Pengalaman berada di realitas virtual bisa mengubah sesuatu yang negatif menjadi positif.
Realitas virtual ternyata bisa mempengaruhi pilihan politik seseorang. Sejumlah riset terbaru menunjukkan pengalaman berselancar di realitas virtual bisa mengubah pendirian para konstituen terhadap isu-isu politis. Tak peduli seberapa buruk argumentasi tekstual yang dipaparkan, realitas virtual bisa mengubahnya menjadi sebuah hal yang positif.
Salah satunya ialah riset yang dilakoni Weber W, Dingerkus F, Fabrikant SI, Zampa M, West M, dan Yildirim O. Bertajuk "Virtual Reality as a Tool for Political Decision-Making? An Empirical Study on the Power of Immersive Images on Voting Behavior", riset itu telah terbit di sejumlah jurnal pada 2022.
"Eksperimen mereka, menggunakan model pemilihan umum fiktif, cenderung mengkhawatirkan. Realitas virtual, hanya karena kemampuannya mendekatkan seseorang dengan kenyataan, bisa mengubah bagaimana orang-orang memilih," kata psikolog dari VRtual Societies, Matilde Tassinari, seperti dikutip dari Psycological Today, Jumat (25/7).
Para peneliti asal Swiss itu memulai dengan premis sederhana: Mungkinkah informasi politik--dalam bentuk teks dan pengalaman virtual realitas--mempengaruhi pilihan orang? Apakah seseorang akan mengubah pilihan politiknya jika inisiatif politik dimunculkan dalam bentuk realitas virtual.
Untuk mengetes premis ini, para peneliti lalu membangun skenario fiktif mengenai sebuah program perjalanan supercepat menggunakan tabung Hyperloop. Para partisipan lalu diberikan deskripsi dan diajak menyikapi program itu dan memilih setuju atau tidak sebagaimana dalam voting.