Meski tak lagi menjabat, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) terus-menerus tampil di ruang publik. Saat ini, Jokowi tersandung kasus dugaan ijazah palsu. Jokowi disebut tak benar-benar lulus dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Maret lalu, keaslian ijazah Jokowi sempat dipersoalkan mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Rismon mengatakan ijazah dan skripsi Jokowi patut dipertanyakan lantaran mengunakan font Times New Roman. Menurut Rismon, font jenis belum ada di era 1980-an hingga 1990-an.
Analisis Rismon memicu kegaduhan di jagat maya. Pro-kontra pun lahir. Spekulasi liar bermunculan. UGM bahkan harus turun tangan untuk klarifikasi. UGM menegaskan Jokowi benar alumni UGM yang lulus pada November 1985.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM saat ini, Sigit Sunarta mengatakan UGM menyimpan dokumen-dokumen yang menjadi bukti bahwa Jokowi benar-benar mencicipi bangku kuliah di kampus UGM. Sigit mengaku UGM juga memegang salinan ijazah asli Jokowi.
“Kami hanya memegang kopiannya saja. Kalau skripsi asli, karena dalam proses pembuatan skripsi itu, ada skripsi yang dikopi menjadi beberapa eksemplar yang ditinggal kami ada beberapa,” kata Sigit dalam konferensi pers di UGM, Yogyakarta, Selasa (15/4) lalu.
Polemik tak berhenti di situ. Jokowi berencana melaporkan pihak-pihak yang menuding bahwa ijazahnya palsu. Tim hukum sudah dibentuk oleh mantan Wali Kota Solo itu.
Saat "digeruduk" sejumlah anggota Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) di kediamannya di Jalan Kutai Utara No. 1, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu (16/4), Jokowi juga menolak menunjukkan dokumen ijazah asli yang ia pegang.
"Tidak ada kewenangan mereka (TPUA) mengatur saya untuk menunjukkan ijazah asli yang saya miliki," ujar Jokowi kepada wartawan.
Selain karena polemik ijazah, Jokowi juga rutin muncul di ruang publik karena eksistensi wisata Jokowi. Destinasi wisata itu sebelumnya diungkap Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya.
Bima bercerita mendapat laporan mengenai keberadaan wisata Jokowi dari Wali Kota Solo. "Ternyata ke sini, benar ada wisata Jokowi. Warga dari berbagai daerah datang ke sini (rumah Jokowi)," kata Bima.
Yang termasuk dalam wisata Jokowi ialah kediaman Jokowi yang ikonik, lingkungan di sekitar rumah Jokowi, dan kuliner khas Solo di area kediaman Jokowi. Pengunjung juga berjubel karena Jokowi membuka kesempatan untuk bertemu dan swafoto dengan dia.
Di luar itu, Jokowi juga membuka pintu rumahnya untuk elite-elite politik dan tokoh-tokoh nasional. Teranyar, Jokowi menjamu Ketua GRIB Jaya Hercules Rosario de Marshal dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Analis politik dari Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Ahmad Chumaedy menilai Jokowi sedang menjadikan polemik ijazah palsu sebagai panggung politik untuk mempertahankan citra di ruang publik. Apalagi, polemik ini bisa mudah reda jika Jokowi menunjukkan ijazah asli yang ia simpan.
"Dalam konteks ini, tindakan Jokowi lebih dari sekadar klarifikasi personal, ia merupakan upaya mempertahankan legitimasi simbolik, kredibilitas moral, dan nilai tawar politik dalam lanskap nasional yang dinamis," kata pria yang akrab disapa Memed itu kepada Alinea.id, Selasa (15/4).
Kehadiran wisata Jokowi dan rutinnya rumah Jokowi disambangi elite politik, kata Memed, seolah menjadikan Solo sebagai kota politik yang penting. Dalam konteks ini, menurut Memed, Jokowi sukses membangun persepsi bahwa ia masih punya pengaruh yang kuat di dunia politik.
"Dalam politik, persepsi adalah kekuatan dan Jokowi sedang memastikan bahwa kekuatan itu tetap berada di tangannya. Dengan terus tampil di ruang publik, ia tidak ingin menjadi mantan presiden yang dilupakan, melainkan tetap dilihat sebagai tokoh penting," kata Memed.
Jokowi, lanjut Memed, punya kepentingan untuk tetap mempertahankan pengaruh di lanskap politik nasional. Ia menyebut Jokowi tak ingin jaringan politik dan ekonomi yang dibangun selama dua periode pemerintahannya runtuh.
"Ini juga bagian dari upaya mempertahankan pengaruh. Bukan hanya soal ego, tapi juga menyangkut proteksi terhadap jaringan politik dan ekonomi yang dibangunnya," kata Memed.
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan sepakat perkara dugaan ijazah palsu Jokowi semestinya bisa diselesaikan dengan cara sederhana, yakni Jokowi menunjukkan dokumen ijazah yang ia simpan kepada publik.
Dengan menggantung persoalan itu, menurut Yusak, muncul kesan Jokowi seolah ingin tetap jadi bahan perbincangan publik. Bukan tidak mungkin polemik ijazah palsu itu benar-benar bergulir ke ranah hukum.
"Sebagai politisi, Jokowi masih ingin eksis dan menjadi pemain kunci politik nasional. Makanya, Jokowi ingin terus tampil ke publik termasuk bermanuver memanggil orang-orangnya ke Solo untuk konsolidasi," kata Yusak.