sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hoegeng dalam anekdot dan riuh keteladanan

Menelisik Hoegeng dalam diri pemenang Hoegeng Award.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Rabu, 06 Jul 2022 07:29 WIB
Hoegeng dalam anekdot dan riuh keteladanan

Anekdot Gus Dur begitu terkenal karena mengandung unsur humor dan kritik pedas dalam setiap cuitan yang dilontarkannya. "Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia, polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng," demikian ucap Mantan Presiden ke-4 Republik Indonesia itu.

Apapun tujuan yang lain mengutip ucapan laki-laki bernama asli Abdurrahman Wahid ini, tidak lepas dari tuntutan mereka kepada Polri untuk terus mengoreksi diri. Pemberitaan media yang kerap menjejali dengan kenakalan polisi bukan hal baru karena anekdot dari Gus Dur sudah menunjukkan tabiat seperti itu sejak lama.

Mereka Yang Meneladani Hoegeng

Keteladanan Hogeng diobral kini dalam sebuah ajang yang dianggap bergengsi di Korps Bhayangkara. Sosok yang mendekati kata "sempurna" untuk seorang polisi dijadikan teladan dengan penghargaan melalui "Hoegeng Award".

Integritas, Inovatif, dan dedikasi adalah tiga kategori yang dipilih untuk mengukur setiap anggota polisi dan keteladan mereka terhadap sosok Hoegeng. Tiga anggota pun dipilih oleh dewan pakar yang mereka pilah dari semua anggota polisi berpangkat bintang ataupun batang-batang emas yang tertanam di bahu mereka.

Ialah Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Papua Brigjen Eko Rudi Sudarto dengan kategori Polisi Inovatif. Penanganan humanis di Bumi Cendrawasih dianggap sebagai perbuatan nyata yang menggambarkan sosok Hoegeng untuk mengambil kebijakan atas penanganan konflik di sana.

Inovasi yang dilakukan jenderal bintang satu itu adalah perubahan gaya satuan Pembinaan Masyarakat (Binmas) dengan sebutah Binmas Noken. Nama "Noken" diambil dari falsafah Orang Papua dengan makna tinggi di dalamnya.

Noken adalah sebuah tas penampung berbagai masalah, keluhan, dan pandangan dari masyarakat. Mereka akan mencarikan solusi untuk riuh yang sudah terhimpun di sana, tujuannya tentu agar kesejahteraan masyarakat terpenuhi dan konflik terhindari. 

Sponsored

"Semua aspek kita ingin di dalamnya karena susah sekali tembus ke wilayah terisolir di mana masih ada Kelompok Kriminal Bersenjata di sana," kata Eko dengan topi adat Papua yang ia pakai sepanjang acara penghargaan berlangsung.

Baginya, piala dan penghargaan ini lebih dari sekedar trofi. Sekali lagi, baginya, polri diapresiasi dengan segala jerih payahnya untuk penanganan konflik di Papua.

Eko memandang sikap polri dengan gaya militer untuk penanganan konflik akan berjalan di tempat apabila monoton. Watak sipil tetap harus dimiliki oleh polisi agar masyarakat tidak merasa terancam oleh kehadiran mereka.

"Polri tidak bisa lagi berwatak militer tapi berwatak sipil tidak bisa lagi membebani masyarakat tapi jadi harapan bagi masyarakat, ini harapan kita semua," katanya lagi sambil tersenyum manis.

Aspek dedikasi dari sosok Hoegeng rupanya terlihat dari seorang polisi wanita (polwan) yang bertugas di Polsek Muara Gembong, Bekasi. Meski terjauh, bagi Aipda Rohimah daerahnya bukan terbelakang.

Program Geserin atau gerekan seribu koin menjadi gacoan untuk memberikan dedikasi kepada masyarakat. Setiap sisa kembalian belanja minimarket yang kerap tergeletak di pinggir jalan terlihat tidak ada artinya, tapi dikumpulkan hingga berlimpah supaya dapat dikonversi menjadi sembako.

"Kita lakukan dari 2017-2022," kata dia sembari menahan haru.

Ada juga seorang polisi yang dianugerahi sebagai sosok integritas, lantaran Eks Direktur Pengaduan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini dinilai sebagai sosok antisuap. Anggota itu ialah Kapolda Lampung Irjen Akhmad Wiyagus yang didapuk sebagai penerima kategori Polisi Berintegritas Hoegeng Award 2022.

Inovatif, Dedikasi, Integritas ala Hoegeng

Cucu Jenderal Hoegeng Iman Santoso, Krisnadi Ramajaya Hoegeng bertemu penulis selepas riuh semarak penghargaan atas nama sang kakek. Menceritakan masa kecil, ia mengaku kerap ragu dengan cerita-cerita indah yang menjalar di keluarganya.

Cerita sosok sang kakek sebagai orang nomor satu di kepolisian, sempat tidak diimaninya. Bagaimana tidak, berbagai fitur yang kerap dinikmati setiap keluarga pejabat justru tidak dirasakannya, bahkan secuil.

"Saya ga dikasih uang jajan saya tidak diantar, saya bertanya kepada diri sendiri, saya terpikir, apakah benar kakek saya ini menjabat sebagai orang nomor satu?" ujarnya sembari menunjuk dadanya sendiri dan seakan membatin.

Waktu yang menerangi pemikiran pria yang akrab dipanggil Rama ini. Sosok kakeknya kerap mengilhami berbagai penulis, tokoh, dan bahkan presiden seperti Gus Dur, hingga setiap cerita itu menjelma sebagai buku.

Seperti Dunia Hoegeng 100 Tahun Keteladanan, gubahan Farouk Arnaz. Sosok humanis dan pribadi Hoegeng sebagai manusia biasa dituangkan pria yang akrab disapa Cak Arnaz dalam bukunya. Di lembar demi lembar, dia menjabarkan karakter Hoegeng sebagai pribadi yang inovatif, dedikasi, dan integritas.

Inovasi di tubuh bhayangkara oleh Hoegeng salah satunya adalah lambang tribrata yang kemudian menjadi simbol mewah di kepolisian. Bahkan, tertanam di nisan Hoegeng hingga sekarang.

Apalagi semenjak pergantian empat kapolri sebelumnya, polri masih riuh untuk menetapkan simbol kebanggaan yang akan digunakan di pintu masuk dan setiap seragam anggota. Alhasil, dengan semua desain yang sudah ditetapkan membuat polri tidak perlu mengucurkan banyak dana untuk mengganti seragamnya.

Bicara dedikasi, akan menjadi perbincangan sampai pagi jika karakter ini terkait Hoegeng. Dedikasi kecil juga ditunjukkannya dengan tenang sekali bahkan berdampak luas.

Contohnya, ketika Hoegeng menjadi Kapolri, ia mengendarai roda empat kebanggannya menuju kantor tercinta. Namun, dalam perjalanan, riuh lalu lintas menganggu kenyamanan dirinya.

Hoegeng yang tidak bisa melihat perkara seperti itu terjadi dan masih mengemban moralnya sebagai polisi turun dari kendaraannya dan mengatur lalu lintas tersebut. Selayaknya anggota polisi lalu lintas (polantas) ia melaksanakan hal yang sebenarnya bukan tugas pokoknya sebagai kapolri.

Tentu tidak hanya moral, tapi dirinya menunjukkan satir dalam sikap untuk para anggotanya. Ia ingin menyindir para anggota untuk tidak lelah melayani masyarakat dengan memberikan contoh tersebut.

Integritas adalah kata yang mungkin paling tepat disandangkan bagi Hoegeng. Sebut saja semua batu sandungan yang diterima polisi untuk suap, gratifikasi, korupsi, tidak ada satupun yang menempel di rekam jejaknya.

Banyak yang menggoda, merayu, membujuk Hoegeng untuk menerima semua itu. Namun, nama yang disematkan padanya adalah doa, Hoegeng Iman Santoso tidak lain harapan bagi Hoegeng (Boegeng atau bogel karena kondisi waktu baru lahir) untuk tetap menjaga iman selamanya hingga akhir hayat.

Sang ayah mengingatkan untuk menjaga nama baik yang diberikan kepada Hoegeng. Cerita singkat ini tertanam sebagai moral dalam keluarganya hingga kini.

"Pattern dikasih ke kami itu menjaga nama baik, itu nomor satu," tutur Rama.

Berita Lainnya
×
tekid