Tukang cukur asli Garut: Eksis karena eksodus konflik DI/TII

Orang-orang Garut banyak yang memilih menjadi tukang cukur usai pergi dari kampung halamannya akibat konflik politik tahun 1949-1962.

Ilustrasi peralatan tukang cukur. Alinea.id/Firgie Saputra

Beberapa waktu lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Budi Hermawan alias Beni, yang bekerja sebagai tukang cukur rambut Gubernur Papua nonaktif Lukas Enembe. Budi diperiksa sebagai saksi untuk mendalami terkait aliran uang tersangka suap proyek pembangunan infrastruktur Provinsi Papua, yang menyeret Lukas.

Profesi tukang cukur sudah ada sejak lama di Indonesia. Laporan seorang tentara pengelana, yang ditulis ulang mantan tentara yang jadi jurnalis H.C.C. Clockener Brousson dalam buku Batavia Awal Abad 20 (2003) menyebut, tukang cukur Tionghoa sudah menjajakan jasa di bawah pohon di daerah Pasar Senen, Batavia pada 1900-an.

“Seorang tukang cukur rambut Tionghoa sibuk memangkas para jongos perwira dan pembantu rumah tangga,” tulis H.C.C. Clockener Brousson.

“Tukang cukur itu bukan saja cepat dan pandai mencukur, dengan bermacam peralatan ia mengerjakan (membersihkan) telinga, bagian mata, lubang hidung orang yang datang bercukur.”

Dari orang Tionghoa hingga Madura