Pemerintah Panama telah mengumumkan status keadaan darurat di Provinsi Bocas del Toro, wilayah penghasil pisang utama negara itu, menyusul eskalasi protes yang berujung pada penjarahan toko-toko dan perusakan fasilitas umum. Kebijakan ini meliputi penangguhan sementara hak-hak konstitusional selama lima hari ke depan, termasuk pembatasan kebebasan bergerak serta wewenang bagi aparat untuk melakukan penangkapan tanpa surat perintah.
Pusat konflik terletak di jantung ekonomi pisang Panama. Wilayah Bocas del Toro selama puluhan tahun bergantung pada industri perkebunan pisang, terutama milik perusahaan multinasional seperti Chiquita Brands. Namun, di balik dominasi industri tersebut, tersembunyi ketimpangan ekonomi dan ketegangan sosial yang terus membara.
Ketegangan mencuat sebulan lalu saat serikat pekerja pisang di Bocas del Toro memutuskan bergabung dalam gelombang unjuk rasa nasional menentang rencana pemerintah untuk memotong dana pensiun. Pemogokan pekerja pun diluncurkan. Bukannya mendapat respons diplomatis, ribuan buruh justru diberhentikan oleh pihak perusahaan, yang kemudian memicu amarah kolektif.
"Negara akan menegakkan mandat konstitusionalnya untuk menjamin perdamaian, menghadapi gangguan ketertiban dan tindak kekerasan sistematis," kata Menteri Kepresidenan Juan Carlos Orillac dalam konferensi pers. Ia menegaskan bahwa langkah tegas ini bertujuan untuk menyelamatkan provinsi dari ‘kaum radikal’.
Namun, bagi banyak penduduk lokal, khususnya para buruh perkebunan, narasi "radikalisme" ini terasa seperti pengaburan fakta: bahwa mereka sudah lama hidup dalam kondisi kerja yang tidak ideal, dengan upah rendah dan akses terbatas terhadap layanan publik. Bocas del Toro, meski menjadi tulang punggung ekspor pisang Panama, justru tercatat sebagai salah satu provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi dan tingkat pembangunan sosial yang tertinggal.
Protes yang awalnya bersifat damai berangsur-angsur berubah menjadi bentrokan. Massa yang marah merusak fasilitas Chiquita Brands dan bandara lokal. Jalan-jalan utama diblokir, memperparah isolasi kawasan dan menghambat distribusi barang dan layanan.
Chiquita Brands sendiri adalah simbol kekuasaan perusahaan multinasional di Amerika Tengah—dengan sejarah panjang yang tak jarang dikaitkan dengan eksploitasi buruh dan campur tangan dalam politik lokal, sejak era yang dikenal sebagai “Republik Pisang”.
Dengan kombinasi antara ketidakadilan sosial, dominasi ekonomi asing, dan keputusan pemerintah yang dianggap represif, situasi di Bocas del Toro kini bukan hanya tentang reformasi pensiun. Ini adalah krisis sosial-politik yang menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan antara ekonomi ekspor dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Pemerintah masih berupaya menegosiasikan jalan keluar, namun selama ketidakpuasan mendalam itu tidak diatasi, protes seperti ini tampaknya hanya tinggal menunggu waktu untuk meletus kembali—tak hanya di ladang pisang Panama, tetapi di banyak wilayah pinggiran lain yang merasa tertinggal dalam arus pembangunan. (bbc)