close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi biji kopi./Foto Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi biji kopi./Foto Pixabay.com
Peristiwa
Minggu, 04 Mei 2025 14:36

Di balik "gila-gilaan" kenaikan harga kopi lokal

Sengsara bagi konsumen, berkah bagi petani?
swipe

Sudah beberapa hari terakhir, Hanif kembali ke kopi instan. Warga Poris, Tangerang, Banten, itu mengaku terpaksa minum kopi kemasan lantaran harga kopi giling robusta yang biasa ia beli naik drastis, dari semula Rp35 ribu menjadi Rp45 ribu per 250 gram. 

"Beli kopi sachet sajalah," ucap Hanif saat berbincang dengan Alinea.id, Kamis (1/5).

Kopi seharga Rp35 ribu per 250 gram sebenarnya masih tersedia di toko biji kopi langganan Hanif. Namun, menurut Hanif, kopinya sudah dicampur jagung. Rasanya tak lagi seenak sebelumnya. 

"Meski kopi kemasan tidak sehat, tapi sementara (minum) ini dulu sambil nunggu pilihan lain," ujar Hanif. 

Keluhan serupa diutarakan oleh Evy Sulastri, warga Kembangan, Jakarta Barat. Ia mengaku sedang menimbang untuk "pindah" ke jenis kopi giling lain setelah harga biji kopi robusta Ijen di toko langgannya terus meroket. 

Tahun lalu, menurut Evy, harga biji kopi robusta Ijen berada di kisaran Rp140 ribu per kilogram. Namun, April lalu, Evy harus mengeluarkan Rp185 ribu untuk membeli kopi robusta Ijen dengan berat yang sama.  

"Kata yang jual, barangnya lagi susah. Naiknya gila banget. Kalau ada yang lebih murah, terus rasanya enggak jauh beda sih, bisa aja (pindah)," kata Evy kepada Alinea.id

Evy bercerita jenis kopi lainnya juga turut naik di toko langanannya. Kopi arabica Gayo premium, misalnya, sudah menyentuh lebih dari Rp300 ribu per kilogram.  

Sesekali, Evy juga membeli kopi jenis itu untuk stok di rumah. "Dulu, seinget aku, masih kisaran Rp270 ribu per kilogram. Harganya terus naik. Lama-lama enggak kebeli nih," jelas Evy.  

Kenaikan harga biji kopi dibenarkan oleh Ikrom, 36 tahun. Sehari-hari, ia berjualan kopi giling di Ciledug, Tangerang, Banten. "Banyak (petani) yang gagal panen katanya. Tetapi, saya enggak tahu pasti," kata Ikrom kepada Alinea.id. 

Ikrom mengatakan kenaikan harga biji kopi baik yang lokal maupun impor sebenarnya sudah terjadi sejak 2023. Sejak itu, harga biji kopi hampir tak pernah turun. 

Kenaikan harga kopi lokal serupa dengan fenomena global. Dalam setahun terakhir, kenaikan harga kopi berjangka di sejumlah bursa perdagangan kopi dunia mencatatkan rekor, baik untuk jenis biji kopi Robusta maupun Arabica. 

Pada 28 April 2025, harga kopi berjangka tercatat mencapai US$ 4,10 per pon, tertinggi sepanjang sejarah. Setahun lalu, tepatnya pada 30 April 2024, sebagamaina direkam Investing, harga kopi berjangka rerata US$ 2,1 per pon. Artinya, terjadi kenaikan harga hingga lebih dari 90%. 

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan kenaikan harga biji kopi lokal maupun global merupakan salah satu imbas gagal panen di Brazil. Vietnam--dikenal sebagai produsen kopi Robusta terbesar dunia--juga mengalami persoalan serupa. 

"Selain itu, (kenaikan harga) juga disebabkan faktor cuaca ekstrim menyebabkan produksi kopi dalam kurun waktu lima tahun ini menurun hingga 40%," kata Henry kepada Alinea.id, Kamis (1/5).

Kenaikan harga biji kopi, menurut Henry, bisa menjadi berkah bagi petani kopi di berbagai daerah. Namun, pemerintah harus turun tangan untuk memastikan bahwa kenaikan harga kopi tak hanya dinikmati tengkulak dan pengepul besar yang memiliki kontrak kuota.

"Ini bisa menghidupkan ekonomi lokal wilayah berbasis komoditi kopi. Tetapi, sementara ini, tidak ada intervensi pemerintah daerah dalam bentuk regulasi tentang komoditi kopi," ucap Henry. 

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan