sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bahlil: Presiden ingin ekspansi hilirisasi sektor pangan dan gas

Salah satu bukti keberhasilan Indonesia dalam industri hilirisasi, yaitu pada komoditas nikel.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Kamis, 10 Nov 2022 21:23 WIB
Bahlil: Presiden ingin ekspansi hilirisasi sektor pangan dan gas

Adanya krisis pangan dan energi karena konflik geopolitik Rusia-Ukraina bagi Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Menurutnya, kedua krisis ini bisa menjadi sektor industri hilirisasi dalam meningkatkan nilai tambah komoditas Indonesia.

Bahlil menyatakan, salah satu bukti keberhasilan Indonesia dalam industri hilirisasi yaitu pada komoditas nikel. Tercatat pada 2017, nilai ekspor Indonesia dari nikel senilai US$3,3 miliar, kemudian terus naik usai adanya hilirisasi yakni di 2021, mencapai US$20,9 miliar. Ia memprediksi kenaikan nilai ekspor akan terus terjadi, di 2022 diperkirakan mencapai US$miliar hingga US$30 miliar.

Dari keberhasilan hilirisasi nikel tersebut, ia bilang bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin melakukan ekspansi di beberapa komoditas dalam negeri lainnya, terutama gas dan pangan.

“Kemarin kami rapat terbatas, Bapak Presiden meminta kepada kami untuk menghitung baik serta menyusun langkah pada sektor hilirisasi gas,” kata Bahlil dalam presentasinya di Konferensi Pers Investasi Terus Tumbuh Topang Pertumbuhan Ekonomi, Kamis (10/11).

Menanggapi arahan presiden, Bahlil menyatakan pihaknya tengah mendukung pembangunan pabrik pupuk dan fasilitas produksi blue ammonia di Papua Barat. Kawasan ini dipilih karena menjadi sumber gas bumi.

“Kami juga akan bangun blue ammonia dengan Kementerian ESDM. Nanti kami akan memaksimalkan untuk membangun pabrik pupuk di Papua Barat karena asl gas nya dari Papua. Jadi blue ammonia di Bintuni dan pabrik pupuknya di Fakfak,” imbuhnya.

Selain itu, pemerintah juga sedang mendukung pembangunan pabrik metanol di Bojonegoro, Jawa Timur. Katanya, metanol di Indonesia saat ini 80% masih bersumber dari impor, sehingga untuk hilirisasinya akan sangat didukung. Kemudian untuk investor, pihaknya memastikan telah mengantongi investor yang akan memodali proyek metanol tersebut.

“Investor untuk di Bojonegoro sudah ada, dari Amerika, bukan dari Asia,” tutur Bahlil.

Sponsored

Sedangkan untuk hilirisasi sektor pangan, Bahlil menilai Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Bahkan ia meyakini Indonesia bisa menjadi pusat ketahanan pangan dunia karena memiliki sumber hayati yang beragam dan melimpah. Hal ini juga diperkuat dengan sumber daya manusia yang melimpah.

“Hilirisasi pangan juga akan kami dorong, baik itu perikanan atau pangan secara umum. Kami sudah menuju ke sana, karena investasinya tidak besar tetapi target pasarnya banyak,” lanjut Bahlil.

Ia juga memastikan perencanaan pembangunan ekosistem hilirisasi pangan sedang dilakukan.

“Hilirisasi di sektor pangan ini instrumen yang penting, karena mampu menciptakan lapangan kerja dan kawasan pertumbuhan ekonomi baru. Investasi di sektor pangan juga tidak memerlukan modal yang besar karena tidak terpusat di ibu kota seperti Jakarta tetapi bisa dilakukan di daerah-daerah,” tandasnya. 

Berita Lainnya
×
tekid