sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

6 Perusahaan asal Korsel siap investasi Rp6,9 triliun

Sebanyak enam perusahaan manufaktur asal Korea Selatan menyatakan minat untuk menanamkan modal investasi di Indonesia senilai US$446 juta.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Selasa, 11 Sep 2018 22:01 WIB
6 Perusahaan asal Korsel siap investasi Rp6,9 triliun

Sebanyak enam perusahaan manufaktur asal Korea Selatan menyatakan minat untuk menanamkan modal investasi di Indonesia senilai US$446 juta setara Rp6,9 triliun.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, komitmen investasi tersebut merupakan hasil dari Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018, sekaligus peringatan hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin baik selama 45 tahun. 

Adapun enam perusahaan Negeri Ginseng yang telah berkomitmen berivestasi, yaitu LS Cable & System yang bermitra dengan PT Artha Metal Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik senilai US$50 juta di Karawang Jawa Barat. 

Kemudian, Parkland yang menggelontorkan dananya sebesar US$75 juta guna membangun indutri alas kaki di Pati, Jawa Tengah. Serta Sae-A Trading yang menanamkan modalnya hingga US$36 juta untuk sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah. 

Selanjutnya, ada Taekwang Industrial yang akan membangun industri alas kaki senilai US$100 juta di Subang dan Bandung, Jawa Barat. 

Selain itu, World Tech dengan mitra lokalnya PT NW Industries yang berinvestasi sebesar US$85 juta untuk pengembangan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat. Serta, InterVest dengan Kejora Ventures yang menanmkan modalnya US$100 juta untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di DKI Jakarta. 

"Jadi total investasi mencapai US$446 juta," ujar Airlangga melalui keterangan resmi, Selasa (11/9). 

Airlangga menyakini, kerja sama yang terjalin tersebut dapat mendorong industri manufaktur nasional untuk lebih meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, sekaligus penambahan terhadap penyerapan tenaga kerja lokal. Sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara inklusif, terutama melalui program hilirisasi. 

Sponsored

Langkah sinergi yang dibangun pelaku industri kedua negara juga diharapkan mendukung implementasi Making Indonesia 4.0. Salah satunya adalah membangun ekosistem inovasi dengan transfer teknologi yang berkelanjutan guna mendukung revolusi industri 4.0.

“Kami optimistis, hubungan antara kedua negara ini sangat menjanjikan di tahun-tahun mendatang dan itu akan menjadi dasar yang kuat untuk hubungan lebih lanjut antara kedua negara, terutama dalam membangun perekonomian,” papar Airlangga.

Sektor industri manufaktur diklaim Airlangga menjadi pendorong utama pada perkenomian Indonesia yang berkontribusi lebih dari 20% terhadap PDB nasional. 

Adapun, kinerja tertinggi dari sektor manufaktur pada kuartal II-2018 yaitu plastik dan karet yang tumbuh 11,85%, diikuti industri makanan dan minuman sebesar 8,67%, industi kulit dan alas kaki 11,38%. Serta industri tekstil dan pakaian sebesar 6,39%. 

“Berdasarkan laporan tahunan Bank Dunia terbaru, peringkat Indonesia meningkat dari ke-91 tahun 2016 menjadi ke-72 pada 2017 di antara 190 negara dalam penilaian kemudahan melakukan bisnis. Bahkan, Indonesia diakui sebagai salah satu Top Improvers dengan posisi berada di atas India, Brasil, dan Filipina,” kata Airlangga.

Kementerian Perindustrian mencatat, sepanjang semester I-2018, penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari sektor industri berada di angka Rp46,2 triliun. Sedangkan, penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri mampu menembus hingga US$5,6 miliar atau Rp75,8 triliun.

Adapun kontribusi PMDN tertinggi dari sektor manufaktur, di antaranya industri makanan sebesar 47,50% (senilai Rp21,9 triliun), industri kimia dan farmasi 14,04% (Rp6,4 triliun), serta industri logam, mesin, dan elektronika 12,70% (Rp5,8 triliun). 

Selanjutnya, kontribusi PMA tertinggi dari sektor manufaktur, yakni antara lain industri logam, mesin, dan elektronika sebesar 39,69% (US$2,2 miliar), diikuti industri kimia dan farmasi 18,84% (US$1,1 miliar), serta industri makanan 10,41% (US$586 juta).

Berita Lainnya
×
tekid