktu singkat,” ujar anggota Pusat Neurosains UNC sekaligus pempimpin penelitian, Juan Song, dalam situs UNC Health Care.

“Yang paling mengejutkan kami adalah betapa cepatnya sel-sel ini berubah aktivitasnya saat ketersediaan glukosa menurun, dan bagaimana perubahan itu saja sudah cukup untuk mengganggu daya ingat.”

Penelitian ini dilakukan pada model tikus yang diberi makanan tinggi lemak menyerupai makanan cepat saji. Hanya dalam 4 hari, interneuron CCK di pusat memori otak menunjukkan aktivitas abnormal.

Hasilnya, makanan berlemak dapat memengaruhi fungsi otak hampir seketika, bahkan sebelum terjadi penambahan berat badan atau diabetes. Temuan ini juga menunjukkan, betapa sensitifnya sirkuit memori terhadap pola makan, menegaskan pentingnya nutrisi dalam menjaga kesehatan otak. Pola makan tinggi lemak, terutama yang kaya lemak jenuh, berpotensi meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan Alzheimer.

Penelitian tersebut juga menemukan, memulihkan kadar glukosa di otak dapat menenangkan neuron yang terlalu aktif sekaligus memperbaiki masalah memori pada tikus. Temuan ini pun mengindikasikan kalau intervensi, baik lewat perubahan pola makan maupun pendekatan farmakologis, berpotensi efektif untuk menjaga kesehatan otak dan mencegah neurodegenerasi terkait obesitas.

Menariknya, para peneliti menemukan bahwa intervensi sederhana seperti puasa intermiten setelah konsumsi makanan tinggi lemak sudah cukup untuk menormalkan aktivitas interneuron CCK dan meningkatkan fungsi memori.

“Penelitian ini menyoroti betapa cepatnya makanan memengaruhi kesehatan otak, serta bagaimana intervensi dini—baik lewat puasa maupun obat-obatan—dapat melindungi daya ingat dan menurunkan risiko gangguan kognitif jangka panjang yang berkaitan dengan obesitas dan masalah metabolisme,” ujar Song.

“Dalam jangka panjang, strategi ini berpotensi membantu mengurangi meningkatnya kasus demensia dan Alzheimer akibat gangguan metabolisme, sekaligus menawarkan pendekatan perawatan yang lebih menyeluruh dengan memperhatikan tubuh dan otak.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan