Didikan religius sejak kecil tak selalu menyehatkan di usia tua; riset Eropa menunjukkan efeknya bergantung pada stabilitas keluarga, kelas sosial, dan konteks hidup.
Ada anggapan lama yang sulit mati: bahwa tumbuh dalam keluarga religius akan membuat seseorang lebih sehat, lebih damai, dan lebih kuat menghadapi hidup di masa tua. Namun sebuah studi internasional terbaru justru menantang keyakinan itu.
Riset yang dipublikasikan di jurnal Social Science & Medicine ini mencoba menjawab pertanyaan klasik yang selama ini menggantung di antara dunia sains dan spiritualitas: apakah didikan religius di masa kecil benar-benar membawa berkah bagi kesehatan di kemudian hari?
Dalam risetnya, tim peneliti dari Universitas Helsinki menggunakan data dari “Survey of Health, Aging, and Retirement in Europe,” yang melibatkan lebih dari 10.000 responden berusia di atas 50 tahun di seluruh Eropa.
Alih-alih menggunakan metode statistik konvensional, mereka memanfaatkan algoritma causal forest—sebuah pendekatan berbasis kecerdasan buatan—untuk menelusuri hubungan sebab-akibat antara masa kecil yang religius dan kondisi kesehatan di masa tua.
Hasilnya tidak sesederhana yang dibayangkan. Dari seluruh peserta, hampir 80 persen mengaku dibesarkan dalam lingkungan religius. Mereka umumnya lebih tua, sedikit kurang berpendidikan, dan agak lebih jarang merokok dibanding mereka yang tumbuh tanpa agama.