Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami tekanan dalam beberapa tahun belakangan. Harganya sempat menyentuh hampir Rp90.000 per lembar pada 2019. Pada penutupan perdagangan Jumat (20/6), saham perusahaan rokok ternama itu terpuruk ke level Rp9.100. Penurunan signifikan tersebut ditandai dengan pelemahan lebih 89% dari puncak harga sahamnya.
Analis riset dari Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, menilai situasi itu wajar. Mengingat sentimen terhadap sektor industri rokok sedang berada dalam kondisi buruk dan kurang kondusif.
Salah satu penyebab utama saham Gudang Garam anjlok, kata Arjun, adalah kenaikan tarif cukai tembakau dan beban pajak yang terus meningkat setiap tahun. Sebagai informasi, pada Desember 2024, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2024 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Tahun 2024. Keduanya mengatur mengenai tarif cukai hasil tembakau serta batas harga jual eceran yang berlaku untuk tahun 2025.
Arjun mengatakan, kebijakan ini menyebabkan harga rokok di pasaran melonjak. Imbasnya, daya beli konsumen menurun. Di sisi lain, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu kesehatan, terutama di kalangan generasi muda, membuat tingkat konsumsi rokok melambat secara signifikan.
"Dalam jangka panjang, permintaan terhadap produk rokok diprediksi akan terus menurun. Hal ini membuat kinerja keuangan perusahaan rokok kian tertekan dan sahamnya pun sulit untuk pulih karena tidak ada katalis positif yang cukup kuat," ujar Arjun kepada Alinea.id, Selasa (1/7).
Tekanan ini, kata dia, juga tercermin dalam laporan keuangan para emiten rokok, yang rata-rata mencatatkan penurunan laba cukup tajam. Selain itu, kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, ikut pula memperparah situasi.
“Mengingat produk rokok termasuk barang yang sangat elastis terhadap harga,” kata Arjun.
Tak hanya Gudang Garam, menurut Arjun, sentimen negatif juga menyentuh emiten rokok lainnya, seperti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Ketika ditanya apakah perbedaan strategi bisnis menjadi faktor pembeda antara dua perusahaan tersebut, Arjun menyatakan, tak bisa dilakukan perbandingan secara sejajar.
“Struktur bisnis GGRM dan HMSP berbeda. Meskipun harga saham HMSP juga sudah berada di level rendah, namun setiap emiten punya pendekatan dan tantangan masing-masing,” tutur Arjun.
“Seluruh industri rokok kini menghadapi tekanan akibat kenaikan cukai, pelarangan iklan, dan perubahan preferensi konsumen.”