sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

IHSG dan rupiah masih di bawah tekanan

Faktornya berasal dari eksternal dan internal. Seperti depresiasi nilai tukar Lira Turki dan semakin melebarnya defisit neraca pembayaran

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Selasa, 14 Agst 2018 09:22 WIB
IHSG dan rupiah masih di bawah tekanan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali terkoreksi dengan support dan resistance di level 5.803-5.977.

Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, Maximilianus Nico Demus, mengatakan, ketegangan hubungan antara AS dan Turki, serta melemahnya nilai tukar Lira yang mengancam terjadinya krisis keuangan Turki menjadi perhatian pasar. 

"Pasar khawatir ada dampak sistemik seperti Yunani. Meskipun tidak secara langsung, tetapi kenyataannya ini lah yang terjadi," jelas Nico kepada Alinea.id, Selasa (14/8).

IHSG ditutup turun sebesar -3,55% menjadi 5.861 pada penutupan perdagangan, kemarin. Semua sektor industri mengalami penurunan. Penurunan terbesar pada sektor industri pertambangan -4,98% dan keuangan -4,16%. Sementara investor asing mencatatkan net sell di semua perdagangan saham sebesar Rp 646.8 miliar.

Anjloknya nilai tukar Lira Turki dikhawatirkan berdampak pada pasar negara berkembang, mengakibatkan perpindahan dari asset beresiko kepada yang lebih aman. 

Bank Indonesia sendiri telah melakukan intervensi kemarin, terutama di pasar valuta asing dengan melakukan lelang forex. 

"Disatu sisi ini merupakan kesempatan yang baik untuk membeli. Ketika indeks terus mencatatkan hasil positif. Pada akhirnya, akan selalu ada alasan untuk melakukan profit taking dan bersiap memilih saham pilihan yang telah terkoreksi," ungkap Nico.

Sementara Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji, mengatakan, pergerakan Rupiah terhadap Dollar AS akan bervariatif dengan kecenderungan melemah untuk hari ini. "Rupiah diprediksi pada Rp 14.440-14.720 per dollar AS," katanya.

Sponsored

Perspektif teknikal terlihat pola three outside up candlestick pattern pada daily chart yang mengindikasikan adanya potensi depresiasi lanjutan bagi Rupiah terhadap Dolar AS.

Sedangkan perspektif fundamental, rupiah diprediksikan melemah akibat minimnya sentimen positif dari dalam negeri.

"Melebarnya defisit transaksi berjalan kuartal II sebanyak US$ 8 miliar dari sebelumnya defisit sebanyak US$ 5,7 miliar menyebabkan Rupiah tertekan terhadap US$. Apalagi defisit tersebut melebar hingga mencapai 3% dari PDB," kata Nafan.

Di sisi lain, secara eksternal, krisis finansial Turki yang berkelanjutan juga berdampak pada melemahan mata uang global lainnya, termasuk rupiah.

 

Berita Lainnya
×
tekid