close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Temuan dessert kite di Arafah, Arab Saudi. /Foto Wikimedia Commons
icon caption
Temuan dessert kite di Arafah, Arab Saudi. /Foto Wikimedia Commons
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 15 Oktober 2025 11:05

Teka-teki kemunculan 'layang-layang gurun' di berbagai belahan dunia

Arkeolog menemukan 76 jebakan batu kuno di Pegunungan Andes, Cile, yang dipakai bangsa Inca untuk menangkap vicuña.
swipe

Dari ketinggian pegunungan Andes, Adrián Oyaneder menatap bentang alam yang sunyi dan keras kepala. Di lembah Camarones, bagian utara Cile, ia melihat pola aneh dalam foto satelit—garis-garis panjang dari batu yang tampak terlalu rapi untuk sekadar kebetulan alam.

Oyaneder, arkeolog asal Cile yang kini meneliti peradaban kuno Amerika Selatan di University of Exeter, sempat mengira matanya menipu.  

“Saya menemukan begitu banyak dinding batu, sangat panjang. Saya bahkan sempat berpikir, mungkin saya butuh kacamata baru,” kata Oyaneder seperti dikutip dari National Geographic, Selasa (14/10). 

Namun, setelah menelusuri sendiri jalur-jalur batu itu di lereng curam, ia menyadari sesuatu: dinding-dinding tersebut bukan formasi acak. Banyak yang membentuk huruf “V”, mengerucut menuju lingkaran batu besar di ujungnya. Warga sekitar menyebutnya trampas para burros—jebakan keledai. Dan, di situlah teka-teki mulai terurai.

Dalam laporan yang baru terbit di jurnal Antiquity, Oyaneder menyebut struktur batu itu sebagai chacu—jebakan besar yang dulu digunakan oleh bangsa Inca untuk menangkap vicuña, mamalia kecil sejenis llama liar.

Catatan kuno dari Peru memang menyebut perburuan megah yang dilakukan para penguasa Inca, menggunakan pagar batu panjang untuk menggiring kawanan vicuña ke dalam area tertutup. Beberapa jebakan bahkan diyakini berusia lebih dari 6.000 tahun, sementara sebagian lainnya masih dipakai beberapa abad lalu.

“Semua jebakan itu dibangun di ketinggian lebih dari 2.700 meter, di wilayah yang dulunya ramai oleh kawanan vicuña,” jelas Oyaneder. Kini, hewan itu nyaris punah setelah perburuan massal pada masa kolonial Spanyol.

Tak jauh dari lokasi jebakan, Oyaneder juga menemukan hampir 800 bekas tempat berlindung dan kamp pemburu—menandakan bahwa teknik perburuan ini jauh lebih umum daripada yang pernah disangka. “Sebelum ini, hanya segelintir jebakan semacam itu yang pernah ditemukan di seluruh Andes,” ujarnya.

Ilustrasi hewan vicuna. /Foto Unsplash

Dari Andes ke Timur Tengah

Yang mengejutkan, pola jebakan serupa juga ditemukan di belahan dunia lain. Di gurun Yordania, Arab Saudi, hingga Uzbekistan, para arkeolog menemukan struktur batu kuno yang disebut desert kites karena bentuknya menyerupai layangan. Fungsinya sama: menggiring kawanan gazel atau unta liar menuju perangkap.

Fenomena ini, kata Oyaneder, adalah contoh klasik “konvergensi budaya”—di mana peradaban berbeda menemukan solusi serupa untuk tantangan yang sama. 

“Seperti bentuk kail ikan prasejarah,” ujarnya. “Kalau jenis mangsanya mirip dan jumlah pemburunya terbatas, cara paling efisien untuk menangkap mereka akan terlihat sama.”

David Kennedy, arkeolog sekaligus profesor emeritus dari University of Western Australia yang tidak terlibat dalam studi tersebut, menyebut temuan ini “luar biasa.”

“Jebakan batu di Cile sangat mirip dengan yang saya potret dan petakan di berbagai wilayah Timur Tengah,” katanya. “Prinsipnya sederhana dan mudah dipahami — bahkan, saya pernah melihat versi modern dari jebakan serupa dipakai untuk mengendalikan populasi kanguru.”

Penemuan itu juga mengguncang pandangan lama soal sejarah masyarakat Andes. Selama ini, para arkeolog percaya bahwa praktik berburu telah lama hilang ketika bangsa Inca mulai menetap sebagai petani dan penggembala, jauh sebelum kedatangan bangsa Spanyol. 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan