Pasar aset kripto mengalami tekanan signifikan menyusul memanasnya situasi geopolitik di Timur Tengah. Harga Bitcoin, yang sempat menyentuh titik terendah di US$104.601, diperdagangkan di kisaran US$106.662, mengalami fluktuasi sekitar 2% dalam kurun 24 jam terakhir.
Konflik berskala besar antara Israel dan Iran, termasuk laporan mengenai eskalasi nuklir, memicu ketidakpastian di pasar global dan mendorong investor untuk menarik diri dari aset berisiko tinggi. Tidak terkecuali pasar kripto, yang meskipun kerap disebut sebagai alternatif terhadap sistem keuangan tradisional, tetap menunjukkan sensitivitas terhadap ketegangan geopolitik.
Chief Operating Officer (COO) Upbit Indonesia Resna Raniadi mengatakan pentingnya sikap tenang, kesiapan, dan pandangan jangka panjang bagi para pelaku pasar dalam menghadapi situasi ini.
“Kami memahami situasi global yang penuh ketidakpastian bisa menimbulkan kekhawatiran. Namun, perlu diingat volatilitas adalah bagian dari dinamika alami pasar aset digital,” ujar Resna, dikutip Rabu (17/6).
Dia bilang, fundamental teknologi blockchain tetap kuat. Dalam jangka panjang, katanya, aset digital berpotensi sanggup bertahan dan terus berkembang seiring meningkatnya adopsi global.
Selain itu, investor juga perlu melakukan diversifikasi portofolio serta memahami profil risiko masing-masing. Dalam situasi global yang dinamis, kata Resna, strategi investasi yang seimbang dan informatif menjadi kunci untuk menjaga kestabilan dan ketahanan finansial.
“Penting bagi investor untuk memahami profil risikonya masing-masing, tidak mengambil keputusan berdasarkan kepanikan sesaat, dan menjaga diversifikasi portofolio sebagai bentuk perlindungan diri,” tambah Resna.