sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Final Piala Dunia Putri 2023: Kemenangan tiki taka yang indah

Pertunjukan cantik, buah kemenangan sepak bola yang indah.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Senin, 21 Agst 2023 13:14 WIB
Final Piala Dunia Putri 2023: Kemenangan tiki taka yang indah

Kapten kesebelasan Olga Carmona membuka skor untuk La Roja di menit 29. Bek kiri yang berlari melaju maju itu mengeksekusi umpan manis dari sayap kiri Mariona Caldentey ke dalam area penalti.

Olga mengayun kaki kidalnya, bola meluncur silang rendah ke sudut kanan bawah melewati gelandang kanan Inggris Lucy Bronze yang sia-sia hanya menghadang angin.

"Kami telah mencoba membayangkan ini selama berhari-hari. Kami tidak menyadari bahwa kami adalah juara dunia. Inilah perasaan terbaik yang pernah saya alami dalam sepak bola seumur hidup saya, ini luar biasa. Kami bermain sepak bola dengan cara yang kami diinginkan dan kami telah memenangkan kejuaraan dunia," kata Olga usai laga setelah menyabet penghargaan Pemain Terbaik Final.

Spanyol dinobatkan menjadi juara Piala Dunia Putri 2023 sekaligus merengkuh gelar perdana. Laga final berakhir Spanyol 1-0 Inggris setelah waktu normal ditambah panjangnya selama 13 menit di Accor Stadium, Sydney, Minggu (20/8).

Pertunjukan cantik, buah kemenangan sepak bola yang indah. Tiki Taka belum mati. Permainan bola pendek-pendek dari kaki ke kaki yang terkenal itu diperagakan sempurna oleh putri-putri Spanyol.

Ditimbali tembok pertahanan tebal, nyali berani penjaga gawang Cata Coll dkk seperti matador yang cerdik melawan seekor banteng pecundang. Dan banteng terluka itu, Inggris, juara Eropa, semula lebih diunggulkan untuk menjadi juara dunia.

The Lionesses banyak menebar ancaman sepanjang pertandingan. Menit 5, lemparan ke dalam jarak jauh dari Bronze menyebabkan sejumlah masalah di dalam area Spanyol. Bola liar jatuh ke kaki Lauren Hemp. Striker Inggris itu melakukan tendangan kaki kiri rendah ke sudut kanan bawah, di mana Coll menyelamatkan peluang pertama permainan dengan cukup mudah.

Kans terbaik Inggris muncul di menit 16. Umpan silang Georgia Stanway awalnya bisa diredam pertahanan Spanyol, meskipun Inggris dengan cepat menyerang lagi. Gelandang kiri Rachel Daly memotong kembali ke tepi area penalti, menyorongkan bola untuk Hemp. Tapi sepakan melengkung kaki kiri Hemp cuma membentur mistar gawang dan menjauh dari daerah bahaya.

Sponsored

Dua menit kemudian Spanyol membalas. Caldentey memberi kekuatan di sayap kiri dan mengumpan untuk Salma Paralluelo, yang gagal mendapatkan kontak yang diperlukan dari jarak dekat. Namun, upaya itu justru berbelok ke jalur Alba Redondo tapi pemain sayap Spanyol melihat tembakan kaki kanannya ditangkis kiper Inggris Mary Earps.

Tiada lagi situasi berbahaya lain, sampai menit 29, ketika kapten kidal Olga Carmona memberi keunggulan. Sejak itu Spanyol bertahan makin rapat, menyusahkan barisan depan Inggris membongkar benteng yang mereka bela.

Spanyol berpeluang menambah gol di menit 66. Laju lari Carmona menyebabkan segala macam ancaman bagi Inggris sebelum Paralluelo memberi sontekan dari jarak dekat.

Bangku cadangan Spanyol sontak hampir semuanya masuk ke dalam lapangan. Mereka minta perhatian wasit karena bola menyentuh tangan gelandang bertahan Keira Walsh... dan VAR melihatnya tepat seperti itu!

Penalti! Namun, eksekusi Jennifer Hermoso berhasil dibaca Earps, ditangkapnya lengket dalam pelukan.

Walaupun tendangan 12-pas tidak masuk, Hermoso mempertontonkan dominasi kepiawaian teknisnya di sentral lapangan mengungguli lini tengah Inggris nyaris selama 90 menit. Trio si nomor 10 Spanyol itu bersama Aitana Bonmatí dan Teresa Abelleira berulang kali membikin kuartet Daly, Walsh, Stanway, dan Bronze kewalahan.

Inferiornya pelatih Sarina Wiegman menilai agresivitas Spanyol di bawah besutan Jorge Vilda sudah tergambar dari skema 3-4-1-2 yang dimainkan Inggris.

"Pasti, rasanya sangat buruk sekarang. Kami sangat, sangat kecewa. Anda pergi ke final, Anda ingin memberikan segalanya, Anda ingin memenangkan final. Dan kemudian Anda kalah, itu terjadi dalam olahraga. Tapi saya pikirkan apa yang telah kami lakukan, bagaimana kami menunjukkan diri kami, bagaimana kami ingin bermain sebagai tim dan dengan mengatasi begitu banyak tantangan, saya pikir kami bisa sangat bangga dengan diri kami sendiri," kilah Sarina dikutip FIFA.

Tak tanggung-tanggung, Sarina memasang kuartet gelandang bertahan melapis trio bek, hingga hanya menyisakan Ella Toone seorang diri menyokong garis serang yang ditempati duet Hemp dan Alessia Russo, yang terakhir tampil buruk.

Russo lalu ditukar Lauren James di babak kedua. Permainan Inggris baru mulai hidup sejak second striker ini masuk, tapi tetap tak mempan menembus gawang Spanyol. Dikartumerahkan pada 16 Besar versus Nigeria, James turun di final hanya untuk mencari bentuk sentuhan terbaiknya. Ia gagal berkontribusi maksimal.

"Kecerdikan Spanyol mengalahkan Inggris untuk memenangkan mahkota dunia," tajuk FIFA.

Final terkenal karena urusannya yang tegang dan licin, tetapi demikianlah pertandingan yang berenergi besar, berkualitas tinggi, dan menyeluruh sejak peluit pertama. Sementara Spanyol menciptakan peluang yang lebih baik -- dan lebih banyak lagi -- Inggrislah yang mencatat upaya pertama ketika Lauren Hemp melakukan tembakan kaki kiri ke mistar tatkala laga seperempat jam.

"Selesai sudah! Spanyol juara dunia!" seru penyiar siaran langsung FoxSportTV seperti dipirsa Alinea.  

Tegak lurus jauh di depan gawangnya, tangan kiri Mary Earps kiper Inggris yang sudah lepas dari sarung tangannya sejenak menyeka air matanya yang tak terkejar keluar. Ia membasahi bibirnya yang tiba-tiba mendadak kering-kerontang haus dahaga. Lalu susah-payah menahan tangis, merasa sesak setengah mati. Tangisnya tidak jatuh lagi kedua kali, tapi bola matanya berair penuh.

Earps galau melihat di kejauhan. Pemain Spanyol menjatuhkan diri satu sama lain dalam kegembiraan yang pecah. Kerumunan mereka berkerubung seperti semut menggigit dunia.

Berita Lainnya
×
tekid