sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Di balik adu kuat jalan sehat para kandidat

Kegiatan jalan sehat dipakai para kandidat untuk mengakali durasi masa kampanye yang terbilang pendek.

Afrizal Kurnia
Afrizal Kurnia Minggu, 10 Des 2023 13:13 WIB
Di balik adu kuat jalan sehat para kandidat

Kota Makassar sempat jadi venue adu kekuatan massa para kandidat di Pilpres 2024. Dalam acara Jalan Sehat Satu Putaran yang digelar Sabtu (25/11), Gibran Rakabuming Raka, cawapres pendamping Prabowo Subianto, mengklaim sukses menghadirkan lebih dari 1 juta orang. Tak tanggung-tanggung, hadiah Rp1 miliar disiapkan oleh panitia untuk peserta. 

Sehari berselang, giliran capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo yang menyapa warga Kota Makassar dalam acara bertajuk "Jalan Sehat Bersama Ganjar". Ratusan ribu orang diklaim menghadiri acara tersebut. Hadiah jalan sehat Ganjar juga cukup bombastis, yakni 3 rumah, 3 mobil, 30 umrah, 3 ziarah Nasrani di Yerusalem, 3 ziarah Buddha di Thailand dan hadiah-hadiah menarik lainnya.

September lalu, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) sudah lebih dulu hadir di Makassar dengan agenda serupa. Ketika itu, Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies, Muhammad Ramli Rahim mengklaim 1 juta kupon doorprize ludes didistribusikan ke peserta acara jalan sehat. 

Jika dibandingkan dua pasangan lainnya, jalan sehat bisa dikata merupakan model kampanye khas pasangan AMIN. Sejak awal tahun, Anies--sebelum dan setelah berduet dengan Cak Imin--pernah menggelar jalan sehat yang dihadiri ribuan orang di sejumlah daerah, semisal di Sidoarjo, Jember, Malang, Depok, dan Bandung. 

Pakar komunikasi politik dari Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo menilai kegiatan jalan sehat dijadikan model kampanye oleh para kandidat semata untuk unjuk kekuatan. Dalam acara seperti itu, para peserta jalan sehat lazimnya minim mendapatkan informasi mengenai visi-misi para kandidat.

"Tujuan kampanye itu untuk mempengaruhi publik agar mendukung dan memilih. Banyak cara yang dilakukan, di antaranya jalan kaki. Tetapi, memang kampanye semacam ini lebih berfungsi sebagai show of force karena publik kurang mendapat pesan visi misi kandidat,’’ ujar Suko Widodo ketika dihubungi Alinea.id, belum lama ini. 

Jalan sehat, menurut Suko, juga dipakai para kandidat untuk menggantikan model kampanye door to door yang memakan lebih banyak waktu. Dengan menggelar agenda jalan sehat, para kandidat bisa bertemu dengan massa dalam jumlah besar di suatu daerah. 

‘’Dalam beberapa survei, memang mayoritas publik, sekitar 65%, selalu mengharapkan bisa bertemu dan berdialog dengan kandidat. Untuk efektif atau tidak, memang agenda ini harus dilengkapi dengan strategi bagaimana agar pesan visi misi masuk dalam pengetahuan publik,’’ ujar Suko. 

Sponsored

Pengamat politik Yushan Farchan sepakat jalan sehat dipilih jadi model kampanye supaya bisa menghadirkan massa dalam jumlah besar. Model itu dipilih untuk menyiasati durasi masa kampanye yang terbilang pendek. Dengan jalan sehat, para kandidat bisa bertemu dengan massa yang besar hanya dalam satu kegiatan kampanye. 

"Kalau pola yang dilakukan adalah door to door, tentu durasi kampanye yang cukup pendek kan tidak cukup. Makanya, jalan sehat dipilih selain karena ada ada muatan olahraganya. Ya, tentu bisa menghadirkan masyarakat dalam skala luas," kata Yushan kepada Alinea.id

Namun demikian, Yushan berpendapat jalan sehat belum tentu efektif untuk mengerek elektabilitas. Pasalnya, tak semua warga yang datang ke acara-acara jalan sehat politik itu benar-benar hadir lantaran ingin bersua dengan para kandidat. 

"Ini sangat tergantung pada strategi komunikasi politik yang dibangun timses pada saat jalan sehat. Apakah pesan politik capres-cawapresnya itu mengena enggak di kalangan peserta? Yang ikut jalan sehat itu kan motifnya variatif kan. Ada yang memang karena didorong oleh ikatan ideologis yang kuat terhadap timses atau capres, tapi ada yang juga sekedar berburu insentif atau hadiah,’’ jelas dia. 

Bagi para capres-cawapres, menurut Yushan, agenda jalan sehat efektif untuk mendongkrak popularitas. Jika dibingkai dengan apik, bukan tidak mungkin kenaikan popularitas berubah jadi elektabilitas. Tak sekadar unjuk kekuatan, sosialisasi visi-misi juga harus jadi tujuan utama agenda jalan sehat. 

"Semua timses memang harus mampu memanfaatkan sisa waktu kampanye yang cukup pendek ini untuk lebih mempresentasikan program-program pasangan capres-cawapres. Kalau itu tersampaikan dengan baik pada masyarakat, ya, saya kira masyarakat akan melihat dan segera memutuskan kan,’’ kata dia. 

Berita Lainnya
×
tekid