sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Membaca buku membuat pribadi lebih toleran dan bersimpati

Orang yang membaca buku akan makin diluaskan wacana dan pola pikirnya. Sehingga tidak picik dan tidak egois.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Rabu, 20 Nov 2019 12:00 WIB
Membaca buku membuat pribadi lebih toleran dan bersimpati

Manfaat membaca buku rupanya tidak hanya dapat dirasakan secara pribadi, orang lain pun dapat merasakan manfaat membaca buku. Inilah yang mengilhami Aldo Zirsof yang belakangan menjadi penggiat literasi dengan berbagai macam koleksi bukunya. 

Aldo yang sehari-hari bekerja sebagai konsultan bisnis dan auditor menyulap ruangan di rumahnya menjadi perpusatakaan. Perpustakaan Aldo dinamai Aldo Zirsov Library. Perpustakaan memiliki koleksi buku yang tidak hanya dinikmati secara pribadi, tapi juga kerap dinikmati oleh kalangan mahasiswa tingkat sarjana dan pascarsajana yang mencari bahan untuk tugas akhir. 

Aldo merasakan kesenangan dari perjumpaan dengan masyarakat umum yang berkunjung ke perpustakaannya.

“Saya membantu mereka menjadi melihat sisi berbeda. Itu menyenangkan karena saya bisa bertemu banyak orang dan mendiskusikan banyak ilmu,” tutur Aldo kepada Alinea.id

Gagasan membangun perpustakaan bermula dari pengalaman teman sekantornya yang mengalami manfaat membaca buku untuk memulihkan rasa putus asa setelah diputus kontrak kerjanya. 

Aldo kemudian menyimpulkan, membaca membantu seseorang untuk melihat suatu kejadian atau pengalaman hidup dengan sudut pandang yang lain.

“Teman saya itu tak lulus dalam probation test. Tapi ternyata ia bersyukur, dengan keluar dia bisa mengubah pemikiran dan menerima kondisi. Dia malah diarahkan ke pekerjaan lain yang sesuai dengan passion-nya,” kenang Aldo. 

Dari situlah, ia meyakini manfaat membaca buku. Aldo juga teringat dengan kebijakan di luar negeri yang mewajibkan narapidana untuk menamatkan membaca sejumlah tertentu judul buku, dari beragam genre. Imbalannya, para napi akan mendapatkan pemotongan masa hukuman penjara.

Sponsored

Aldo kemudian mencontohkan, di beberapa negara bagian di Amerika Serikat dan Eropa narapidana juga dianjurkan membaca kitab suci masing-masing sesuai agamanya. 

Perialku seseorang bisa berubah dari membaca buku. Baik sebelumnya berperilaku kriminal, lalu berubah menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya. 

Dari kebiasaan membaca buku, kata dia, seseorang dapat menjadi lebih baik dan bermental lembut. Termasuk dapat mengontrol emosinya. Bercermin dari kewajiban membaca bagi narapidana tersebut, Aldo mengatakan, manfat membaca dapat lebih dialami oleh publik umum.

“Saya pribadi membaca buku untuk mencari jawaban-jawaban kehidupan. Bagaimana cara saya bersosialisasi, itu saya dapatkan dari membaca buku,” kata Aldo.

Bagi Aldo, buku menjadi sarana rileksasi dari beban pekerjaan dan tugas sehari-hari, sebagaimana menonton film dan pertunjukan atau darmawisata. Di samping itu, dia meyakini seni sebagai terapi efektif dalam menghadapi masalah psikis.

“Buku pun membikin orang lebih toleran, punya simpati dan empati. Orang yang membaca buku akan makin diluaskan wacana dan pola pikirnya, sehingga tidak picik. Akhirnya dia tidak menjadi lebih egois,” kata dia.

Terkait biblioterapi, Aldo berpendapat nilai penting membaca dapat berdampak langsung ataupun tidak. Membaca, menurutnya, lantas sebagai sarana psikologis dan alat terapi bagi seseorang, terlepas dari genre bukunya. 

Bahkan membaca dapat mengubah jalan hidup seseorang, dan memberikan pencerahan.

“Bahkan sebatas novel saja, kita bisa melihat perjalanan hidup seseorang, kadang di atas dan di bawah. Dengan membaca kita mendapatkan pembelajaran bahwa hidup itu perlu berjuang berusaha, dan berdoa,” katanya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid