sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menyoal sulitnya generasi milenial membeli rumah

Generasi milenial terganjal berbagai kondisi untuk mendapatkan rumah.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 03 Des 2021 13:04 WIB
Menyoal sulitnya generasi milenial membeli rumah

Perusahaan pengembang perumahan, PT Modernland Realty merilis hunian tapak tipe studio di kawasan Cilejit, Tangerang, Banten yang dibanderol mulai Rp150 juta. Rumah tersebut bertipe 13/60. Tipe di atas itu, yakni 23/60 dan 28/60 dibanderol lebih mahal.

Modernland Realty mengincar pasar milenial yang menurut sensus BPS jumlahnya mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87% dari total populasi Indonesia 270,2 juta jiwa.

Di sisi lain, milenial menghadapi dilema dalam membeli rumah. Kenaikan harga properti tak sebanding dengan kenaikan gaji, meskipun rumah tipe studio bisa menjadi solusi. Selain itu, para milenial menghadapi ancaman menjadi generasi sandwich yang harus menopang kebutuhan hidup generasi di atas dan di bawahnya.

Situs worth.com menulis, fenomena milenial tak bisa membeli rumah terjadi di Amerika. Namun, tampaknya semua orang terobsesi dengan mengklaim milenium dan Gen Z tidak ingin memiliki rumah. Mereka disebut senang tinggal di apartemen perkotaan dengan harga mahal, meraih latte, mengendarai skuter listrik, dan berkeliaran di sekitar area yang bisa digunakan untuk jalan-jalan. 

Di balik itu semua, yang sebenarnya terjadi adalah milenial ingin memiliki rumah, namun tidak mampu membelinya.  

Harga perumahan telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1970, bahkan setelah memperhitungkan inflasi. Tentu saja, ada beberapa alasan perumahan menjadi barang mahal. Pertama, undang-undang membatasi kepadatan suatu wilayah, hasilnya tanah semakin mahal dan banyak orang tidak mampu membeli. Undang-undang kewilayahan diperlukan untuk melestarikan lingkungan, menciptakan standar desain dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.

Kemudian, kebijakan hipotek, instrumen utang berupa kredit berjangka panjang dengan memberikan hak tanggungan properti dari peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan terhadap kewajibannya. Di Amerika hal itu juga turut mempengaruhi harga rumah. Sebaliknya, di Indonesia kebijakan ini justru membuat harga uang muka untuk pembelian hunian melonjak.

Lalu, bagaimana cara membuat perumahan lebih terjangkau? Sebenarnya cukup mudah, yakni melakukan pembangunan yang lebih banyak. 

Sponsored

Penduduk usia muda memerlukan undang-undang zonasi yang diperbaharui dan masuk akal bagi penduduk dan lingkungan. Milenial juga membutuhkan program hipotek yang memenuhi tujuan meningkatkan jumlah kepemilikan rumah.

Di Indonesia, sulitnya milenial memiliki rumah bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Beragam situs menyebutkan milenial memiliki pengeluaran konsumtif yang tinggi. Di kota-kota besar, milenial dan gen z dicap sebagai generasi konsumtif dengan banyaknya godaan cafe dan resto yang menawarkan berbagai makanan. Milenial yang psimis memiliki rumah juga lebih memilih menghabiskan uang mereka di pos konsumsi.

Berdasarkan data Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Bank Indonesia, dalam satu dekade kenaikan harga hunian mencapai 39,7%. Sedangkan kenaikan upah minimum regional (UMR) di seluruh Indonesia per tahun dengan memperhatikan perkembangan tingkat inflasi masih belum sebanding. Rendahnya kepemilikan rumah milennial khususnya di kota-kota besar disebabkan oleh harganya yang terus melejit. Kenaikan harga rumah dan kenaikan penghasilan tidak terkejar. Jika dihitung secara ideal, harga rumah yang dibeli maksimal adalah tiga kali dari penghasilan tahunan. Jika ingin membeli rumah seharga Rp600 juta, seseorang harus memiliki gaji Rp200 juta per tahun atau sekitar Rp16 jutaan perbulan

Rendahnya kepemilikan rumah pada usia muda juga dipengaruhi faktor pekerjaan. Saat ini banyak sekali milenial yang memiliki pekerjaan dengan berwirausaha atau bekerja lepas. Pekerja informal tanpa slip gaji akan menyulitkan bank menyetujui pengajuan KPR karena kurangnya syarat administrasi. 

Selain itu, generasi milenial juga perlu menanamkan pola pikir atau mindset bahwa rumah adalah kebutuhan pokok. Menyisihkan penghasilan untuk tabungan masa depan dan membeli rumah sesuai dengan keinginan baik rumah tapak atau rumah vertikal.

Berita Lainnya
×
tekid