sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Senandung Efek Rumah Kaca: KPK Bunga yang tak dikehendaki

Bagi ERK, KPK seperti puisi yang ditulis Wiji Thukul yakni: Seumpama bunga yang tak dikehendaki tumbuh.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Senin, 23 Sep 2019 14:40 WIB
 Senandung Efek Rumah Kaca: KPK Bunga yang tak dikehendaki

Bila KPK Tak Ada

Seusai aksi, ERK dan anggota koalisi masyarakat sipil menggelar pembicaraan tertutup di dalam gedung KPK. Akbar Bagus, drummer Efek Rumah Kaca, menuturkan, hasil dari konsolidasi itu adalah akan menyuarakan tuntutan kepada Presiden Jokowi untuk mengambil tindakan atas pengesahan UU KPK yang baru.

“Kami konsolidasi lagi untuk menyuarakan harapan kepada Jokowi agar mau melakukan sesuatu bagi KPK. Prestasi Jokowi jangan cuma membangun jalan, harus bisa lebih. Masyarakat sudah resah dengan pengesahan revisi UU KPK,” ucap Akbar.

Bagi Akbar, UU KPK yang baru memberikan sinyal kemunduran dalam masa depan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi.

“Siapapun pemimpinnya, kalau undang-undangnya tidak benar pemimpinnya pun nantinya bakal tidak benar,” katanya.

Akbar juga menyebut petisi daring yang menolak revisi UU KPK telah didukung oleh 3.000 orang lebih. Semestinya, kata dia, Presiden Jokowi mau menampung suara rakyat itu. Pasalnya, proses pembahasan revisi UU KPK dinilai terkesan ‘kejar tayang’.

“Sangat terburu-buru dan diam-diam, tidak melibatkan orang KPK,” kata dia.

Akbar berharap, perjuangan Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi untuk menyelamatkan KPK menjadi tonggak awal bagi perjuangan seluruh masyarakat.

Sponsored

“KPK ini harapan publik yang paling kita banggakan. Sayang kalau sampai dimasuki orang-orang yang bermasalah,” ucapnya.

Efek Rumah Kaca juga telah mendorong partisipasi publik untuk menyuarakan pendapat atas pelemahan KPK. Dalam durasi 30 detik, video promosi itu telah menghasilkan 100-an postingan dari warganet di Instagram. Beragam karya video itu tampil dalam beragam rupa untuk menjawab “Bagaimana perasaanmu jika KPK nggak ada?”

Melalui jalur dunia maya, suara dari publik itu secara lantang dan unik mengkritik pemerintah. Perjuangan mendukung pemberantasan korupsi itu akan digelorakan oleh masyarakat luas. Seperti lantunan Cholil malam itu, usaha itu akan terus dijalankan hingga menggebrak dinding parlemen dan Presiden.

“Jika kami bunga, engkaulah tembok itu/T’lah kami sebar biji-biji di tubuhmu/

Suatu saat kami ‘kan tumbuh bersama/Dengan keyakinan kau harus hancur!/Kau harus hancur!/Kau harus hancur!/Kau harus hancur!//.

Berita Lainnya
×
tekid