sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Prabowo dan SBY siap tantang Jokowi

Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sepakat berkoalisi bermodalkan perolehan suara 22,71% siap menjadi penantang kubu Jokowi

Sukirno Kudus Purnomo Wahidin
Sukirno | Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 25 Jul 2018 03:55 WIB
Prabowo dan SBY siap tantang Jokowi

Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sepakat berkoalisi bermodalkan perolehan suara 22,71% siap menjadi penantang kubu Jokowi sebagai petahana.

Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus calon presiden dari partai tersebut, tiba di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pada Selasa (24/7) malam pukul 19.23 WIB. Keduanya bertemu di rumah Presiden ke-6 Indonesia di kawasan Megakuningan, Jakarta Selatan.

Mengenakan batik lengan panjang berwarna cokelat, celana dan sepatu hitam, Prabowo disambut jabat tangan langsung oleh SBY. Kedua ketua umum partai itu kompak memakai baju senada, kemudian mengambil posisi untuk diabadikan oleh para pewarta yang telah menunggu di halaman.

SBY menerima Prabowo bersama jajaran pengurus Dewan Pimpinan Partai Demokrat, termasuk dua putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Pertemuan khusus dihelat antara SBY, Prabowo, dan AHY.

AHY yang menjabat Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat memang digadang-gadang menjadi bakal calon wakil presiden oleh sang ayah selaku Ketua Umum Demokrat.

Usai melangsungkan pertemuan selama 1,5 jam, SBY dan Prabowo menggelar konferensi pers. Ketua umum partai berlambang bintang mercy itu mengumumkan tiga kesepakatan yang telah disetujui oleh SBY dan Prabowo.

 

Pertemuan politik pertama antara SBY dan Prabowo sejak 2017 di Cikeas. Saat itu, empat parpol menolak ambang batas (presidential treshold) 20% menggunakan suara hasil Pemilu 2014. Namun, empat parpol itu kalah di parlemen.

Pertemuan kali ini adalah tindak lanjut dari niatan penjajakan politik Prabowo sebelumnya yang tertunda lantaran SBY harus dirawat di RS Pusat Angkatan Darat belum lama ini.

Sponsored

SBY menyatakan, kesepakatan yang diambil bersama Prabowo, salah satunya adalah membuka koalisi dengan barisan Gerindra pada Pilpres 2019. Keputusan koalisi dengan Gerindra diputuskan cukup alot di internal Demokrat.

Dia mengakui telah menjalin komunikasi dengan kubu petahana yang mengusung Jokowi sebagai Capres, tetapi masih banyak rintangan untuk berkoalisi. Penjajakan berlanjut kepada kubu Prabowo yang kemudian bersambut positif.

"Sebenarnya saya menjalin komunikasi dengan Pak Jokowi itu hampir 1 tahun, untuk juga menjajaki kemungkinan kebersamaan dalam pemerintahan. Pak Jokowi juga berharap Demokrat bisa berada di dalam (pemerintahan). Tetapi saya menyadari, banyak sekali rintangan dan hambatan untuk menuju ke koalisi itu," kata SBY.

Bagi SBY, koalisi harus dibangun dengan iklim yang mendukung. Koalisi juga harus dibangun dengan kesediaan saling percaya dan saling menghormati. "Itu menurut saya yang menjadi hambatan."

Prabowo Subianto dan Agus Harimurti Yudhoyono. (Facebook).

AHY, why not?

Presiden ke-6 RI tersebut juga tak menampik keinginan Demokrat untuk mengusung putra sulungnya, AHY, sebagai Cawapres. Itu adalah hal yang logis bagi setiap partai politik menginginkan kader terbaiknya untuk melenggang pada Pilpres 2019.

Dia menegaskan, pertemuan kali ini tidak membicarakan terkait Cawapres bagi Prabowo Subianto. "Bagi Partai Demokrat, Cawapres itu bukan harga mati. Yang penting, kalau kita berkoalisi, pasangan Capres dan Cawapres adalah yang terbaik."

Menimpali hal tersebut, Prabowo menegaskan bahwa SBY tidak meminta AHY 'harga mati' sebagai Cawapres. Demokrat hanya meminta nama terbaik untuk Cawapres segera diformulasikan dan dicari dalam beberapa hari ke depan.

Prabowo mencari Cawapres dengan kriteria antara lain, memiliki kapabilitas, dan mampu berkomunikasi dengan generasi muda lantaran pemilih mayoritas di bawah usia 40 tahun.

"Kalau umpamanya dalam pertemuan nanti nama AHY yang muncul sebagai salah satu yang dibicarakan, saya harus katakan why not? Jadi, tidak ada harga mati-harga matian," tegas Prabowo.

Tidak hanya itu, Prabowo menegaskan koalisi yang dibangun bersama SBY tidak akan mengganggu harmoni koalisi yang telah terbentuk bersama PKS dan PAN. Dia memastikan koalisi yang telah terbangun tidak akan pecah dan ditegaskan akan tetap solid.

Prabowo memastikan partai koalisi menyambut gembira atas pertemuan yang digelar bersama SBY. Bahkan, Prabowo mengaku terus menjalin komunikasi dan konsultasi dengan partai-partai pendukungnya sebelum bertemu SBY.

"Komunikasi dengan PAN saya juga jalin, dengan PKS, sudah agak lama tidak berkomunikasi. Semangat kami adalah menjalin komunikasi sebaik mungkin," imbuh SBY.

Hari-hari mendatang, kata SBY, akan lebih mematangkan kebersamaan dalam koalisi Pilpres 2019. Sehingga, tidak masuk dalam agenda pertemuan untuk membahas deklarasi pasangan Capres-Cawapres Prabowo-AHY. "Saya kira tidak elok. Ini pertemuan kami yang pertama dengan Pak Prabowo."

Menyikapi pertemuan tersebut, Ferdinand Hutahaean, Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat, menyatakan akan segera membentuk tim kecil yang terdiri dari para politisi Partai Gerindra dan Partai Demokrat untuk merumuskan program-program Prabowo Subianto.

Selain itu, ia juga menyampaikan, dalam rangka memperkuat barisan pendukung Prabowo Subianto, Ferdinand mengatakan SBY akan segera bertemu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan pada Rabu,(25/7), guna melakukan penjajakan koalisi.

"Nanti komunikasinya akan dibangun, sementara malam ini yang telah disepakati adalah Gerindra dengan Demokrat. Kita harap nanti tim kecil ini juga akan bergabung partai lain dan mungkin besok akan ada kesepakatan juga antara pak SBY dangan pak Zulkifli Hasan," pungkasnya.

Prabowo Subianto bertemu dengan Zulkifli Hasan. (Antara Foto).

PKS dan PAN

Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan partainya tinggal menyusun platform koalisi bersama dengan Partai Gerindra dan PKS untuk lima tahun ke depan.

Meski demikian, pihaknya tetap terbuka apabila Partai Demokrat ingin bergabung. "Arahnya ke sana, koalisi antara PAN, Gerindra, dan PKS. Kami tinggal menyusun platform koalisi bersama," katanya.

Dia menjelaskan platform koalisi itu terkait program-program kerja koalisi ke depan apabila menang Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 seperti ideologi, ekonomi, politik, dan budaya. Setelah itu, menurut dia, merencanakan organisasi pemenangan atau tim sukses Pilpres 2019 lalu menentukan pasangan Capres-Cawapres.

Terpisah, Sekretaris Jenderal DPP PKS Mustafa Kamal, mengatakan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PKS merekomendasikan penetapan mitra koalisi untuk Pemilu Presiden 2019 lebih awal, yaitu akhir Juli 2018.

"Kami menerima aspirasi dari pengurus, kader, dan simpatisan PKS yang menginginkan agar ada penetapan lebih awal agar terbentuknya mitra koalisi Pilpres 2019, paling lambat akhir bulan Juli 2018," kata Mustafa.

Mustafa menegaskan bahwa mitra koalisi yang akan dibangun nanti adalah mereka yang dapat menjamin bahwa salah satu dari sembilan calon presiden yang diusung oleh PKS dapat menjadi calon presiden atau calon wakil presiden.

PKS pada tanggal 15 Januari 2018 telah mengumumkan sembilan nama bakal calon presiden dan/atau bakal calon wakil presiden hasil penjaringan internal, yaitu Ahamad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Habib Salim Segaf Al-Jufri, Al Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.

Sumber: Antara

Berita Lainnya
×
tekid