Olahraga dikenal sebagai kunci hidup sehat. Namun, di balik manfaatnya yang besar, terdapat bahaya yang kerap luput dari perhatian: kematian mendadak akibat gangguan jantung, terutama yang disebabkan oleh kardiomiopati, penyakit otot jantung yang sering kali tidak menunjukkan gejala hingga mencapai tahap yang membahayakan jiwa.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada lansia atau mereka yang tidak fit. Banyak kasus justru melibatkan individu muda dan bugar—termasuk atlet profesional—yang tiba-tiba kolaps di lapangan dan tidak tertolong.
Apa Itu Kardiomiopati dan Mengapa Bisa Mematikan?
Kardiomiopati adalah gangguan yang memengaruhi struktur dan fungsi otot jantung. Ada tiga jenis utama:
- Hipertrofik Kardiomiopati (HCM): Penebalan otot jantung, yang bisa menyumbat aliran darah dan memicu aritmia.
- Dilated Kardiomiopati (DCM): Pelebaran ruang jantung yang menyebabkan lemahnya kontraksi jantung.
- Arrhythmogenic Right Ventricular Cardiomyopathy (ARVC): Perubahan otot jantung menjadi jaringan lemak atau parut, meningkatkan risiko gangguan irama jantung.
Menurut Dr. Tang Hak Chiaw, Konsultan Senior Kardiologi di Novena Heart Centre, Singapura, pasien kardiomiopati sering kali datang dalam kondisi sudah parah, tanpa pernah menyadari mereka punya masalah jantung.
“Banyak pasien kami adalah individu muda dan aktif yang tiba-tiba pingsan saat olahraga atau mengalami jantung berdebar tak beraturan. Setelah pemeriksaan, ternyata mereka mengidap kardiomiopati,” ujar Dr. Tang, dalam wawancaranya kepada Channel News Asia.
Ia menambahkan, kondisi ini bisa memicu aritmia fatal atau gagal jantung akut, terutama saat tubuh berada di bawah tekanan fisik tinggi, seperti saat olahraga intens.
Kasus Nyata dan Fakta Global
Menurut studi yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine, kardiomiopati—terutama jenis HCM—merupakan penyebab utama kematian mendadak pada atlet muda di bawah usia 35 tahun. Salah satu kasus terkenal adalah kematian pesepak bola Marc-Vivien Foé saat pertandingan pada 2003, yang kemudian diketahui mengidap HCM.
Organisasi American Heart Association menyatakan bahwa satu dari 500 orang mengidap HCM, dan banyak di antaranya tidak menyadari karena minim gejala.
Gejala yang Harus Diwaspadai
Masyarakat umum—terutama mereka yang aktif secara fisik—dianjurkan waspada terhadap gejala-gejala berikut:
- Mudah lelah atau kehabisan napas saat aktivitas ringan
- Jantung berdebar tanpa sebab
- Nyeri dada saat olahraga
- Pingsan atau pusing tiba-tiba
“Pemeriksaan jantung sebaiknya dilakukan secara rutin, bukan hanya saat ada keluhan. Ini penting terutama bagi mereka yang aktif secara fisik atau memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung,” kata Dr. Tang.
Skrining Dini: Langkah Kecil yang Menyelamatkan Nyawa
Beberapa rumah sakit dan klinik kini menyediakan layanan skrining jantung komprehensif, termasuk elektrokardiogram (EKG) dan echocardiogram, untuk mendeteksi dini potensi kelainan jantung. Dr. Tang menyarankan agar pemeriksaan ini menjadi bagian dari gaya hidup sehat, terutama bagi atlet atau orang dengan gaya hidup aktif.
Di beberapa negara, seperti Italia dan Jepang, skrining jantung menjadi syarat wajib bagi atlet sebelum bertanding, dan kebijakan ini terbukti menurunkan angka kematian mendadak secara signifikan.
Olahraga tetap penting dan sangat dianjurkan. Namun, menjaga keselamatan jantung sama pentingnya. Deteksi dini, pemeriksaan berkala, dan kewaspadaan terhadap gejala ringan bisa jadi perbedaan antara hidup dan kematian. Jangan abaikan sinyal dari tubuh Anda.(channelnewsasia)