sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ramai nazar politik di Twitter, mampukah kekuatan netizen taklukkan Prabowo?

Sebelumnya, Twitter juga diwarnai dengan seruan asal bukan Prabowo.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Rabu, 10 Jan 2024 08:38 WIB
Ramai nazar politik di Twitter, mampukah kekuatan netizen taklukkan Prabowo?

Dinamika Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 juga ingar bingar di media sosial (medsos), termasuk Twitter (X). Bahkan, calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan, mendapatkan tempat tersendiri bagi netizen setempat.

Setelah fenomena asal bukan Prabowo, capres nomor urut 2, lalu menjadikan Anies seakan-akan idola pecinta K-Pop (Kpopfication) oleh pendukungnya yang juga fan K-pop dengan nama Park Ahn Nice dan ikon burung hantu, yang melambangkan kebijaksanaan dan kecerdasan. Belakangan, yang tak kalah menyedot perhatian, adalah munculnya tagar #nazarpemilu.

Gerakan #nazarpemilu umumnya berisi tentang janji para warganet, banyak di antaranya pemengaruh (influencer), melakukan sesuatu sesuai kemampuannya apabila Anies menang atau Prabowo kalah pada Pilpres 2024. Berdasarkan penelusuran Drone Emprit, #nazarpemilu kali pertama dilontarkan akun @imrenagi. Namun, ia bernazar hanya ketika pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kalah.

Beberapa saat kemudian, warganet lain ikut meramaikannya. Pun ditambah jika Anies, "01", atau Anies-Muhaimin Iskandar (Amin) menang. Tagar #nazarpemilu akhirnya menjadi topik populer (trending topic) di Twitter. Dalam data yang dihimpun Drone Emprit di Twitter, 6 Januari 2024, setidaknya #nazarpemilu disebut (mentions) sebanyak 49.562 kali.

"Setelah dikelompokkan antara dua opini, yaitu 'jika 01 menang' dengan 'Jika 02 kalah', didapat jumlah cuitan yang masuk dalam masing-masing opini. Paling besar adalah 'jika 01 menang' sebanyak 78% dan 'jika 02 kalah' sebanyak 22% dari total 6.432 cuitan yang mengandung ekspresi ini," cuit pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, melalui akun Twitter @ismailfahmi.

Hingga sehari setelahnya (7/1), #nazarpemilu masih mewarnai percakapan netizen di Twitter. Totalnya mencapai 111.779 penyebutan.

Reaksi partai pengusung

Fenomena ini turut "disamber" politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sekaligus juru bicara Tim Nasional (Timnas) Amin, Mardani Ali Sera. "Jika Amin menang: 1. saya akan bagi-bagi buku saya gratis [dan] 2. tasyakuran bersama anak yatim potong kambing di beberapa tempat. #Nazarpemilu menjadi #gerakanperubahan yang dilakukan elemen rakyat untuk melawan fitnah, hoax, dan ketidakadilan potensial kecurangan pemilu," kicau akun @MardaniAliSera.

Sponsored

Partai NasDem, salah satu pengusung Amin, juga memberikan respons positif karena #nazarpemilu adalah ekspresi spontan warganet yang menginginkan perubahan. Pun berharap gerakan tersebut terus membesar setiap harinya.

"Tentu saja nazar tersebut kita apresiasi karena biasanya orang bernazar itu akan berusaha dengan kuat dan berdoa secara ikhlas agar hajatnya dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa," ujar Wakil Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Jakfar Sidik.

"Kita berharap nazar para netizen ini menjadi bola salju yang membesar dalam konteks netizen semakin ekspresif untuk menyuarakan perubahan," sambungnya.

Jakfar pun kian optimis Amin menjadi juara Pilpres 2024. "Kita berharap usaha dan doa ini akan membuat pasangan Anies-Muhaimin akan menjadi pemenang."

Prabowo mesti waspada

Terpisah, Direktur Eksekutif Demos Institute, Ade Reza Hariyadi, berpandangan, jika #nazarpemilu bergerak secara organik, maka ini tergolong pola baru dalam partisipasi politik di Indonesia dan menunjukkan otonomi politik kian luas dalam lapis sosial pemilih. Pangkalnya, merujuk pengalaman selama ini, jarang sekali keterlibatan masyarakat menyangkut kekuasaan, utamanya pemilu, bersifat sukarela (voluntary).

Ia melanjutkan, umumnya media sosial di akses kelas menengah dan kelas atas. Keduanya dicirikan sebagai kelompok yang mendapatkan informasi dengan baik (well informed), memiliki memori yang baik tentang rekam jejak (track record), serta cenderung rasional, kritis, dan evaluatif dalam merespons situasi sosial politik dan hubungannya dengan kinerja kekuasaan maupun calon penguasa.

Oleh karena itu, Reza memaklumi jika #nazarpolitik tumbuh di media sosial. "Fenomena yang dianggap tidak sesuai dan anomali tentu saja akan dikritisi, termasuk rekam jejak hingga masalah putusan MK (Mahkamah Konstitusi)," jelasnya kepada Alinea.id.

Menurutnya, agar gerakan #nazarpolitik memiliki dampak serius, maka harus menjadi gerakan politik yang aktif. Dengan begitu, perlu semacam mekanisme pemicu yang kuat dan langsung bersentuhan atau berdampak pada kepentingan kelas menengah.

Kendati demikian, Reza mengingatkan, #nazarpolitik tetap memiliki efek. Ia pun menyarankan kubu Prabowo menjadikan gerakan tersebut sebagai peringatan dini.

"Tentu saja setiap potensi yang dapat menjadi disinsentif elektoral perlu diwaspadai dan bisa saja masif. Apalagi, elektabilitas Prabowo Subianto belum melampaui keseluruhan total suara koalisi pendukungnya. Prabowo masih perlu kerja keras untuk mendongkrak elektabilitasnya," tuturnya.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan kongsi pengusung Prabowo, Koalisi Indonesia Maju (KIM). Misalnya, menjaga pemilih loyal, mendongkrak kinerja mesin politik partai koalisi yang belum maksimal, hingga mengintensifkan jejaring dunia maya dengan isu-isu yang lebih terbukti dan memiliki rasionalitas yang kuat.

"Situasi masih akan sangat dinamis. Setiap momentum dapat dikomodifikasi menjadi isu maupun gerakan politik. Apalagi, jumlah undecided voters maupun swing voters masih tinggi," kata Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Krisnadwipayana (FIA Unkris) ini.

Berita Lainnya
×
tekid