Saat migrain mulai mengintai, langkah awal yang ampuh adalah menata pola hidup sehari-hari. Tidur dan makan secara teratur menjadi fondasi penting. Menetapkan jam tidur dan bangun sama setiap hari, termasuk akhir pekan, membantu menjaga ritme tubuh tetap stabil. Begitupula dengan makan: hindari melewatkan waktu makan, karena hal tersebut bisa memicu serangan sakit kepala.
Menjaga tubuh tetap terhidrasi juga tidak kalah penting. Minumlah air secara teratur sepanjang hari, jangan menunggu hingga terasa haus . Satu lagi langkah sederhana namun berdampak besar: hidari makanan atau minuman yang selama ini diketahui bisa memicu migrain.
Beberapa pemicu umum antara lain: keju tua, cokelat, alkohol, kafein berlebih, MSG, dan pemanis buatan seperti aspartam . Catat apa saja yang dikonsumsi dan kapan sakit kepala muncul—jurnal makanan bisa sangat membantu mengenali pola personal.
Stres dan pikiran yang penuh jadi pemicu paling umum penyebab migrain. Mengelolanya bukan berarti melarikan diri dari tekanan, melainkan mengaturnya dengan lebih baik. Luangkan waktu bersantai—entah itu membaca buku, mendengarkan musik lembut, menyendiri sejenak, atau melakukan teknik relaksasi sederhana seperti pernapasan dalam dan meditasi .
Olahraga ringan juga memiliki efek positif. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, atau bersepeda tidak hanya mengurangi ketegangan, tapi juga merangsang hormon endorfin—alami penahan nyeri tubuh. Cukup lakukan secara rutin, namun jangan berlebihan karena olahrga terlalu intens juga bisa jadi pemicu jika tubuh tak siap .
Bagi sebagian orang, cahaya terang, suara bising, dan layar yang terus menyala bisa memicu migrain. Menyesuaikan pencahayaan ruang kerja atau rumah ke nuansa hangat, menggunakan kacamata dengan filter cahaya biru, serta mengikuti aturan 20‑20‑20 (setiap 20 menit menatap layar, alihkan pandangan selama 20 detik ke objek berjarak 20 kaki/6 meter) bisa membantu meredam stres visual .
Suplemen vitamin dan mineral juga bisa dipertimbangkan, setelah konsultasi dokter. Misalnya, magnesium, vitamin B2 (riboflavin), dan koenzim Q10 disebut memiliki manfaat potensial untuk menurunkan frekuensi migrain.
Obat preventif mungkin diperlukan bila migrain menyerang terlalu sering atau sangat parah. Dokter bisa meresepkan obat seperti beta blocker (propranolol, metoprolol), antikonvulsan (topiramate), antidepresan trisiklik (amitriptyline), serta obat-obatan baru seperti erenumab.
Namun, semua harus dibarengi dengan perubahan gaya hidup agar hasilnya optimal.
Terakhir, teknik non-farmakologi punya perannya sendiri. Akupunktur, biofeedback, dan terapi perilaku kognitif pun terbukti efektif mengurangi frekuensi migrain dengan pendekatan yang lebih alami .
Pada intinya, mencegah migrain bukan sekadar mengandalkan obat. Ini tentang menciptakan keseimbangan—tidur dan makan teratur, olahraga, manajemen stres, hidrasi, dan kesadaran terhadap pemicu pribadi. Kombinasi pola hidup sehat, penyesuaian lingkungan, serta dukungan medis atau terapi non-medis dapat menjauhkan migrain kambuh dan mencegah nyeri mengambil alih hari Anda.(mayoclinic)