sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Museum Macan: Cara baru menikmati museum

Museum Macan kembali memamerkan instalasi seni kontemporer seniman Jepang Yayoi Kusama. Kali ini hadir dengan kemasan yang lebih segar.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Senin, 28 Mei 2018 17:48 WIB
Museum Macan: Cara baru menikmati museum

Yayoi Kusama segera menjadi buah bibir tatkala karyanya mejeng di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan), di penghujung 2017 silam. Seniman kelahiran Jepang tersebut memamerkan sejumlah instalasi seni dengan dimensi yang tumpang tindih bertabrakan. Langgam ini tampak kentara dalam karya populernya bertajuk "Infinity Mirrored Room", yang kala itu mendulang pujian para penikmat seni.

Di episode kedua, pada 12 Mei hingga 19 September 2018, Yayoi menggelar pameran yang dilabeli "Life is the Heart of a Rainbow". Ingin menandaskan ciri khasnya, karya Yayoi masih didominasi corak polkadot, jaring, dan labu.

Meskipun hampir keseluruhan karyanya menjadikan polkadot dan jaring sebagai corak dominan, pengunjung akan menemukan satu karyanya yang berbeda dan penuh makna. Sebuah ruangan tak terlalu lapang yang hanya bisa dimasuki pengunjung berusia 18 tahun ke atas. Karya unggulannya seniman kelahiran 22 Maret itu berjudul "Body and Peformance".

Pengunjung bisa menikmati detail karya Yayoi di dalam ruangan, di mana siraman cahaya terpancar dari layar, yang memutar video tanpa henti. Karya itu sendiri bermula dari sentimen Yayoi terhadap isu politik dan sosial di Amerika, saat ia tinggal di sana pada 1960-an.
 

Saat itu Kusama membuat banyak penampilan eksperimental yang ditampilkan di tempat ikonik New York, seperti Brooklyn Bridge, Central Park, dan Wall Street. Salah satu penampilan yang ditampilkan bertajuk "Happenings".

"Happenings"adalah bentuk protesnya sekaligus sebuah perayaan. Karya ini akan menyeret pengunjung pada kisah pengalaman Yayoi saat masih kanak-kanak. Kala itu, ia turut menjadi saksi menguatnya isu gerakan sipil, terutama saat Perang Vietnam berkecamuk.

Dalam "Happenings" ia menampilkan dirinya dan beberapa orang lainnya bertelanjang dan mencat diri dengan motif polkadot. Hal itu menyerukan kekuatan cinta dan kemanusiaan melawan perang kekerasan, kapitalisme, dan kemapanan. Pertunjukan itu bahkan juga digelar di klub malam, taman publik, dan berbagai museum.

Sponsored

Dipamerkannya instalasi seni Yayoi di Museum Macan menjadi babak baru seni kontemporer di ruang galeri di Jakarta, bahkan Indonesia. Pengalaman dan ingatan kolektif akan sejarah menjadi tema besar yang diangkat dalam tiap pameran.

Pada episode pertama, museum ini menampilkan koleksi seni sang pendiri, Haryanto Adikoesoemo. Dengan judul "Art Turns, World Turns", pameran itu menampilkan 90 karya dari berbagai seniman.

Karya yang dipamerkan merupakan ciptaan seniman, seperti Raden Saleh, Sindu Darsono Sudjojono, Affandi, dan sejumlah seniman Indonesia lainnya. Selain itu ada juga karya-karya seniman internasional seperti Andy Warhol, Karel Appel, Willem de Kooning.

Pameran pertama menuai respons positif dari pengunjung, sehingga di episode kedua, manajemen sampai harus memberlakukan durasi maksimal untuk berfoto dengan karya. Setiap orang hanya diberikan waktu 10-50 detik berpose dengan karya sang seniman. 

Untuk pameran yang satu ini pengunjung harus merogoh kocek lebih dalam, dibanding pertama, karena harga tiket untuk dewasa Rp 100.000, anak-anak Rp 80.000, dan pelajar serta lansia Rp 90.000. Pameran ini dibuka setiap Selasa-Minggu dari pukul 10.00-19.00.

Pengunjung yang ingin berkunjung ke sana untuk menambah koleksi foto, hanya bisa menggunakan kamera ponsel. Jika anda ingin membawa anak-anak, jadikan hari Minggu sebagai pilihan karena akan ada tur anak di pukul 14.00.

Berita Lainnya
×
tekid