sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Cerita pilu dampak PJJ: Siswa jadi kuli hingga tinggal di panti asuhan

Persoalan pembelajaran jarak jauh bukan hanya akses internet

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Jumat, 26 Feb 2021 16:56 WIB
Cerita pilu dampak PJJ: Siswa jadi kuli hingga tinggal di panti asuhan

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan, persoalan pembelajaran jarak jauh (PJJ) bukan melulu terkait keterbatasan alat dan akses internet. Polemik pengasuhan di masa pandemi Covid-19 juga menghambat PJJ, seperti terjadi pada anak yang terpaksa dipindahkan ke luar kota karena orang tuanya resmi bercerai.

“Selain permasalahan alat daring, ternyata anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dari rumah juga dikarenakan permasalahan lain, seperti terjadi perceraian kedua orang tua di masa pandemi, sehingga anak mengalami masalah psikologi, adanya pengasuhan pengganti, seperti ikut nenek atau kerabat terdekat lainnya, anak yang dibawa salah satu orangtuanya padahal masih proses perceraian,” kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulis, Jumat (26/2).

“Dan, bahkan ada anak yang terstigma karena pernah terinfeksi Covid-19 dari kluster keluarga,” sambungnya.

Berdasarkan temuan KPAI terkait permasalahan PJJ dan persiapan pembukaan sekolah tatap muka, ada sekitar 633 siswa SMP di kota Cimahi tidak memiliki alat daring, sebanyak 18.048 gawai milik siswa, 2.508 gawai merupakan milik orang tuanya, dan 633 mengaku tidak memiliki gawai atau alat daring lainnya.

Namun, lanjut Retno, dalam banyak kasus juga ditemukan hambatan alat daring, kuota internet, hingga wilayah blank spot atau yang belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi, dapat diatasi. Misalnya, dalam program Guru Peduli yang mampu mengumpulkan bantuan untuk pengadaan gawai secara bertahap.

Hasil temuan pengawasan KPAI lainnya adalah anak-anak adalah kelompok paling rentan terdampak pandemi Covid-19. Juga semakin memperkuat bahwa PJJ kurang efektif. Apalagi, ketika pengasuhan anak dalam lingkungan keluarganya bermasalah.

Selain itu, anak-anak dari keluarga miskin tidak akan bisa mengikuti PJJ selama berbulan-bulan akibat dari kesenjangan akses digital. Misalnya, siswa yang terpaksa memilih membantu ayahnya sebagai kuli bangunan.

“Ada siswa yang tinggal di panti asuhan dan tidak memiliki alat daring, ada siswa yang satu-satunya alat daring di rumahnya rusak dan ketika diperbaiki ternyata dibawa kabur tukang service HP, ada siswa yang bisa mengerjakan tugas kalau sudah mendampingi adiknya belajar daring, karena ibunya yang merupakan orang tua tunggal harus bekerja, dan banyak cerita pilu lainnya,” ucapnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid