Di usia 39 tahun, Miguel Uribe Turbay membawa beban nama besar, luka pribadi yang mendalam, dan harapan masa depan Kolombia yang lebih stabil. Namun pada Sabtu sore (7/6) yang panas di distrik Fontibon, Bogota, semua harapan itu nyaris terenggut ketika dua peluru menghantam tubuhnya saat tengah berpidato di hadapan pendukungnya.
Saat ini, pria yang dikenal sebagai senator muda penuh ambisi itu tengah berjuang untuk hidupnya di rumah sakit, setelah ditembak oleh seorang remaja bersenjata dalam acara kampanye. Sang istri, Maria Claudia Tarazona, menyampaikan kondisi Miguel lewat media sosial X dengan nada pilu dan penuh harap: “Miguel sedang berjuang untuk hidupnya. Mari kita mohon kepada Tuhan untuk membimbing para dokter yang merawatnya.”
Siapa Miguel Turbay?
Miguel bukan orang sembarangan di jagat politik Kolombia. Ia adalah cucu mantan Presiden Kolombia Julio César Turbay Ayala (1978–1982), dan putra dari mendiang jurnalis Diana Turbay, yang tewas secara tragis dalam operasi penyelamatan dari penculikan oleh Kartel Medellín—jaringan narkoba paling terkenal dalam sejarah, yang kala itu dipimpin oleh Pablo Escobar.
Diana diculik pada tahun 1990 ketika tengah melakukan wawancara investigatif dan meninggal dunia setahun kemudian dalam penggerebekan yang gagal. Kisah ini meninggalkan bekas dalam jiwa Miguel muda. Ketika ia mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden Kolombia untuk pemilu 2026, ia melakukannya dari tempat ibunya dibunuh, menyatakan bahwa peristiwa tragis itu telah membentuk arah hidupnya.
“Saya bisa saja tumbuh besar dengan mencari balas dendam, tetapi saya memilih jalan lain: memaafkan, tapi tidak pernah melupakan,” kata Uribe penuh emosi.
Miguel Uribe memulai karier politiknya pada usia muda. Di usia 26 tahun, ia sudah terpilih sebagai anggota Dewan Kota Bogota dari Partai Liberal Kolombia. Kariernya terus menanjak saat menjabat sebagai sekretaris pemerintahan kota Bogota di bawah Wali Kota Enrique Peñalosa (2016). Pada tahun 2019, ia mencoba mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bogota, meski akhirnya kalah dari Claudia Lopez.
Namun kegagalan tak menyurutkan ambisinya. Pada pemilu legislatif 2022, ia kembali dengan bendera Pusat Demokratik (Centro Democrático) — partai sayap kanan konservatif — dan terpilih sebagai anggota Senat. Dalam jabatannya, ia menjadi pengkritik vokal Presiden Gustavo Petro, yang merupakan presiden sayap kiri pertama dalam sejarah Kolombia modern.
Penembakan terhadap Uribe terjadi pada momen krusial menjelang pemilu 2026, di mana ia menjadi salah satu tokoh kuat yang menantang arus kiri pemerintahan Petro. Tersangka penembakan, yang ternyata remaja berusia 15 tahun, ditangkap dengan membawa pistol Glock. Sebuah video yang beredar memperlihatkan detik-detik penembakan, ketika Miguel sedang menyampaikan pidato kampanye kepada sekelompok warga.
Pemerintah Kolombia pun geger. Presiden Petro, meski berselisih secara ideologis, mengutuk keras serangan itu dan memerintahkan investigasi menyeluruh.
“Tidak boleh ada satu peso pun, tidak boleh ada satu detik pun energi yang disia-siakan untuk menemukan siapa dalangnya,” tegas Petro.
Sementara itu, pemerintah AS turut menyoroti insiden ini. Senator Marco Rubio menyebut serangan terhadap Uribe sebagai ancaman langsung terhadap demokrasi dan menuding bahwa iklim politik yang terpolarisasi serta retorika ekstrem ikut berperan dalam meningkatnya kekerasan politik.
"Amerika Serikat mengutuk dengan sekeras-kerasnya upaya pembunuhan Senator Miguel Uribe. Ini adalah ancaman langsung terhadap demokrasi dan akibat retorika kiri yang keras dari tingkat tertinggi pemerintahan Kolombia."
"Setelah melihat sendiri kemajuan Kolombia selama beberapa dekade terakhir dalam mengonsolidasikan keamanan dan demokrasi, Kolombia tidak boleh kembali ke masa-masa gelap kekerasan politik. Presiden Petro perlu meredakan retorika yang menghasut dan melindungi pejabat Kolombia," katanya.(indiatoday)