Approval rating tinggi, Jokowi dinilai putus tradisi buruk presiden terdahulu

Hal ini pun membuat isu perubahan yang diusung koalisi Capres Anies Baswedan tidak bergema. 

Joko Widodo (Jokowi) dinilai memutus tradisi buruk presiden terdahulu lantaran approval rating-nya tinggi jelang purnabakti. Foto BPMI Setpres/BMPI Setpres Muchlis Jr.

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, menyebut, presiden-presiden di Indonesia umumnya berakhir buruk di ujung pemerintahannya. Dicontohkannya dengan Sukarno dan Soeharto yang jatuh serta BJ Habibie yang laporannya ditolak MPR.

Kemudian, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digulingkan, sedangkan Megawati Soekarnoputri gagal terpilih kembali. Lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang popularitasnya merosot sehingga berdampak terhadap elektabilitas Partai Demokrat.

Namun, menurut Denny JA, tidak demikian dengan Joko Widodo (Jokowi). Sebab, tingkat kepuasan publik (approval rating) terhadap pemerintahannya jelang setahun purnabakti mencapai 80%. Ini disebut jarang terjadi di Indonesia.

"Di ujung kekuasaannya, Jokowi masih sangat populer. Menjelang proklamasi 17 Agustus, approval rating, yang puas atas kinerja Jokowi selaku presiden, masih sangat tinggi di angka 80%. Itu hasil survei LSI Denny JA yang baru saja selesai, beberapa hari lalu," tuturnya dalam keterangannya, Kamis (17/8).

"Jokowi keluar dari tradisi presiden Indonesia. Ia justru sangat populer di ujung kekuasaannya," sambungnya.