close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Prabowo Subianto (kiri) berbincang dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (kanan). /Foto Facebook
icon caption
Presiden Prabowo Subianto (kiri) berbincang dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (kanan). /Foto Facebook
Peristiwa
Minggu, 22 Juni 2025 08:45

Skenario pecah kongsi Prabowo-Dedi Mulyadi

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berpeluang jadi kompetitor Presiden Prabowo di Pilpres 2029.
swipe

Popularitas Gubenur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa KDM terus meroket. Tak hanya warga Jawa Barat, nama Dedi juga semakin akrab di telinga publik nasional. Aksi-aksi blusukan dan kebijakan kontroversial Dedi jadi perbincangan hangat di kalangan warganet. Ada yang gila-gilaan mengapresiasi, ada pula yang menghujat. 

Peningkatan kepopuleran Dedi setidaknya terekam dari kinerja akun @KANGDEDIMULYADICHANNEL. Channel Youtube politikus Gerindra itu kini punya sekitar 7,55 juta pelanggan. Maret lalu, subscriber akun itu baru kisaran 6,3 juta orang. Mayoritas subscriber tentunya orang-orang yang suka dengan Dedi. 

Analis politik dari Universitas Jember, Muhammad Iqbal menilai Dedi sedang berinvestasi total untuk mengemas citra diri via media sosial.  Bukan tidak mungkin modal itu nantinya dipakai untuk maju ke gelaran Pilpres 2029.

Peluang Dedi untuk maju terbuka setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 62/PUU-XXII/2024 menghapus ambang batas pencalonan presiden 20%. Jika Gerindra tak mencalonkannya, Dedi bisa saja dipinang oleh parpol lain. 

Dedi hampir pasti tak akan bisa menyalip Prabowo di Gerindra. Apalagi, parpol-parpol yang tergabung di Koalisi Indonesia Maju Plus yakni PAN, Golkar dan PKS sudah lantang memberikan dukungan dini kepada Prabowo untuk kembali maju di Pilpres 2029. 

"Dukungan prematur itu sarat siasat partai agar terhindar dari isu reshuffle menteri-menterinya. Namun, itu juga sinyal kuat Prabowo jadi kandidat terkuat. Jauh dibandingkan KDM," kata Iqbal kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini. 

Manuver pindah parpol demi tiket pencapresan, menurut Iqbal, berisiko bagi Dedi. Pria yang akrab disapa KDM itu potensial jadi sasaran operasi politik rezim Prabowo. Seperti Jokowi pada era pemintahannya, Iqbal berpendapat Prabowo bisa menyandera Dedi menggunakan kasus-kasus hukum. 

"Watak politik komando Prabowo membuat keputusan yang ia anggap strategis, sebutlah membawa Indonesia masuk BRICS dan efisiensi anggaran, termasuk juga Revisi UU TNI, Revisi UU Polri, membentuk batalyon tentara di sektor pangan, pertanian dan kesehatan,proyek penulisan ulang sejarah versi resmi negara," kata Iqbal. 

Dinamikan politik Pilpres 2029, kata Iqbal, sangat tergantung pada kinerja masing-masing tokoh. Ia mencontohkan skenario perekonomian nasional memburuk pada era Prabowo dan elektabilitasnya menurun di Pemilu 2029. Di sisi lain, Jabar justru maju di tangan Dedi. 

Pada situasi semacam itu, Prabowo dan Dedi bisa saja pecah kongsi. Namun, Dedi bisa juga diposisikan Gerindra sebagai pendulang suara bagi Prabowo di 2029. Pada Pilpres 2024, Dedi jadi salah satu tokoh vote getter untuk pasangan Prabowo-Gibran di Jabar. 

"Semua berpulang kepada political will Prabowo dan kinerja politik KDM sebagai Gubernur Jabar. Kalau membaca manuver Prabowo saat ini yang semakin mesra dengan SBY, bisa saja Prabowo lebih sreg bersama AHY jadi cawapres atau bahkan Puan Maharani bila menelisik panggung belakang politik kemesraan Prabowo bersama Megawati," kata Iqbal. 

Sejauh ini, Iqbal melihat narasi politik Dedi beririsan positif dengan gaya politik komando Prabowo. Salah satu yang paling mencolok adalah mengirim anak sekolah bermasalah ke barak militer. "Itu semua sejatinya potensial jadi nutrisi bergizi gratis bagi Partai Gerindra," kata Iqbal. 

Senada, analis politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Cecep Darmawan berpendapat kecil kemungkinan Dedi bakal kembali lompat pagar jelang Pilpres 2029. Ia meyakini Prabowo masih bakal jadi pemegang kendali kekuasan yang masih sangat dominan jelang Pilpres 2029. 

"Sebab, keluar dari Gerinda dan berlawanan dengan Prabowo juga termasuk bisa merugikan Dedi Mulyadi karena Gerindra partai yang sedang berkuasa saat ini," kata Cecep kepada Alinea.id, Sabtu (21/6).

Sebelum bergabung dengan Gerindra, Dedi ialah kader Golkar. Dengan sokongan Golkar, Dedi sukses menguasai Purwakarta selama dua periode dan melaju jadi anggota DPR RI. Jelang Pemilu 2024, Dedi pindah ke Gerindra. 

"Yang kemungkinan terjadi Dedi Mulyadi akan menjadi aset bagi Gerindra dalam urusan pendulang suara bagi Prabowo di 2029," kata Cecep. 


 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan