sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Semifinal Indonesia vs Thailand: Gajah Perang bisa ulangi gaya yang sama

Tercatat pada empat laga Grup A, hanya di partai pembuka, versus Vietnam, sisi kawalan bek kanan Rio Fahmi yang terus diserang lawan.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Rabu, 18 Mei 2022 20:49 WIB
Semifinal  Indonesia vs Thailand: Gajah Perang bisa ulangi gaya yang sama

Siapa bilang taktik Shin Tae-yong susah ditebak? Alexandre Polking pernah berhasil dengan jitu membaca strateginya di leg pertama final Piala AFF pada 29 Desember 2021.

Polking paham absennya bek kiri Pratama Arhan akan digantikan Edo Febriansyah. Sisi lemah itu dicecar habis oleh Gajah Perang sejak menit pertama. Menit ke-2 langsung tercipta gol cepat mereka dari memanfaatkan celah rapuh yang dijaga Edo.

Berselang lima bulan, Mano Polking dan Tae-yong kini bertemu kembali. Masih membesut tim yang sama, kali ini di level U-23. Gelanggang bagi keduanya: semifinal SEA Games 31 Vietnam di Thien Truong Stadium, Nam Dinh, pada 19 Mei 2022.

Thailand bisa jadi mengulangi lagi gaya yang sama. Arhan tetap absen, posisi bek kiri lebih sering dipercayakan kepada Alfeandra Dewangga ketimbang Firza Andika.

Kuartet Pertahanan

Lagi pula mustahil Tae-yong menukar empat pilar reguler di belakang. Absennya bek kanan Asnawi Mangkualam karena akumulasi kartu akan digantikan Rio Fahmi, duet stopper Rizki Ridho dan Fachruddin Aryanto, bek kiri Dewa.

Coach Shin harus mengekang ambisi Dewa untuk ikut menunjang serangan. Kecuali tugas tambahannya hanya menyalurkan umpan terobosan atau mengambil lemparan ke dalam di area lawan. Soalnya kualitas umpan lambung silangnya lumayan buruk.

Dewa juga mudah ditekuk sayap kanan lawan lewat permainan kombinasi satu dua. Longgarnya pengawasan Dewa, 13 kali menghadirkan situasi berbahaya di pertandingan Grup A. Ia bukan bek kiri asli. Posisinya amat rawan menjadi titik eksplorasi yang akan digebrak pasukan Thailand nanti.

Sponsored

Tercatat pada empat laga Grup A, hanya di partai pembuka, versus Vietnam, sisi kawalan bek kanan Rio Fahmi yang terus diserang lawan. Di saat semua pemain bertahan Indonesia berkonsentrasi melapis kekurangan Fahmi, Vietnam mencuri ruang kosong melalui umpan terobosan ke jantung pertahanan untuk gol kedua.

Sedangkan di laga kedua, kontra Timor Leste, striker Mouzinho sempat lepas dari Dewa di menit ke-45 dan melesatkan tendangan keras, namun berhasil ditepis kiper Ernando Ari. Mouzinho kemudian mencetak gol balasan dari celah lowong di sisi kiri karena Dewa sudah telanjur naik ke depan.

Selanjutnya menghadapi Filipina, tim U-23 tidak kebobolan. Namun, lima kali nyaris terjadi malapetaka dari pos yang dihuni Dewa. Lemparan ke dalam di sisi kiri pertahanan Indonesia, nomor 4 Scott Woods di menit ke-6 bisa menembak ke gawang dari luar kotak penalti. Menit ke-34, Dennis Chung mampu menendang salto di depan gawang lewat skema umpan silang dari sayap kanan. Sementara di menit ke-40, Chung kembali membekuk Dewa dan menimbulkan teror kepada Ernando.

Pada menit ke-57, bola pantul diterima Jovin Bedic mendahului Dewa yang mati langkah ketinggalan, tendangannya memantul mistar gawang. Menit ke-65, tendangan bebas Oliver Bias disambut sontekan Christian Rontini di dalam kotak penalti, beruntung bolanya terbang jauh. Di saat itu Dewa hilang fokus karena naluriahnya memilih berjaga lebih ke tengah sesuai posisi aslinya.

Bek Kiri Horor

Berjumpa Myanmar di laga terakhir Grup A, muncul lagi sejumlah horor mengerikan di bek kiri. Di menit ke-25, sayap kanan Maung Maung Lwin menyelinap di balik punggung Dewa. Sedikit berkelit, dia menggocek bola hingga hampir mendekati kotak kecil di depan gawang Ernando untuk mengirimkan umpan silang berbahaya. Dua menit kemudian, Maung Lwin lepas lagi dan kembali menyodorkan umpan silang yang sangat mengancam. Tembakan striker Win Naing Tun membobol gawang, tapi dia sudah tertangkap offside.

Menit ke-37, Zaw Win Thein juga mengeksplor Dewa dan memfotokopi dua skema serangan sebelumnya. Dua menit berikutnya, giliran Maung Lwin memiliki ruang bebas tembak silang dari sisi yang sama. Bersyukur Ernando masih bisa memblok tendangan kerasnya.

Gol Myanmar tercipta di menit ke-65 dari tembakan striker Win Naing Tun. Hasil akhir mereka mencecar bek kiri, memperkecil ketinggalan. Dipecundangi gerak tipu dengan bola lekat dikontrol kaki striker itu, Dewa terpeleset di rumput licin. Terakhir, di menit 90+2, bahaya terus membara di pertahanan Dewa, dan Myanmar hampir mencetak skor lagi.

Berdasarkan 13 skema serangan yang dialami tim U-23 pada empat laga Grup A, bek kiri niscaya diincar sayap-sayap Thailand seperti mereka tunjukkan di leg pertama final Piala AFF 2020 lalu.

Selebihnya Polking tentu mengarahkan skuadnya agar menjauhkan bola dari area lapangan yang dipindai oleh Marc Klok. Ia pasti tak mau alur serangan timnya diganggu Klok yang suka bermain usil.

Klok telah mengisi kepingan puzzle yang senantiasa hilang di lini tengah selama ini. Ia dibekali kualitas ala Eropa, baik tendangan maupun pengawalannya, bisa menjaga ritme permainan secara efisien. Cukup penting juga memegang komando untuk para pemain lain mengawasi celah-celah yang rawan bahaya di bidang pertahanan. Dia tampak begitu lancar berkomunikasi.

Lupakanlah penampilan Klok yang canggung di kala kontra Vietnam sebab saat itu dia baru mulai beradaptasi dengan rekan-rekan setimnya. Ingatlah kesalahan kecilnya di menit awal versus Timor Leste membuahkan penalti bagi lawan justru bagian dari prosesnya yang gelagapan menyesuaikan diri di lapangan. Setelah Klok dkk berlatih di stadion mini tanpa standar layak yang disediakan panitia Vietnam di SEA Games 31.

Senjata utama tim U-23 di semifinal berbentuk skema salinan dari laga-laga mereka sebelumnya di Grup A. Alur bola cepat pindah ruang lewat pola satu sentuhan yang diperagakan antara dua-tiga penyerang. Terutama mengandalkan duet asal FK Senica. Camkanlah bahwa itu pasti sudah dipelajari Thailand. Taktik Shin Tae-yong cukup gampang dibaca, bukan?

Berita Lainnya
×
tekid