sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Candu TikTok, dari ngemis online sampai jualan

Beragam konten yang ada membuat pengguna kecanduan untuk terus scrolling.

Kartika Runiasari
Kartika Runiasari Selasa, 31 Jan 2023 15:59 WIB
Candu TikTok, dari ngemis online sampai jualan

Sultan Akhyar mendadak viral. Ia adalah pria dibalik konten mandi lumpur di media sosial TikTok yang belakangan menyedot kemarahan publik. Bagaimana tidak, seorang nenek nyaris pingsan karena konten live mandi lumpur itu, yang memang dilakukan demi cuan.

Konten lansia mandi lumpur ini bagaimanapun tidak lepas dari peran audiens yang bersedia memberikan saweran melalui Tiktok Gift. Alih-alih malu akibat dihujat karena mengeksploitasi lansia, Pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini justru bangga karena bisa mendapat uang dalam jumlah besar gara-gara aksi live.

Hal ini terlihat dari media sosial Facebook Sultan Intan miliknya yang memamerkan motor sport baru seharga sekitar Rp35 juta. Dalam akun itu, Tiktoker ini juga berdoa bisa mencapai penghasilan hingga Rp1 miliar berkat aplikasi besutan negeri China ini.

Namun, demi tak menjadi fenomena yang semakin marak, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menerbitkan surat edaran (SE) yang ditujukan kepada pemerintah daerah (Pemda) untuk menindak fenomena pengemis online. Surat edaran tersebut bernomor 2 Tahun 2023 tentang Penertiban Kegiatan Eksploitasi dan/atau Kegiatan Mengemis yang Memanfaatkan Lanjut Usia, Anak, Penyandang Disabilitas, dan/atau Kelompok Rentan Lainnya.

"Melindungi para lanjut usia, anak, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya dari eksploitasi yang dilakukan dengan kegiatan mengemis secara offline/online di media sosial," tulis salinan SE tersebut.

Keuntungan ekonomi menjadi alasan kuat bagi Sultan Intan ‘membantu’ para lansia di sekitarnya. Berkat live streaming di TikTok, Sultan mengaku bisa meraup jutaan rupiah yang kemudian dibagi hasil dengan para lansia. Sultan justru mengaku dimintai bantuan untuk menunjang kehidupan para lansia, salah satunya untuk membayar utang.

Cukup dengan mandi lumpur, konten kreator bisa mendapatkan saweran gift atau reaksi dari penonton yang juga memberikan challenge atau tantangan. “Namun sebelum memberikan gift kepada kreator, penonton perlu melakukan top up atau membeli koin lebih dulu,” jelas manajemen Tiktok kepada Alinea.id, Jumat (4/11) lalu.

Di TikTok, ada beberapa pilihan paket pembelian, diantaranya Rp3.200 untuk 13 koin, Rp83.000 untuk 350 koin, Rp330.000 untuk 1.400 koin, Rp1.649.000 untuk 7.000 koin, dan Rp4.121.000 untuk 17.500 koin.

Sponsored

Ilustrasi Unsplash.com.

Manajemen TikTok juga menjelaskan 1 koin Tiktok setara dengan sekitar Rp250. Sedangkan harga gift termahal masih dipegang oleh Tiktok Universe, yang dibanderol dengan harga 34.999 koin atau setara Rp8.049.000. Selanjutnya ada gift Singa dengan harga Rp7.499.750 atau 29.999 koin.

Untuk harga gift paling murah antara lain Tenis, Love Letter, Sepakbola, GG, Speaker Mini, Kopi, Kerucut Es Krim, Barbel, Mawar, Tiktok, serta Nasi Uduk yang hanya seharga 1 koin atau Rp250. Selain hadiah, penonton juga dapat memberikan Reaksi kepada streamer yang dapat dibeli dengan jumlah koin tertentu.

Variasi konten

Terlepas dari itu, TikTok memang telah menjadi platform dengan konten yang beragam. Meski semula dikenal dengan konten joget atau dancing, pada 2021 aplikasi di bawah korporasi ByteDance ini mulai mengalami akselerasi. Baik dari pertumbuhan pengguna hingga variasi konten di tengah situasi pandemi.

“Riset menunjukkan selama lockdown masyarakat membuka aplikasi TikTok delapan kali dalam sehari, untuk menghilangkan rasa bosan dan konten mulai menarik pengguna. Variasi konten mulai beragam dari yang hiburan sekarang sudah jadi ‘palugada’ mulai dari informasi kesehatan, edukasi, informasi, hiburan, dan lain-lain,” kata CEO & Co-founder Corporate Innovation Asia Indrawan Nugroho dalam postingan kanal Youtubenya berjudul: “TikTok Akan Mendisrupsi Semua Industri. Begini Strateginya”. 

Selain konten hiburan dan informasi, TikTok nyatanya juga banyak dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis. Apalagi sejak kemunculan fitur TikTok Shop mulai April 2021 lalu. Hal ini turut dimanfaatkan Rizka Dilla (28) yang sudah membuat akun TikTok sejak tiga tahun lalu.

Alih-alih hanya menjadi fangirl bintang K-Pop, Dilla justru memanfaatkan akunnya untuk berjualan merchandise K-Pop sejak September 2022. “Bagi saya berjualan sebenarnya bukan hal baru tapi kalau untuk Tiktok Shop ini nekat aja, karena kan lihat kok semakin banyak yang jualan di Tiktok dan banyak yang berhasil,” katanya, kepada Alinea.id, Minggu (4/12).

Sama seperti platform lain yang menyediakan jasa berjualan online, ada biaya admin atau biaya jasa aplikasi yang harus ditanggung sebesar Rp2.000 + 1% harga produk (setelah diskon, jika ada). “Misalnya, kalau harga produk Rp15.000, maka biaya admin Tiktok Shop-nya Rp2.000 + (1% × Rp15.000) itu Rp2.150 per barang,” ungkap Dilla.

Berbeda dengan Dilla, Nuraeni Amir masuk menjadi bagian Tiktok Afiliator pada akhir tahun lalu. Ia mendapat tawaran dari Tiktok lantaran akun miliknya telah diikuti oleh lebih dari 20.000 pengguna. Namun, ajakan itu baru disetujuinya pada Februari 2022.

Salah satu yang membuat perempuan 27 tahun ini menjabani ajakan Tiktok ialah karena lebih cepat mendapatkan komisi dari platform media sosial ini. Tidak hanya itu, komisi yang didapatkan afiliator pun cukup menjanjikan, yakni sebesar 5-10% dari total hasil penjualan produk atau per item produk.

Tiktok Affiliate atau Tiktok Shop Affiliate sendiri merupakan layanan dari Tiktok yang memungkinkan pengguna untuk mempromosikan atau endorse produk dari penjual. Dengan program ini, pengguna atau dalam hal ini afiliator tidak perlu memiliki stok barang sendiri untuk bisa menjual barang. Sementara Tiktok Shop merupakan salah satu fitur yang memungkinkan pengguna untuk menjual atau membeli produk online, layaknya aplikasi e-commerce.

Live streaming, TikTok Shop, TikTok Affliate adalah layanan yang dikeluarkan oleh platform besutan Zhang Yiming ini agar user bisa meraup pendapatan. Motif keuntungan ekonomi inilah yang membuat banyak orang tertarik untuk menjadi pengguna aktif. 

Ilustrasi Pixabay.com.

Berdasarkan laporan We Are Social, hingga kuartal-I 2022, TikTok telah memiliki 1,4 miliar pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAU) berusia di atas 18 tahun secara global. Jumlah ini meningkat 15,34% dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang sebanyak 1,2 miliar pengguna. 

Indonesia sendiri berada di posisi kedua pengguna TikTok terbanyak di dunia yakni 99,1 juta pengguna yang berusia 18 tahun ke atas pada kuartal-I 2022. Rata-rata pengguna menghabiskan waktu di TikTok sebanyak 23,1 jam per bulan. Di peringkat pertama, adalah Amerika Serikat dengan jumlah pengguna mencapai 136,4 juta orang pada April 2022. 

Pengamat media sosial Ismail Fahmi mengatakan mengapa TikTok mengalami pertumbuhan pesat tak lain disebabkan karakter video pendek yang sangat disukai. “Audiens jarang bisa nonton yang lama-lama, attention-nya pendek,” ungkapnya kepada Alinea.id, Kamis (26/1).

Hadirnya TikTok dengan video pendeknya membuat Youtube merilis fitur video short, padahal video Youtube bisa mendapat monetisasi jika minimal 6 menit.  Pun demikian pula dengan Instagram dengan Reels-nya.

“Tapi tetap sebagai pemain di depan Tiktok hadir dengan segala kemudahan, misal user mau jualan, hasil jualannya bisa masuk ke rekening dia, bisa diambil itu kan luar biasa,” ungkapnya. 

Selain itu, video pendek TikTok juga memiliki engagement yang tinggi sepanjang karya tersebut menarik. “Algoritma di Tiktok sepertinya lebih bagus dari yang lain dengan konteks untuk meningkatkan engagement jadi orang tu enggak kerasa scroll terus, apa yang dilihat kena banget sama apa yang disukai,” bebernya.

Tidak hanya itu, TikTok menjadi satu-satunya platform media sosial yang mudah dibagikan. Sehingga, meski bukan user TikTok orang tetap bisa melihat konten-konten TikTok dan logo perusahaan yang lahir sejak 2017 ini di media sosial lain.

“Jadi Tiktok enggak hanya media sosial tapi juga content distributor jadi kalau mau konten terdistribusi luas taruh di Tiktok,” ungkapnya.

Jangan lupa juga, TikTok di bawah ByteDance memiliki pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang luar biasa. Berkat AI ini pengguna akan selalu mendapatkan video sesuai selera dan kesukaannya dalam For Your Page (FYP). 

“Tiktok sudah bergeser enggak hanya tempat goyang-goyang, hiburan tapi juga yang sifatnya informatif, serius pun ada di sana,” tambahnya yang juga Founder Drone Emprit ini.

Motif ekonomi

Salah satu yang mencolok adalah pemanfaatan fitur live streaming. Layanan ini bisa digunakan baik untuk jualan maupun dengan atraksi-atraksi nyeleneh yang pada akhirnya bisa mendatangkan cuan dari TikTok Gift. Sebut saja aksi sejumlah bocah menyetop truk yang melaju di jalan demi konten bisa viral.

Influencer kan tergantung kalau dia sudah sangat kaya (kontennya) bisa pergi kemana saja naik helikopter, kalau yang kecil-kecil, yang nganggur di pinggir jalan enggak punya akses ekonomi akhirnya dia banyak yang nyetop truk karena pengen viral, seperti mandi lumpur live stream dan dapat duit ternyata,” bebernya.

Dia menambahkan, ada temuan menarik dari keberadaan TikTok yang diungkap oleh ahli etika teknologi Amerika Serikat, Tristan Harris. Dalam sebuah wawancara dengan CBS ‘60 Minutes’, mantan karyawan Google ini menyebut TikTok memiliki dua versi yakni Douyin yang menjadi induk kelahiran TikTok di China dan TikTok untuk penggunaan di luar daratan China.

“Tiktok di China ketika user di bawah 14 tahun, mereka akan menunjukkan eksperimen sains yang bisa dilakukan di rumah, eksibisi museum, dan video-video edukasi dan mereka membatasi hanya 40 menit sehari. Mereka tidak memberikan TikTok versi tersebut ke seluruh dunia. Jadi mereka menyadari teknologi mempengaruhi perkembangan anak lalu mereka menciptakan TikTok versi domestik,” sebutnya.

Sementara TikTok versi di luar China bisa digunakan hampir setiap waktu, dampaknya juga luar biasa. Sebuah survei untuk pre teens di US dan China menanyakan apa karier yang paling menginspirasi bagi mereka. Di Amerika jawaban nomor 1 adalah influencer, dan di China nomor satu adalah Astronot.

“Itu sama persis dengan Indonesia. Nah akhirnya banyak di kita pengen jadi influencer, konten kreator,” lanjut Fahmi.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Senjata digital

Lebih dari itu, Executive Coach yang juga CEO Corporate Innovation Asia (CIAS) Indrawan Nugroho justru menguak bagaimana TikTok mampu merevolusi konstelasi persaingan bisnis  di masa depan. 

“TikTok sedang menyiapkan senjata massal yang bisa meluluhlantakkan berbagai industri,” sebutnya dalam postingan di kanal Youtubenya berjudul:  “TikTok Akan Mendisrupsi Semua Industri. Begini Strateginya”. 

Jika dulu bangsa China kalah dengan Inggris dan negara barat saat perang Opium, maka kini mungkin saatnya China mengalahkan dunia barat. “Dengan ‘senjata’ yang membawa informasi, senjata yang bersembunyi di rumah lawan-lawannya. Karena dengan keberadaan Tiktok saja, China memiliki daya tawar kuat dalam konstelasi ekonomi politik dunia,” sebutnya.

Indrawan menyebut setidaknya ada lima alasan TikTok bisa merajai dunia. Pertama video pendek yang adiktif. Dia mengatakan sebagaimana dikutip dari Dr Julie Albright, video pendek ini membuat orang selalu penasaran dan terus scrolling dan menimbulkan dopamin effect.

Kedua, Tiktok memiliki kecerdasan buatan yang canggih dengan hanya membaca setiap ketukan di layar ponsel. Selanjutnya bagi pengguna, lanjutnya, konten TikTok juga bisa dibuat dengan mudah dan akhirnya bisa dipromosikan lintas platform.

“TikTok membuat proses sharing video sangat mudah, memasok konten ke pesaingnya promosi gratis yang tak terbatas,” tambahnya.

Menurutnya, bagaimana persaingan bisnis di masa datang akan sangat ditentukan oleh model bisnis dan ekosistem yang membentuknya. Tak hanya itu, siapa yang memegang data pasar adalah yang memegang kunci rahasia. 

“Mereka yang dipandang sebelah mata bisa menggeser perusahaan dunia, semua ditulis ulang. Mereka yang menemukan algoritma pasar yang baru akan jadi penakluk industri,” ungkapnya.
 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid