sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hati-hati jangan termakan mitos, vaksin Covid-19 tak bikin kebal

Vaksin Covid-19 tidak membuat kita kebal 100 persen.

Lismei Yodeliva
Lismei Yodeliva Rabu, 23 Jun 2021 13:58 WIB
Hati-hati jangan termakan mitos, vaksin Covid-19 tak bikin kebal

Ini yang perlu disadari masyarakat Indonesia: Vaksin Covid-19 tidak membuat kita kebal 100 persen dari korona, tetapi vaksin akan memicu pembentukan daya tahan tubuh dari virus penyebab Covid-19 sehingga risiko terinfeksi berkurang.

Jika setelah divaksin terinfeksi Covid-19, maka hanya mengalami gejala ringan dan terhindar dari risiko harus dirawat inap. Vaksin Covid-19 bikin kebal 100 persen adalah mitos, jadi setelah divaksinasi disiplin protokol kesehatan 3M tetap harus dilakukan.

Ingat untuk tetap memakai masker, menjaga jarak serta menghindari kerumunan, dan rutin mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer.

Pandemi Covid-19 belum berakhir, guna menekan kasus yang terus bertambah, pemberian vaksin Covid-19 terus dilakukan. Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat mengurangi jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 yang sudah mulai bermutasi di beberapa negara termasuk mutasi yang sudah masuk ke Indonesia.

BACA JUGA

    Profesor Herawati Sudoyo, Ph.D, Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, menerangkan bahwa sebagian besar produsen vaksin Covid-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70 persen. Hingga saat ini, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu pun vaksin Covid-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus Covid-19.

    “Kendati begitu, memang ada penurunan efikasi saat vaksin Covid-19 melawan mutasi virus Covid-19 ini. Namun hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin Covid-19 itu sendiri,” terang Herawati lebih lanjut.

    Upaya Pemerintah Suskeskan Program Vaksinasi

    Terkait upaya pemerintah untuk menyukseskan program vaksinasi, Herawati mendorong para Ilmuwan untuk perlu berbicara demi meluruskan kesimpangsiuran informasi dengan menegakkan bukti dan data ilmiah.

    Sponsored

    “Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi Covid-19, misalnya. Hanya terjadi di berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data-data,” papar dia.

    Di sisi lain, Rizky Ika Safitri, Communication Specialist UNICEF, juga menyarankan penggunaan komunikasi sederhana yang mudah dipahami masyarakat akan turut membantu menyukseskan program vaksinasi.

    Pemerintah juga terus berupaya mendatangkan vaksin Covid-19 melalui beragam jalur untuk menyukseskan program vaksinasi. Bambang Heriyanto, Juru Bicara Vaksinasi Bio Farma menyampaikan hingga akhir 2021, produsen vaksin seperti Sinovac sudah memberikan komitmen mengirimkan vaksin dalam bentuk bulk sejumlah 260 juta dosis. Ada juga vaksin yang akan didatangkan dari jalur kerja sama multilateral atau fasilitas Covax yang kini telah datang sebanyak delapan juta dosis.

    “Kemudian kita juga punya sumber lain dari perjanjian bilateral dengan AstraZeneca dengan komitmen sebesar 50 juta, Novavac 50 juta, dan apabila dari Covax kita bisa mendapatkan komitmen hingga 20 persen dari jumlah penduduk, kita bisa mencukupi kebutuhan dosis vaksin untuk herd immunity,” ujar Bambang.

    Dalam kaitan itu, Herawati membahkan, kalau kita bisa bekerja sama dengan baik, semua masalah mengenai vaksinasi bisa teratasi. “Kalau seandainya semua sudah divaksinasi, sekali lagi kita harus mengingatkan vaksin bukan satu-satunya cara untuk mengalahkan virus ini. Jadi yang sudah mulai longgar protokol kesehatannya karena adanya program vaksinasi harus kita perketat protokol kesehatan kita lagi karena adanya mutasi virus baru yang sudah bertransmisi lokal.”

    Apakah setelah divaksin akan kebal terhadap virus?

    Terkait kekebalan dan efikasi, Adam mengungkapkan, muncul dan terdeteksinya kekebalan dan efikasi merupakan hal yang berbeda. Ia mengatakan, kekebalan tubuh yang terbentuk belum tentu 100 persen mencegah terjadinya infeksi. Sementara itu, efikasi atau kemanjuran merupakan kemampuan suatu vaksin dalam mencegah penyakit dalam keadaan ideal dan terkontrol.

    "Nah, efikasinya seperti apa yang dituju itu tergantung protokol uji klinisnya. Kebetulan untuk vaksin Covid-19 ini sasarannya adalah Covid-19 yang bergejala. Jadi yang dihitung adalah efikasi vaksinnya untuk Covid-19 yang bergejala" ujar Adam.

    Untuk penyakit Covid-19, ada kondisi pasien yang bergejala maupun pasien yang tidak bergejala atau orang tanpa gejala (OTG). Adam menjelaskan, vaksin mungkin saja dapat mencegah Covid-19 dari pasien OTG, tetapi harus dibuktikan terlebih dulu melalui uji klinis.

    Diketahui, hasil uji klinis vaksin Moderna dan AstraZeneca menunjukkan potensi vaksin tersebut untuk mencegah Covid-19 tanpa gejala. Adam mengungkapkan, selain Covid-19, semua penyakit yang sudah tersedia vaksinnya memiliki tujuan yang sama yakni memunculkan kekebalan pada tubuh orang yang disuntik dan akhirnya menciptakan herd immunity.

    Selain itu, vaksin juga bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus suatu penyakit infeksi, terutama kasus berat, dan menekan angka kematian akibat penyakit infeksi tersebut.

    "Kalau untuk apa yang bisa dicegah oleh vaksin tersebut (infeksi berat, bergejala, atau bahkan terinfeksi) itu bisa berbeda-beda tiap penyakitnya, tergantung pada kemampuan vaksin yang sejauh ini sudah ditemukan," ujar Adam.

    Ia menjelaskan, pemahaman jika sudah divaksin otomatis dapat kebal terhadap penyakit adalah keliru. "Iya (keliru), kembali lagi dengan efektivitas vaksinnya seperti apa dan setiap penyakit bisa berbeda-beda."

    Sebelumnya diberitakan, vaksin Covid-19 diberikan dalam dua dosis suntikan. Antibodi akan terbentuk setelah sekitar 14-28 hari penerima vaksin mendapatkan suntikan kedua. Setelah menerima vaksin, protokol pencegahan Covid-19 dengan menerapkan langkah 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, tetap harus dilakukan.

    Covid-19 Covid-19
    Lismei Yodeliva
    Lismei Yodeliva