Sepak terjang Benny Tjokro, konglomerat bandar di pasar modal

Konglomerat terkaya ke-43 di Indonesia versi majalah Forbes 2018 Benny Tjokrosaputro bukanlah orang baru di dunia pasar modal.

Benny Tjokrosaputro, tersangka kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Alinea.id/Dwi Setiawan

Konglomerat terkaya ke-43 di Indonesia versi majalah Forbes 2018 Benny Tjokrosaputro bukanlah orang baru di dunia pasar modal.

Sepak terjang pria yang akrab disapa Bentjok itu di bursa saham telah dilakukan sejak dirinya berusia 19 tahun. Saat masih berstatus mahasiswa di Universitas Trisakti, Bentjok gemar membeli saham-saham saat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).

Cucu pendiri perusahaan Batik Keris itu disebut-sebut sebagai 'market maker' alias bandar besar. Namanya melejit kala dirinya diduga 'menggoreng' saham PT Bank Pikko Tbk. ketika krisis ekonomi 1997 hingga miliaran rupiah.

Meski begitu, sang ayah, Handoko Tjokrosapoetro, yang merupakan putra dari pendiri Batik Keris Handianto Tjokrosapoetro, itu tak memberi restu anaknya bermain saham.

Pada 31 Oktober 1990, PT Hanson International Tbk. (MYRX) yang merupakan perusahaan manufaktur tekstil IPO di Bursa Efek indonesia (BEI). Sejak saat itu, perusahaan yang didirikan pada 1971 ini kerap beralih bisnis, termasuk masuk ke sektor tambang dan energi pada 2008.