sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Penyakit jantung sebabkan 600.000 kematian per tahun di Indonesia

Enam kota yang belum memiliki layanan pemasangan ring jantung, serta belum ada separuh dari seluruh kota yang mampu memasang ring

 Atikah Rahmah
Atikah Rahmah Rabu, 12 Okt 2022 22:16 WIB
Penyakit jantung sebabkan 600.000 kematian per tahun di Indonesia

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan, penyakit jantung atau kardiovaskular di Indonesia menjadi penyakit yang menyebabkan korban jiwa paling tinggi setiap tahun, yaitu lebih dari 600.000 kematian.

Kendati begitu, terdapat enam kota yang belum memiliki layanan pemasangan ring jantung, serta belum ada separuh dari seluruh kota yang mampu memasang ring jantung.

Untuk itu, Budi menargetkan pada 2024, akan ada 207 rumah sakit di kabupaten atau kota akan memiliki cath lab atau kateterisasi jantung. Bahkan, pada 2027 ditargetkan seluruh rumah sakit di kabupaten sudah memiliki fasilitas kateterisasi jantung.

“Sebelum saya pensiun, pada 2024 setengah dari 514 kabupaten atau kota pasti akan punya cath lab. Kami sudah hitungkan anggarannya. Pada 2027, seratus persen dari seluruh 514 kabupaten atau kota pasti akan punya cath lab. Saya sudah hitung. Saya ingin mempercepat targetnya, tetapi masih terbatas di anggaran,” kata Budi dalam Webinar Hari Jantung Sedunia, pada Rabu (12/10).

Selain fasilitas cath lab, bersumber dari data BPJS Kesehatan, penyakit jantung juga menjadi beban pembiayaan paling tinggi, yaitu di atas Rp9 triliun yang ditanggung oleh negara. Hal ini mengkhawatirkan Budi sebab serangan jantung memerlukan penanganan cepat, maka dari itu perlu penindaklanjutan segera dari pihak provinsi dan kota dalam melayani masyarakat yang terkena penyakit jantung.

Kondisi rumah sakit saat ini semakin diperparah dengan minimnya dokter spesialis, serta kemampuan dokter dalam menangani penyakit jantung yang memiliki akibat fatal bagi pasien. Hal itu membuat Budi resah mengenai kondisi rumah sakit di Indonesia saat ini,

“Seperti di salah satu rumah sakit yang alatnya (fasilitas cath lab) karena gak ada dokter yang bisa pakai. Ternyata, gak cuman alatnya yang kurang, tetapi dokter spesialis juga sangat amat kurang. Saya sudah hitung, bisa sampai 2030 dengan posisi sudah pensiun bahkan meninggal, belum tentu terpenuhi dokter spesialisnya,” resahnya. 

Situasi tersebut membuktikan bahwa fasilitas, layanan, dan tenaga kesehatan, dalam mengatasi berbagai penyakit jantung di Indonesia sangat miris. Upaya yang disampaikan Budi mengenai hal ini, agar seluruh pihak dapat berkolaborasi untuk menyukseskan promotif dan preventif, dengan menjalankan hidup yang sehat. 
 

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid