sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ancaman inflasi di tengah kenaikan harga bahan pokok

Harga bahan pokok, beras, minyak goreng, dan telur mengalami kenaikan. Substitusi produk pengganti beras juga ikut melambung.

Aldo Ariyanto
Aldo Ariyanto Senin, 04 Mar 2024 12:33 WIB
Ancaman inflasi di tengah kenaikan harga bahan pokok

“Pak, beras turunin pak,” ujar salah seorang warga mengeluhkan harga beras yang masih tinggi kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas), saat berkunjung ke Pasar Klender SS, Jakarta Timur, Senin (26/2).

Zulkifli tiba di di pasar setempat pukul 07.13 WIB untuk mengecek harga beras. Dia mendatangi kios pedagang beras dan mengajak berbincang-bincang.

Zulkifli bilang masih mahalnya harga beras disebabkan oleh musim hujan yang datang lebih terlambat. Biasanya, hujan turun di bulan September, Oktober, November, atau Desember. Sehingga, awal tahun sudah memasuki musim panen.

“Namun ini hujan baru turun, sehingga panen paling cepat di Maret, Mei atau Juni,” ujarnya dikutip dari Youtube Kementerian Perdagangan, Senin (4/3). 

Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras, Zulkifli bilang, pemerintah telah menyiapkan alternatif dengan membanjiri pasar dengan beras Bulog melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

“Ada beras komersial Bulog Rp14.000 per kilogram (kg), ada beras subsidi Rp55.000 per karung. Kalau harga mahal, diharapkan masyarakat bisa beli beras Bulog sebagai alternatif. Mudah-mudahan Maret panen, puncaknya di April atau Mei nanti baru stabil untuk beras lokal,” ujarnya.

Harga bahan pangan naik

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan perkembangan harga beras sejak 2022 hingga awal 2024 secara umum menunjukkan tren kenaikan harga. Pada 2022, harga beras relatif stabil, namun sejak Maret 2023 hingga awal 2024 terjadi kenaikan yang cukup signifikan.

Sponsored

"Kenaikan harga beras tertinggi terjadi pada September 2023,” ujar Pudji, di sela-sela Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024, belum lama ini.

Mahalnya harga beras disebabkan oleh produksi padi yang mengalami penurunan. Diprediksi, dari Januari hingga April tahun ini angkanya merosot dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Di sisi lain, harga cabai merah terus meningkat dari Januari hingga Februari 2024. Sekitar 41% kabupaten atau kota melaporkan harga cabai merah lebih tinggi dari rata-rata nasional, sementara 45% wilayah memiliki harga di bawah rata-rata nasional. Lalu sisanya memiliki harga yang relatif sama dengan rata-rata nasional.

Pada Februari juga terjadi peningkatan harga minyak goreng dibandingkan dengan bulan Januari 2024. Sekitar 22% dari total kabupaten atau kota melaporkan harga minyak goreng di atas rata-rata nasional pada bulan tersebut.

Harga telur ayam ras di tingkat nasional pada bulan Februari mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan Januari 2024. Demikian juga dengan harga gula pasir di seluruh negeri yang masih menunjukkan peningkatan pada Februari dibandingkan dengan Januari 2024.

Di platform belanja online, beberapa substitusi produk pengganti beras, yakni porang, jagung, singkong, dan ubi juga ikut naik. Hasil riset Compas.co.id periode 1 Desember 2023 hingga 20 Februari 2024 menunjukkan kenaikan berbagai jenis beras di e-commerce Tokopedia, Shopee, dan Blibli terjadi secara bertahap pada Januari dan Februari 2024. 

“Harga rata-rata beras putih dari berbagai varian meningkat 22% dibanding bulan sebelumnya, dan kembali meningkat 11% di bulan Februari 2024” kata Co-founder dan CEO Compas.co.id Hanindia Narendrata.

Selain beras putih, harga rata-rata beras merah juga mengalami peningkatan bertahap dari Desember 2023, hingga Februari 2024. Pada Januari 2024 mengalami kenaikan 16% dibanding bulan sebelumnya. Beras merah kembali mengalami kenaikan di bulan Februari 2024 sebanyak 12%.

Hal serupa juga ditemukan pada jenis beras cokelat dan beras hitam, di mana di periode yang sama harga rata-rata beras hitam naik 6% di bulan Januari 2024 dan pada Februari naik 7%, sementara harga rata-rata beras cokelat meningkat cukup tinggi 38% pada bulan Januari 2024 dan kembali naik sebesar 3% di bulan Februari 2024.

Riset ini juga menemukan beberapa jenis produk substitusi seperti porang mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada bulan Januari 2024 harga rata-rata varian porang melonjak sebesar 34% dibanding bulan sebelumnya, dan kembali meningkat 4% di bulan Februari 2024. Hal ini serupa dengan singkong, yang harga rata-ratanya mengalami kenaikan 14% pada Januari 2024 dan 9% pada bulan Februari 2024.

Komoditas lain, yakni jagung mengalami kenaikan harga rata-rata pada Januari 2024 sebesar 8% dibanding bulan sebelumnya, lalu melonjak 24% pada Februari 2024. Untuk produk ubi, harganya relatif stabil dengan harga rata-ratanya tidak mengalami peningkatan di bulan Januari 2024 dibandingkan Desember 2023, dan hanya meningkat 1% pada bulan Februari 2024.

Ancaman inflasi

Naiknya harga bahan pokok ikut mengerek laju inflasi. BPS mencatat inflasi pada Februari 2024 mencapai 0,37% secara bulanan atau month to month (mtm). Kenaikan harga beras menjadi penyumbang utama inflasi Februari 2024.

Secara tahunan, inflasi Indonesia pada Februari 2024 mencapai 2,75% year on year (yoy). Adapun secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,41%.

"Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers, Jumat (1/3).

Adapun kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 1% dan andil terhadap inflasi sebesar 0,29%. Komoditas utama penyumbang inflasi adalah beras dengan andil 0,21%.

Kenaikan inflasi diprediksi masih akan berlanjut pada Maret 2024. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan angka inflasi semakin meningkat karena memasuki bulan ramadan. 

"Laju inflasi Januari rendah, karena aktivitas konsumsi di awal tahun relatif landai, setelah Natal dan libur akhir tahun," ujar Eko, kepada Alinea.id. 

Chief Economist Bank Permata Josua Pardede memprediksi inflasi tahun ini akan lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya. Penyebabnya, mulai tahun ini BPS mengubah pembobotan komponen inflasi dan menambahkan lebih banyak daerah dalam keranjang inflasi.

Menurut rilis terbaru dari BPS tentang pembobotan, terjadi kenaikan dalam pembobotan kelompok bahan makanan.

"Perubahan ini akan memiliki dampak pada tren inflasi pada tahun 2024, terutama jika komponen bahan makanan mengalami penurunan setelah berakhirnya fenomena El-Nino di pertengahan tahun 2024. Kemungkinan ini dapat menyebabkan inflasi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya," tutur Joshua, kepada Alinea.id.

Meskipun demikian, dia meramal inflasi pada tahun 2024 akan tetap berada di kisaran 3%, sesuai dengan target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5% hingga 3,5%. Dengan inflasi yang stabil pada tahun 2024, ujarnya, BI memiliki kesempatan untuk memangkas suku bunga acuan BI rate, terutama pada semester kedua tahun ini. Diperkirakan, BI rate turun 50 basis poin (bps) menjadi 5,50% pada paruh kedua tahun 2024.

"BI tetap memperhatikan risiko inflasi impor yang dapat timbul dari perubahan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang tinggi. Oleh karena itu, kami memperkirakan jika rupiah mengalami apresiasi yang substansial secara fundamental, BI mungkin akan mempertimbangkan untuk menurunkan BI rate," ujarnya. 

Berita Lainnya
×
tekid