sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tekan kasus gagal ginjal akut, Dinkes diminta awasi pemberian obat

Terdapat 324 kasus gagal ginjal akut di 28 provinsi hingga 5 November 2022.

Gempita Surya
Gempita Surya Senin, 07 Nov 2022 07:08 WIB
Tekan kasus gagal ginjal akut, Dinkes diminta awasi pemberian obat

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya menekan kasus baru gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA), yang disebabkan konsumsi obat sirop. Angka kesakitan dan kematian terus ditekan hingga mencapai level nol kasus baru.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, meminta jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi hingga kabupaten/kota melakukan pengawasan ketat pemberian obat oleh apotek dan tenaga kesehatan (nakes) di wilayahnya masing-masing. 

"Kasus baru minggu lalu terjadi di tanggal 29 Oktober dan 1 November. Itu karena pasien masih saja mengonsumsi obat sirop dari apotek. Mohon bantuan para Dinkes provinsi dan kabupaten/kota untuk kontrol pemberian obat di apotek dan bidan kita untuk melindungi para balita kita," ujar Budi dalam keterangan resmi, dikutip Senin (7/11).

Hingga 5 November, terdapat 324 kasus gagal ginjal akut dari 28 provinsi. Dari total kasus tersebut, 102 pasien dinyatakan sembuh, 194 pasien meninggal dunia, dan 28 pasien masih dalam perawatan.

Budi menyampaikan, langkah antisipatif yang dilakukan dinilai mampu menurunkan kasus baru dan kematian akibat gagal ginjal akut.

Penurunan terjadi terutama sejak dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Ditjen Pelayanan Kesehatan (Yankes) kemenkes tanggal 18 Okober 2022, yang menyatakan penghentian sementara penggunaan obat sirop kepada seluruh Dinkes, fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), dan organisasi profesi kesehatan.

Ditambahkan Budi, data yang dilaporkan dari seluruh rumah sakit di 28 provinsi menunjukkan hasil pemeriksaan yang konsisten. Hasil yang dimaksud adalah faktor risiko terbesar penyebab gagal ginjal akut adalah cemaran racun atau toksikasi dari senyawa kimia etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada obat sirop atau cair.

"Terjadi penurunan angka kematian sejak digunakannya antidotum fomepizole sebagai terapi pengobatan GGAPA," ujar Budi.

Sponsored

Adapun distribusi dan penggunaan fomepizole diperluas sejak 25 Oktober. Tidak hanya di RSCM, fomepizole juga disalurkan ke 17 rumah sakit di 11 provinsi di Indonesia yang menangani pasien gagal ginjal akut.
 
Sebelumnya, Kemenkes menyatakan, sekitar 87% fomepizole yang didatangkan bersifat donasi gratis dari negara-negara sahabat. Dari 246 vial fomepizole yang telah diterima Indonesia, sebanyak 216 vial merupakan donasi dari Australia dan Jepang.

Dalam hal ini, Kemenkes menegaskan antidotum berupa fomepizole digunakan hanya untuk penanganan kasus gagal ginjal akut yang merebak di Indonesia.

Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, menyampaikan, pihaknya tidak bermaksud melakukan komersialisasi terhadap obat penawar tersebut.

"Kami sampaikan tidak ada komersialiasi obat-obatan oleh Kemenkes, tetapi semata mata hanya untuk menyelamatkan anak anak," kata Syahril dalam keterangan tertulis, Kamis (3/11).

Syahril menambahkan, penggunaan fomepizole sebagai obat penawar juga didasarkan pada temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal indikasi cemaran EG dan DEG sebagai penyebab gagal ginjal akut.

"WHO sudah mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena EG, DEG, dan lainnya, dan fomepizole menjadi opsi antidot. Jadi, bukan berdasarkan asumsi semata," terang dia.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid