close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyatakan mampu mencukupi kebutuhan campuran fatty acid methyl ester (FAME) untuk bahan bakar biodiesel jenis B30. / Antara Foto
icon caption
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyatakan mampu mencukupi kebutuhan campuran fatty acid methyl ester (FAME) untuk bahan bakar biodiesel jenis B30. / Antara Foto
Bisnis
Jumat, 14 Juni 2019 14:27

Asosiasi produsen biofuel siap pasok FAME untuk bahan B30

Campuran fatty acid methyl ester (FAME) untuk bahan bakar biodiesel jenis B30.
swipe

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyatakan mampu mencukupi kebutuhan campuran fatty acid methyl ester (FAME) untuk bahan bakar biodiesel jenis B30.

Ketua Umum Aprobi Master Parulian Tumanggor mengatakan saat ini produksi terpasang yang memproses FAME dalam negeri sudah mencapai 12 juta kiloliter dari 19 pabrik biodiesel yang ada di Indonesia.

Sementara konsumsi dalam negeri adalah sebesar 6 juta kiloliter, dan untuk kebutuhan ekspor sebesar 1,5 juta kiloliter.

“Jadi masih ada (sisa) kira-kira 5 juta kilolter lagi,” ujar Parulian di Jakarta, Rabu (13/6).

Parulian mengatakan jika pada 2020 ada tambahan kebutuhan dalam negeri sebesar 3 juta kiloliter lagi maka total konsumsi baru berada di angka 10,5 juta kiloliter. Angka ini pun masih di bawah produksi dalam negeri.

“Masih ada idle 1 juta sampai dengan 1,5 juta kiloliter,” ucapnya.

Ia juga mengatakan, dengan kebijakan yang ada, banyak perusahaan yang berniat untuk membuka pabrik produksi biodiesel di Indonesia. Menurutnya, akan ada tambahan 1 juta kiloliter lagi dari dua pabrik yang akan segera beroperasi. 

“Saya dengar ada tambahan 1 juta kiloliter lagi dari dua pabrik yang akan dibangun. Karena melihat prospeknya. Itu perusahaan baru sama sekali,” ujarnya.

Parulian juga mengungkapkan dengan penggunaan bahan bakar B30, ada lima manfaat yang bisa didapatkan secara nasional.

Pertama, komitmen untuk menurunkan emisi karbon menjadi 29. kedua, menjaga defisit neraca perdagangan.

“Saat ini kan penggunaan devisa kita untuk membeli solar kan berkurang,” tambahnya.

Ketiga, kata dia, harga sawit sebagai komoditas nasional tidak akan turun. Keempat, suplai sawit dari petani dapat ditampung produsen biofuel. Terakhir, berkaitan dengan lingkungan yang mendukung penggunaan green energy.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan