sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pidato Giring, cara keliru menuju Senayan

Giring dianggap sakit hati dan terus kritik Anies Baswedan.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Senin, 27 Des 2021 15:25 WIB
Pidato Giring, cara keliru menuju Senayan

Pidato Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha dibanjiri kritik lantaran menyebut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pernah dipecat Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia pun menyebut Anies sebagai sosok pembohong. Anies sempat jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di periode pertama Presiden Jokowi.

Analis politik Ujang Komaruddin menilai, narasi yang disampaikan Giring bernuansa negatif. Menurutnya, Giring mengatakan hal itu karena rasa kecewa atas kekalahan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dari Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Karena PSI itu tak lepas dari sosok Ahok juga. Pendukung Ahok juga. Itu kecewa dan sampai hari ini nyerang terus," kata Ujang saat dihubungi Alinea.id, Senin (27/12).

Dalam kacamata Ujang, narasi politik Giring justru bumerang bagi dirinya termasuk PSI. Menurut dia, sebagai politikus, Giring seharusnya bermain cantik dan tidak menyebar narasi kebencian.

"Makanya politisi itu kan di depan saling serang, tapi di belakang rangkul-rangkulan. Kebanyakan ya (seperti itu). Tapi dalam konteks Giring ini saya melihat, kekecewaan itu ada, lalu menyerang dan itu membuat masyarakat antipati terhadap Giring dan PSI," ujarnya.

Menurut Ujang, sebagai partai baru, PSI seharunya memainkan politik ide dan adu gagasan. Dengan demikian, publik justru bersimpati kepada partai besutan Grace Natalie tersebut.

"Mestinya yang dikembangkan Giring dan PSI itu ya ide dan gagasan untuk membangun Indonesia. Kami punya langkah ini dan itu? Itu mestinya lebih baik daripada apa yang dilakukan Anies. Sehingga narasi yang dikembangkan itu bukan narasi permusuhan, narasi saling serang," ucap Ujang.

Di sisi lain, dalam pandangan Ujang, Giring sebenarnya tengah mencari muka untuk menaikkan elektabilitas partai agar dapat melenggang ke Senayan pada Pemilu 2024. Hal itu juga dilakukan oleh Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie sebelumnya. 

Sponsored

Dalam sebuah pernyataan, Grace menyebut partainya menargetkan suara di Pemilu 2024 menembus ambang batas parlemen atau parliamentary threshold agar bisa membuat "gaduh" DPR.

Sementara dari tiga lembaga survei, elektabilitas PSI masih jauh dari kata aman untuk dapat lolos ke Senayan. Survei Poligov misalnya, elektabilitas PSI hanya sebesar 1%. PSI kalah jauh dibanding Perindo, yang pada Pemilu 2019 sama-sama tidak lolos Senayan.

Demikian pula hasil survei Populi Center, PSI juga tidak lolos DPR pada 2024. Elektabilitas PSI hanya 0,7%. Kemudian, hasil survei Populi Center menyebutkan elektabilitas PSI hanya 0,7%.

"Kelihatannya mau nyari pemberitaan dulu. Nyari nama dan pemberitaan dulu agar mudah dan cepat dikenal walaupun dengan narasi negatif. Mungkin nanti, di 2024 narasinya baru positif. Jadi bisa saja hari narasinya negatif dulu sehingga masyarakat tahu PSI kan, dengan segala kekurangan dan sebagainya," kata Ujang.

Ujang menilai, salah satu strategi PSI menaikkan elektabilitas ialah dengan mendompleng nama Anies Baswedan yang notabene menjadi salah satu kandidat potensial maju di Pilpres 2024. Dari sejumlah survei, nama Anies juga kerap berada di papan atas.

"Iya dengan menghajar Anies kan itu pemberitaannya cukup kuat untuk PSI. Politik kan seperti itu," ujarnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid