sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menyetop bus TransJakarta yang celaka di jalan raya

Rentetan kecelakaan bus TransJakarta membuat beberapa pihak mendesak dilakukan audit.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Kamis, 09 Des 2021 14:14 WIB
Menyetop bus TransJakarta yang celaka di jalan raya

Deru mesin turbodiesel terdengar jelas kala bus TransJakarta melaju di Jalan Taman Margasatwa Raya, Jakarta Selatan menuju halte Setiabudi, Jakarta Selatan, Minggu (5/12) petang. Salah seorang penumpang, Andi Ristanto terlihat erat menggenggam besi yang menempel di kursi di hadapannya saat sopir menancap gas.

Suasana adimarga sangat lowong. Kecepatan bus berwarna biru dan putih yang terekam pada speedometer menunjukkan 56 kilometer per jam. Namun, ketika hendak tiba di halte Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, laju bus mendadak pelan.

“Astagfirullah,” ujar Andi, terkejut.

“Yang ngeri dan bikin enggak nyaman begini nih. Ngebut, tiba-tiba rem mendadak.”

Andi, 24 tahun, mengaku bukan pengguna setia moda transportasi umum itu. Hari itu, ia terpaksa naik bus TransJakarta lantaran sepeda motornya digunakan kedua orang tuanya. Faktor keamanan membuat warga Setiabudi, Jakarta Selatan tersebut ogah naik bus TransJakarta.

Walau sudah dilengkapi fasilitas keamanan, Andi tetap waswas sepanjang perjalanan. Apalagi, ia tahu belakangan terjadi rentetan kecelakaan melibatkan moda transportasi yang eksis sejak 2004 itu.

Lain dengan Andi, Oky Anggraeni justru menjadi penumpang setia bus TransJakarta sejak setahun lalu. Ia mengaku sudah biasa mendapati sopir ugal-ugalan di jalan, seperti ngebut atau menerobos lampu merah.

“Di pertigaan Otista (Jalan Otto Iskandardinata, Jakarta Timur) tuh sering ketika lampu merah, (bus) TransJakarta jalan,” kata Oky saat dihubungi Alinea.id, Selasa (7/12).

Sponsored

“Kadang yang buat gue ketar-ketir, setelah menerobos (lampu merah), jalannya cepat, (sopir) enggak ngelihat kanan-kiri.”

Tak hanya itu, Oky mengatakan, bus TransJakarta yang ditumpanginya pernah menyerempet pengemudi sepeda motor. Meski ada rasa khawatir, perempuan berusia 27 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta itu tak punya pilihan. Alasannya, halte TransJakarta sangat dekat dari rumahnya.

“Padahal, ini angkutan yang sangat diandalkan. Seharusnya, dia (sopir bus TransJakarta) bisa ngebawa keselamatan penumpang,” ucapnya.

“Apa bedanya sama Kopaja ketika enggak bisa ngejamin keselamatan penumpang.”

Bus TransJakarta tabrakan di Jalan MT Haryono, depan halte Cawang-Ciliwung, Jakarta Timur, Senin (25/10/2021)./Foto Twitter @TMCPoldaMetro.

Rentetan kecelakaan

Belakangan, bus TransJakarta mengalami insiden kecelakaan. Pada Desember 2021 saja, terjadi enam kecelakaan, seperti menyerempet pengendara sepeda motor di Cililitan, Jakarta Timur pada Rabu (1/12), menabrak pos polisi di simpang PGC, Jakarta Timur pada Kamis (2/12), dan menabrak pembatas jalan di depan Ratu Plaza, Jakarta Pusat pada Jumat (3/12).

Di hari yang sama, pada Senin (6/12), bus TransJakarta mengalami tiga insiden di tempat berbeda, antara lain menabrak pagar lahan kosong di sebelah halte Puri Beta 2, Kota Tangerang; menabrak pembatas jalan di Jalan Pramuka, Jakarta Timur; serta menabrak penyeberang jalan hingga tewas di Jalan Raya Taman Margasatwa, Jakarta Selatan.

Paling tragis, dua bus TransJakarta bertabrakan di halte Cawang-Ciliwung, Jakarta Timur pada Senin (25/12). Akibat peristiwa itu, seorang sopir bus TransJakarta dan seorang penumpang meninggal dunia. Sebanyak 30-an penumpang pun mengalami luka.

Dikutip dari Antara, 6 Desember 2021, berdasarkan data Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, sepanjang 2021 terjadi 275 kecelakaan layanan bus TransJakarta, yang melibatkan mobil dan sepeda motor. Sebanyak 20% dari kecelakaan itu disebabkan kelalaian pengemudi.

Data dari pihak TransJakarta lebih fantastis. Tercatat, ada 502 kecelakaan yang melibatkan bus TransJakarta selama Januari hingga Oktober 2021. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) M Yana Aditya, dalam rapat kerja dengan Komisi B DPRD DKI Jakarta pada Senin (6/12) mengatakan, jenis kecelakaan melibatkan bus TransJakarta sebagai korban (12%) dan bus TransJakarta sebagai pelaku (88%).

Berbagai insiden kecelakaan itu membuat manajemen PT TransJakarta mengambil keputusan memberhentikan sementara dua operator mitranya, yakni 110 unit bus Mayasari Bhakti dan 119 unit bus Steady Safe. Selain dua operator mitra itu, PT TransJakarta bekerja sama dengan Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD), Pahala Kencana, Bianglala, dan Kopaja.

Dalam masa pemberhentian tersebut, dua operator itu diwajibkan memperbaiki armadanya, dari segi mesin hingga transmisi. PT TransJakarta juga meminta operator memastikan kesehatan fisik dan mental pengemudi, sebelum bertugas.

Di samping itu, PT TransJakarta pun akan menggandeng Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk melakukan audit keselamatan, mencakup kesiapan pengemudi, jalan, dan armada.

Kepala Divisi Sekretaris Koorporasi dan Humas PT TransJakarta, Angelina Betris mengungkapkan, hasil audit itu akan menjadi basis perbaikan prosedur keselamatan, yang wajib dipatuhi internal dan operator bus.

“Kami harap, ini bisa menjadi evaluasi, tidak hanya bagi TransJakarta, tetapi juga pihak mitra operator,” kata Angelina dalam pesan singkat yang diterima Alinea.id, Senin (6/12).

Sementara itu, Dishub DKI Jakarta akan ikut pula turun tangan mengevaluasi jam istirahat para pramudi bus TransJakarta untuk mencegah potensi kecelakaan.

“Ini menjadi evaluasi kami bersama jajaran TransJakarta, agar saat pramudi bertugas itu tidak terjadi kejenuhan,” ujar Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo, seperti dikutip dari Antara, Senin (6/12).

Seturut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, jam kerja sopir sudah diatur maksimal delapan jam. Termasuk istirahat usai waktu kerja selama empat jam.

 Bus TransJakarta melintas di dekat papan imbauan pencegahan penyebaran Covid-19 di Jakarta, Rabu (1/4/2020)/Foto Antara/Aprillio Akbar.

Pentingnya pengawasan

Menanggapi kejadian kecelakaan yang kerap menimpa bus TransJakarta, Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Abdul Aziz mengaku sudah mengeluarkan rekomendasi kepada PT TransJakarta untuk melakukan perubahan struktur.

Politikus PKS itu meminta perusahaan moda transportasi umum tersebut menambah direksi yang bertanggung jawab menjamin keselamatan penumpang. Selain meminta PT TransJakarta mengaudit armada dan pengemudinya, ia juga mendesak manajemen dapat mengawasi kinerja operator mitra secara ketat.

“Saya harap, pada operator yang nakal segera ditindak. Jangan sampai ada pembiaran karena sudah ada korban nyawa,” tutur Aziz saat dihubungi, Selasa (7/12).

Ketua LSM Forum Warga Jakarta (Fakta) Azas Tigor Nainggolan pun menekankan masalah pengawasan yang dilakukan manajemen PT TransJakarta.

Infografik kecelakaan bus TransJakarta. Alinea.id/Aisya Kurnia.

“Terus terjadi kecelakaan berarti terus terjadi pelanggaran standar pelayanan minimal, dan tidak berjalannya pengawasan oleh para direksi TransJakarta,” ujar Tigor, Senin (6/12).

Menurut analis kebijakan transportasi ini, direksi PT TransJakarta yang membidangi pelayanan dan operasional harus bertanggung jawab atas semua peristiwa kecelakaan tersebut. Tigor juga mengingatkan, Pemprov DKI Jakarta turut mengaudit tata kelola PT TransJakarta.

“Audit menyeluruh karena sudah bobrok dan akutnya para direksi serta manajemen TransJakarta,” tuturnya.

Bila perlu, kata Tigor, Pemprov DKI Jakarta tak segan merombak jajaran direksi perusahaan transportasi berlogo lingkaran biru bergaris dua itu. Langkah itu perlu dilakukan, melihat rentetan kecelakaan yang melibatkan bus TransJakarta.

Tigor memandang, kecelakaan bukan kesalahan mitra operator maupun sopir, tetapi tanggung jawab direksi.

“Sudah keterlaluan para direksi TransJakara yang sekarang,” kata dia.

“Tiap hari terjadi kecelakaan bus, tanpa ada upaya memperbaiki pelayanan menjadi aman, nyaman, dan selamat.”

Jika tak ada pembenahan, Tigor khawatir akan ada dampak serius bagi tata kelola PT TransJakarta. Salah satunya krisis kepercayaan publik terhadap moda transportasi andalan Ibu Kota itu.

“Segera audit total dan ganti Direktur TransJakarta,” ujar Tigor.

Berita Lainnya
×
tekid