sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Disbud Jakarta evakuasi batu penggilingan abad ke-18

Batu penggilingan merupakan alat pengolah tebu untuk menghasilkan gula yang diperkirakan digunakan pada abad ke-17 dan ke-18 M.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Minggu, 31 Okt 2021 07:35 WIB
Disbud Jakarta evakuasi batu penggilingan abad ke-18

Dinas Kebudayaan (Disbud) DKI Jakarta bersama Pusat Konservasi Cagar Budaya dan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur (Sudinbud Jaktim) mengevakuasi penyelamatan objek diduga cagar budaya (ODCB) batu penggilingan abad ke-18.

Kepala Disbud Jakarta, Iwan Henry Wardhana, mengatakan, ODCB batu penggilingan yang diklaim berusia ratusan tahun tersebut ditemukan di trotoar Jalan TB Simatupang, Gedong, Pasar Rebo, Jaktim. Benda itu dievakuasi ke Balai Budaya Condet. 

"Ini merupakan upaya perlindungan dan penyelamatan agar objek lebih terlindungi karena selama ini berada di trotoar jalan yang rentan rusak baik karena cuaca atau tindakan vandalisme," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (30/10) malam.

ODCB batu penggilingan ternyata juga ditemukan di Penggilingan, Cakung, Jaktim. Di sana, Iwan menyebut, terdapat lima batu penggilingan ditemukan.

Benda itu selanjutnya akan dikonservasi melalui pembersihan dan dilakukan beberapa perbaikan bagian objek yang mengalami kerusakan. 

Disbud Jakarta bakal memberikan narasi yang berisi keterangan terkait sejarah batu penggilingan agar masyarakat yang datang ke Balai Budaya Condet dapat mengetahui cerita dari batu tersebut. Selain di Balai Budaya Condet, batu penggilingan lainnya berada di Museum Sejarah Jakarta.

Batu penggilingan merupakan alat pengolah tebu yang diperkirakan digunakan pada abad ke-17 hingga ke-18 Masehi. Dalam tulisan Haan (1935: 323-324), ada istilah suikermolen yang berarti pabrik pembuatan gula.

Pada abad ke-18, istilah ini merujuk pada pabrik gula dengan peralatan tradisional sederhana yang menggunakan batu untuk menggiling tebu. Saat itu, gula menjadi komoditas penting untuk perdagangan di dunia. 

Sponsored

Gula dari Batavia biasanya diekspor ke China dan Jepang. Produsen gula di Batavia adalah orang-orang China yang bermukim di wilayah Pecinan.

Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berupaya memonopoli produksi gula. VOC membuat ketetapan bahwa gula di Batavia wajib dijual kepadanya dan dilarang diperjualbelikan kepada pihak lain bahkan VOC turut menentukan harganya.

Produksi gula di Batavia mengalami puncak kejayaan pada 1710. Saat itu, terdapat 130 pabrik pembuat gula yang sebagian besar berada di sekitar Sungai Ciliwung. Namun pada 1738, hanya ada 80 pabrik gula.

Produksi gula berangsur-angsur menurun bahkan tersisa 66 pabrik pada 1750. Kemudian pada 1786, tersisa 44 pabrik. 

Warga setempat menyebut batu penggilingan sebagai batu kiser. Asal-usul nama Kampung Penggilingan juga berasal dari batu penggilingan tersebut. Sebelumnya, bernama Kampung Cakung yang terkenal dengan sebutan Kampung Gula.

Berita Lainnya
×
tekid